Menerobos Keterbatasan di Kampung Mulyasari Bersama Community Investment Prudential (1)



"Sanggup ga jalan hiking? Nanti soalnya kita bakal naik turun gunung, lho!"

Entah perasaan apa namanya yang membuat saya mengangguk menyetujuinya. Keliling emol sampe 6 jam aja kuat mosok begini doang ga sanggup. Beside that, well, I tell you what, saya ingin sekali menjadi bagian dari kegembiraan masyarakat kampung Mulyasari, Sukamakmur, Jonggol, Bogor Timur. Masyarakat desa ini telah mampu menerobos keterbatasannya bersama Community Investment Prudential. Eh, maksudnya gimana, gimana?

Oke saya cerita dari awal aja ya, jadi begini....

Sejak jumat malam saya dan teman-teman Blogger Timothy, Amel dan Riza bergabung dengan tim relawan Prudential di hotel Loryn Sentul untuk menginap. Maksudnya sih supaya esok pagi jadi lebih mudah aja menuju destinasi kami yaitu kampung Mulyasari, Kecamatan Sukamakmur, Jonggol, Bogor Timur.



Sebagai warga Cileungsi yang bertetangga dengan wilayah ini terus terang saya penasaran. Sudah berapa lama ya terakhir saya melipir ke Curug Kencana yang lokasinya ga jauh dari kampung yang berada di belahan gunung ini. Saya bertanya-tanya, benarkah kampung yang jaraknya hanya sejengkal dari Jakarta ini masih terisolir? Katanya, listrik belum ada. Katanya, banyak anak putus sekolah sehingga kampung ini disebut-sebut sebagai kampung putus sekolah. Sad :(

Oke, nanti akan kita buktikan.

Esoknya. Sabtu pagi setelah sarapan kami dan sekitar 100 orang tim relawan Prudential cek out bersama. Sekitar dua puluhan mobil konvoi untuk menuju Sukamakmur melalui Citeureup. Kalau dari Sentul, perjalanan menuju titik terakhir di kampung Mulyasari ini sekitar 12 kilometer. Dekat, koq. Tapi rupanya waktu tempuhnya jadi sekitar satu jam. Koq lama? Ini karena track jalanannya yang semakin lama menyempit, menanjak, menurun. Belum lagi, ada banyak belokan tajam yang membuat kami harus pelan-pelan supaya ga senggolan dengan mobil lain. Eiimm, jujur ini juga gegara karena kami bolak balik meminta pak sopirnya, Mas Dwi, untuk melambatkan kendaraan. Supaya, ngggg, supaya kami bisa menikmati dan memfoto pemandangan alam nan indah sepanjang jalan *tutupmuka

kamu lihat, di bagian kanan jalan setapak kecil itu adalah track perjalanan kita lho


Sesampainya di titik terakhir rombongan kami melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki. Soalnya mobil sama sekali sudah ga bisa lewat. Kalau motor bisa, sih, tapi buat yang nyalinya berani aja. Bayangkan aja, lebar jalan hanya satu meter dan konturnya masih berbatu-batu. Mau tidak mau kami harus menyisir gunung, menanjak dan menuruni lembah juga menyebrangi jembatan dari bambu dan kayu melintasi kali kecil. Cobak deh apa yang kamu rasakan saat menempuh perjalanan dimana di sebelah kamu ada tebing tinggi dan di sebelah kiri kamu ada jurang dalam? Seremmmm.

Masya Allah, bolak balik saya mengucapkan doa keselamatan. Bagaimana ini ya kalau ada yang melahirkan dan butuh pertolongan cepat? Hieks, saya mendapat info katanya di sini paraji atau dukun beranak memang ada. Tapi kalau-kalau dia ga bisa menangani, pasien akan ditandu di medan jalan yang berat ini untuk menuju rumah sakit :'(


Saya kemudian bisa memahami bila anak-anak di wilayah ini memilih putus sekolah. Akses untuk menuju ke kampung Mulyasari Kecamatan Sukamakmur memang sangat sulit. Infrastrukturnya masih perawan. Kita butuh satu jam jalan kaki sejauh tiga kilometer untuk sampai di kampung Mulyasari. Saya ga mampu bayangin gimana effort-nya anak-anak bila setiap hari pulang pergi ke sekolah di kampung sebelah. Apalagi kalau musim hujan, jalanan jadi makin licin dan penuh lumpur tebal. Ckckckkc....

Jujur, hati saya campur aduk melihat ini semua. Tapi disamping itu saya juga senang bisa kenalan dengan teman-teman relawan Prudential, teman-teman dari Junior Prestasi Indonesia dan teman-teman dari IPB. Kedua yang terakhir saya sebutkan ini mensupport penuh teman-teman dari Prudential dan masyarakat desa untuk bersama-sama membangun desanya.


