Saat Tragedi Di (Depan) Mata

Kemarin tepat empat belas tahun yang lalu pada 11 september 2001 seluruh dunia terhenyak pada tragedi di New York, Amerika Serikat. Saat itu, menara kembar Word Trade Center dan benteng pertahanan Petagon konon ditabrak oleh kelompok Alqaeda. Beberapa ribu orang telah menjadi korban tragedi tersebut. Ada yang meninggal dan ada pula yang cacat permanen.

Kemarin pun kita dikejutkan peristiwa tumbangnya crane di depan Masjidil Harram Mekah, Arab Saudi akibat badai pasir. Menurut berita, korban meninggal mencapai 107 orang dari berbagai negara, termasuk dari Indonesia. Innalillahi wa innailahi rojiun.

Okelah, skip aja ya mengenai tragedi tersebut. Saya malah tetiba ingat peristiwa beberapa waktu lalu di jalan raya Narogong Bekasi. Saat itu sebuah truk Tronton menggilas tanpa sengaja dua orang karyawan pabrik yang berboncengan motor. Menurut informasi yang saya dapat beberapa hari kemudian, konon si pengendara motor ada di sebelah kiri tronton, di bahu jalan yang berbatu-batu. Malangnya, mereka mungkin terjungkal saat ada gundukan tanah yang membuat tubuh mereka terlempar ke arah kanan dan terlindas truk tronton tersebut. 

Saya yang saat itu melewati lokasi sempat bingung, kenapa tumben-tumbennya koq jalan ini sampai macet sekali. Setelahnya saya baru mengerti ketika melihat kerumunan orang dan beberapa pemuda yang membantu arus lalu lintas di sekitar lokasi kejadian sampai pihak yang berwenang datang.

Saat itu, bak ada hajatan pesta banyak pemotor yang ikut berhenti di sekitar lokasi. Saya lihat beberapa diantaranya justru sibuk memotret. Sebagian lagi bak 'jubir istana' sedang ngobrol menceritakan kronologis kecelakaan pada lawan bicaranya yang sedang lewat seperti saya.

Saya sama sekali ngga habis pikir. Ini kecelakaan lho, bukan panggung dangdutan. Itu jenazah yang mengenaskan lho kondisinya, bukan artis penyanyi dangdut dengan baju sexy-nya. Koq malah difoto-foto dengan berbagai angle? Koq malah dikerubungi jadi bikin nambah macet?

Mereka ngerti ngga ya, akibat tindakan seperti itu, pihak berwenang yang meski pasti sudah dilengkapi sirine pun pasti tetap terhambat sampai tiba di lokasi. Mereka mikir ngga ya, andai jenazah korban kecelakaan adalah salah satu dari keluarga mereka sendiri gimana rasanya?

Huuhh, sekali lagi saya cuma bisa mengelus dada aja. Padahal, membantu itu menurut saya sederhana aja. Cukup dengan ngga nambah kemacetan aja dengan ngga ikut-ikutan berkerumun itu sudah cukup koq. Biarkan yang berwenang mengambil alih tugasnya. Jalanan yang space-nya bisa untuk dua arah jangan diboikot semena-mena dengan memberhentikan kendaraannya untuk cari info. Astaga. Mereka ini ngga tahu, ngga ngerti, atau... ngga peduli?


Tidak ada komentar