Lebaran Kali Ini Tidak Akan Sama

Sejak jaman Catering belum marak, setiap ada hajatan keluarga besar, ibu saya sering diminta bantuannya untuk memasak dalam jumlah besar. Begitupun sebaliknya, jika ibu saya mengadakan hajatan besar-besaran, maka gantian pasukan dari ‘trah’ keluarga besar pasti membantunya. Biasanya jika ada hajatan, seperti reuni akbar, ibu dan sanak keluarganya bisa saling bertukar kabar dan cerita sambil goyang centong. Asyik ya J

Saya masih ingat ketika kecil dulu, saat ada hajatan pernikahan seorang famili, saya ikut ibu berbelanja dalam partai besar di pasar yang lokasinya cukup jauh. Saat pulang dari pasar, aneka sayur mayur, buah-buahan dan daging-daging sampai memenuhi mobil. Kata ibu,”Lumayan harganya, Nduk. Semangka beli di pasar Kebayoran Lama harga sekilonya lebih murah dibanding beli di pasar Kopro. Belum lagi harga dagingnya.”

Saya mangut-mangut ngga ngerti sama sekali, blas. Untuk selanjutnya, ke-ngga ngertian saya kembali terusik saat aneka rupa bahan makanan yang ibu belanjakan, lalu diolah dengan sanak keluarganya untuk disajikan di meja prasmanan untuk tamu pesta, dipastikan nyaris tidak bersisa. Masakan ibu emang ngga ada duanya deh. Huebat ya ibu. Ckckckck...

Sekarang, berhubung  kondisi kesehatan ibu belum pulih, berarti bendera putih berkibar nih. Artinya, lauk pauk lebaran yang biasanya ibu olah, kali ini ngga akan sama. Bukan rasa masakannya yang saya pikirkan, toh aneka resep tinggal googling saja. Tapi gimana cara ibu menghitung jumlah tamu dan bahan makanan yang diolah supaya pas ya? Tentunya saya ngga mau porsi lauk pauk lebaran nanti bakal ‘lebar’ (baca: mubazir) jika ngga diperhitungkan seksama.

Saya berasal dari keluarga yang besar sekali. Ibu adalah anak tertua dari empat bersaudara. Ibu sendiri memiliki 8 anak, 19 cucu dan 4 buyut. Adik-adik ibu dan anak cucunya dipastikan juga akan sowan di rumah ibu pas hari lebaran nanti sebagai penghormatan untuk ibu yang paling sepuh. Almarhum bapak pun idem dito. Keluarga besarnya yang ada di Jakarta dipastikan akan silih berganti menyambangi rumah ibu. Suasana rumah ibu benar-benar seperti markas besar. Seorang om pernah bilang,”daripada safari lebaran kemana-mana malah ngga ketemu yang dicari, mending mangkal di rumah bude Situk (ibu saya) aja, pasti ketemu semua deh.” Hehehe... aman terkendali ya om.


Entah, berapa puluh ketupat yang akan dimasak saya dan kakak-kakak nanti? Berapa ekor ayam kampung yang akan diolah menjadi opor nanti? Berapa banyak kelapa yang digunakan untuk opor dan sambal godoknya nanti? Sudahlah, nanti saja rembukan lagi sama kakak-kakak. Yang penting sekarang, stok beras, bawang merah dan sirup sudah ada. Yang penting lagi, lihat ibu sehat dan bisa sholat Ied bareng lagi adalah harapan kami semua. Semoga cepat sembuh ya, bu. 

Tidak ada komentar