Selama lima minggu penuh, dari tanggal 6 Oktober hingga 3 November 2018 tim relawan Prudential yang dinamakan PRUVolunteer bergotong royong dengan masyarakat melakukan berbagai kegiatan bermanfaat. Diantaranya menyelesaikan bangunan pesantren yang masih setengah jadi dan membuat satu bangunan pesantren baru lagi. Bangunan baru ini sedianya untuk memisahkan santri perempuan dan santri lelaki. Dan untuk fasilitas kesehatan di sebelah bangunan pesantren juga dibuatkan MCK dan tempat wudhu yang bersih.

Selain membenahi fasilitas pendidikan tim relawan juga membuat solar panel sebagai pasokan listrik berbasis cahaya matahari. So sad to hear that, manakala pembangunan infrastruktur digenjot habis di masa kepemimpinan yang sekarang ini, tapi nyatanya di sini, yang lokasinya hanya sejengkal saja dari Jakarta ada yang sama sekali belum tersentuh. Desa ini belum ada listrik sama sekali.






Padahal kalau dilihat potensi di dataran tinggi ini sangat besar sekali. Ada banyak pohon kopi yang sayangnya tidak dikelola dengan baik. Padahal kopi merupakan komoditi yang bernilai tinggi, kan? Atas dasar itu tim relawan bergerak mendampingi petani kopi agar budidayanya dapat bersaing di pasaran. Diharapkan roda ekonomi pun akan bergulir pelan-pelan dari sini. Aamiin.

Bahkan, pendidikan finansial juga diberikan untuk anak-anak santri oleh mitra Prudential, Junior Prestasi Indonesia. Semua santri diberi tanggung jawab untuk mengelola lahan cocok tanam di belakang pesantren. Secara bergantian mereka bertugas menyirami benih sayur mayur dan tanaman herbal yang sudah mulai membesar ini. Padahal baru ditanam tiga minggu lalu, lho.



Ah senang sekali. Ada harapan membuncah di sana, tatkala panen tiba. Hasil tanam sayur mayuran nantinya dapat mereka konsumsi sendiri. Jadi anak-anak tidak perlu patungan lagi untuk beli sayur supaya bisa dimasak. Pun herbal yang ditanam dapat dijual yang hasilnya dapat mereka tabung.


Hari Sabtu, tanggal 3 November 2018, saya bahagia sekali bisa melihat binar bahagia dan senyum tersipu-sipu penduduk kampung Mulyasari, Sukamakmur, Jonggol Bogor Timur ini ketika penutup bangunan pesantren diturunkan. Tanda serah terima dari Prudential kepada warga. Sekarang, di pesantren dan madrasah ini anak-anak tidak perlu ke kampung sebelah lagi untuk sekolah yang jaraknya jauh dan medannya pun sulit. Sebentar lagi, hasil kopi dari perkebunan Sukamakmur dapat menjadi komoditi berjual tinggi.





Dalam serah terima kepada masyarakat yang diwakili oleh tokoh masyarakat, Ustad Solih, Jeins Reisch, Presiden Director Prudential Indonesia, ibu Nini Sumohandoyo, Corporate Communications & Sharia Director Prudential Indonesia dan pak Robert Gardiner dari Junior Prestasi Indonesia semuanya memberi sambutan dengan wajah sukacita. Hari ini menjadi tanda perjalanan Community Investment Prudential.

Setelah berjalan selama 11 tahun dengan program kegiatan sosial berbeda-beda dan tempat yang berbeda-beda juga kami bersyukur telah mencapai hasil-hasil yang berdampak baik. Kami berharap upaya kami tidak berhenti di sini. Kami percaya, menjalankan bisnis dengan baik haruslah diikuti dengan memberi kembali pada masyarakat.~ Nini Sumohandoyo

Setuju. Dalam bahasa sederhananya saya juga kerap mempraktekkan apa yang disebut dengan "terima kasih". Jadi apapun yang di "terima" alangkah baiknya bila kita "kasih" lagi kepada yang lain. Agar manfaatnya mengalir terus menerus.



Terimakasih Prudential atas pengalaman berharga yang sangat berkesan ini. Saya dan teman-teman Blogger, Media, PRUVolunteer semua mendadak jadi mesra. Aneka jajan pasar dan umbi-umbian rebus yang ditata di tampah makin menambah keakraban. Sambil menari senam Morena kami membuat lingkaran dan menyanyi sama-sama.

Dalam perjalanan pulang saya yakin bakal merindukan senyum polos teman-teman baru saya; adik-adik kecil dan ibu-ibunya ketika saya ajak foto bareng. Saya bakal merindukan air dari gunung halimun yang saya minum langsung tadi. Dan saya berharap, jika suatu hari nanti saya mampir ke sini, kampung Mulyasari telah bangkit menjadi desa mandiri dan berdaya. Dan bisa menularkannya lagi ke desa sekitarnya. Aamiin.


Tidak ada komentar