Tante, Rambutnya Kelihatan Tuh!

Perjalanan dengan bis Patas jurusan Cileungsi Kalideres kali ini benar-benar memancing emosi saya. Bikin saya sakit kepala. Kesal bukan main. 

Pertama, pengamen yang manggung di samping saya asyik sendiri dengan nyanyiannya. Entah mabok atau ngga, tapi dia kliatan menikmati sekali alunan sumbang suaranya itu. Beberapa lagu sudah usai dinyanyikan tapi dia tidak menyudahi juga performance-nya. Saya sakit kepala. Suaranya seperti orang kecekik, saya ikut kecekik juga rasanya. Bete deh.

Sepertinya dia ngga terganggu sama sekali dengan suara-suara tawa canda dua bocah yang duduk di bangku depan saya. Berulangkali ibunya meminta kedua anaknya untuk duduk tenang. Tapi mana mungkin bisa? Baru diam sebentar, ngga lama mereka mulai bercanda lagi. Tampaknya kedua bocah itu bosan selama perjalanan jadi mereka memilih bercanda untuk menikmatinya. Sementara, kepala saya makin nyut-nyutan.

Jalanan yang macet parah membuat bis merayap tersendat-sendat. Sopir Bisnya mungkin juga cape, dia asal aja menginjak kopling dan rem. Body bis sengaja dipepetnya ke kendaraan lain supaya ngga ada yang nyalip. Otomatis badan saya jadi maju mundur mengikuti  injakan rem, bikin saya jadi mual. Hufft...

Mau nyalahkan siapa coba. Pengamen yang suaranya berisik? Anak-anak bercanda? Atau jalanan macet? Hufftt... Saya coba pejamkan mata aja. Mencoba berdamai dengan keadaan.

Tetiba dua anak yang duduk di depan saya berdiri, menghadap ke belakang, ke arah saya. Mereka menontoni saya sambil mengunyah biskuit. Remah-remah biskuitnya berjatuhan di pangkuan saya. Sambil bercanda, sebagian remahnya pun muncrat di muka saya. Arrggghhh... saya pelototi salah satunya, yang berkuncir dua. Benci banget. Kesal. Geram. Mau ngamuk.

Melihat warna muka saya yang 'senep', agaknya mereka tau diri. Buru-buru mereka balik arah, dan duduk manis. Ngga berani menghadap ke arah saya lagi.

Lama saya baru tersadar saat abang kondekturnya mengisyaratkan penumpang yang akan turun di Slipi agar bersiap-siap. Rupanya bis sudah keluar tol MPR DPR. Astaga, jadi tadi saya sempat ketiduran juga ya? Hiekz, saya memang cape sekali.
Tetiba, kepala berkuncir dua itu nongol lagi. Matanya sedikit sayu. Sepertinya dia terbangun dari tidurnya setelah mendengar suara pak Kondektur barusan. Setelah bersitatap, saya buang muka ke jendela. Idiihh, mau ngapain sih tuh bocah?

"Tante, rambutnya kelihatan." Tangannya menunjuk ke arah kening saya.

"Masa sih?" Berdesir hati saya ingat apa yang saya lakukan padanya tadi. "Masih kelihatan ngga?" Sambil membenahi jilbab, saya tersenyum. Gengsi minta maaf padanya.

Dia menggeleng. "Ngga, udah ngga keliatan." Kali ini dia ikut tersenyum, membalas senyuman saya.
Saya segera bergegas mengikuti penumpang yang akan turun. Saya rasakan, matanya mengikuti saya sampai saya hilang dari pandangannya.

Duuh, maafkan tante ya... Ngga semestinya Tante pelototi kamu tadi. Ngga semestinya, amarah tante dilampiaskan ke kamu. Hiekz.

Saya hari ini belajar dari si kuncir dua itu gimana mengendalikan diri di kondisi apa pun. Pada saat ngga menyenangkan pun, kita tetap harus berlapang dada, menjalani dan tetap semangat.

Tidak ada komentar