Darurat Keuangan, Pengennya Dikasih Lebih, deh!




Sekarang ini usia saya sudah kepala empat. Konon katanya, life begins at forty. Tapi faktanya, hidup saya masih begini-begini saja, koq! Dibilang baik tidak, dibilang buruk tidak, dibilang flat pun tidak.

Selama ini saya memang tidak pernah berani punya mimpi. Setelah menikah, bekerja, punya anak, tidak ada lagi hal yang saya pikirkan selain kebahagiaan dan kesejahteraan anak-anak. Itulah sebabnya, atas izin suami, untuk mengisi waktu senggang saya ikut mencari uang untuk tambah-tambah pemasukan.

Boleh dibilang otak saya memang tidak pernah bisa diam. Ketika beli soto di warung depan misalnya. Saya melihat ada peluang jualan rempeyek maka langsung saya eksekusi. Sambil bercanda saya bertanya ke si penjual, wah makan soto enaknya kalau ada rempeyek, nih! Saya taroh rempeyek di sini, gimana?

Ketika anak-anak saya mulai sekolah juga sama. Jarak dari rumah ke sekolah sekitar 14 kilometer setiap harinya membuat otak saya tidak bisa diam. Niatnya sih hanya gimana caranya mengurangi biaya beli bensin dan perawatan mobil seperti ganti oli. Saya kemudian menawarkan ke mamanya teman-teman anak, mau tidak ikut antar jemput dengan mobil saya?

Mau kiamat rasanya
Mencari nafkah merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk menopang roda kehidupan rumah tangga. Kita perlu biaya pangan, sandang dan papan dari untuk makan, biaya sekolah anak-anak, biaya kesehatan bahkan biaya piknik. Itulah sebabnya ketika setahun yang lalu suami berhenti kerja saya merasa hidup seketika berhenti. Mau kiamat rasanya, hiekz.

Kami harus hidup lebih hemat lagi. Untuk biaya sehari-hari terpaksa mengandalkan dari uang pesangon saja. Dan di saat terpuruk seperti itu saya harus menerima kenyataan pahit lagi. Ada tumor jinak di kedua payudara saya. Membuat hidup saya baik diintai malaikat pencabut nyawa terus. Saya takut sekali.

Biaya kesehatan menjadi sumber keresahan utama saya. Soalnya status BPJS dari kantor suami telah vakum sejak dia berhenti. Padahal biaya kontrol ke rumah sakit tidak sedikit. Untuk pemeriksaan USG Payudara saja biayanya sejuta kurang sedikit. Alhamdulillah, dari event-event Blogger yang saya hadiri saya mendapat kesempatan untuk pemeriksaan mamografi secara gratis. Kemudian saya juga berkempatan melakukan pemeriksaan test IVA dengan teknologi terkini secara gratis.



Saya resah kalau umur saya tidak lama lagi bagaimana anak-anak nanti. Nala sekarang kelas XII SMA, Tsaka kelas IX SMP dan Dega kelas VI SD. Semuanya sedang bersiap ujian sekolah untuk kelulusan. Kami harus berburu sekolah lagi. Itu artinya biaya besar bakal menghimpit dada kami lagi.

Darurat keuangan begini pengennya dikasih lebih, deh! 
Saya menyadari kalau rumah tangga kami sedang darurat keuangan. Tidak cukupnya persiapan finansial membuat emosi gampang naik. Kami jadi saling menuding. Akan tetapi masalah tidak selesai, bukan? Kami harus duduk bersama mencari jalan keluar.

Sempat suami mencetuskan ide, bagaimana kalau kita pindah ke rumah yang lebih kecil saja. Ini untuk meminimalisasi beban biaya di cluster yang terasa amat mahal untuk kondisi keuangan kami sekarang. Saya setuju meskipun tahu menjual rumah tidak semudah yang kita kira. Apalagi, katanya harga tanah di Cileungsi bakal makin mahal, terkait dengan pembangunan LRT di sini. Pengennya sih ga usah menjual yang ada baik kendaraan, rumah, sebidang tanah ataupun logam mulia tabungan kami. Andai saya punya investasi atau tabungan yang aman pasti dikasih lebih, deh.Saya yakin tidak sesulit ini rasanya.

Ya, mau tidak mau, suka tidak suka saya harus berdamai dulu dengan keadaan. Karena saya disarankan dokter tidak boleh stress. Menurutnya, ketika stress ada pelepasan hormon dari otak yang justru jadi memicu berkembangnya sel kanker. Wuiihh, no no no. Saya mau sehat ya Allah.

Alhamdulillah, pelan-pelan saya bisa realistis. Saya mulai bangkit dan mengambil alih posisi. Sedikit banyak dari penghasilan ngeblog yang tidak seberapa keluarga kami mampu bertahan. Setidaknya sampai suami saya bangkit lagi. Aamiin.

Keinginan saya sekarang hanya ingin sehat-sehat terus. Ingin sekolah anak-anak lancar terus. Ya siapa tau, harapan saya bisa berdiri mendampingi anak-anak melepas mereka di hari pernikahannya tercapai. Saya yakin dengan usaha, kesabaran dan doa badai di rumah tangga saya segera berlalu.
#pastidikasihlebih

Tidak ada komentar