Teman-teman, kalau saya sebutkan kata bela negara, apa sih yang teman-teman ingat pertama kali? Kalau saya ingatnya, koq, ke perjuangan kemerdekaan negara, ya? Meskipun tak mengalaminya langsung tapi dari buku-buku sejarah dan pelajaran di sekolah saya tau ada darah dan airmata di dalamnya. Selama 3,5 abad bangsa kita dijajah akhirnya kita mampu mendeklarasikan diri sebagai negara merdeka pada 17 Agustus 1945 lalu. Senangnya.
Kini, 74 tahun telah berlalu. Tampaknya kita bisa bernapas lega karena kita ga perlu angkat senjata seperti masa penjajahan dulu. Untuk memperingati hari bersejarah tersebut, setiap memasuki bulan Agustus seluruh pelosok negeri berdandan mempercantik diri. Umbul-umbul, gapura, baliho, bendera marak meramaikan sepanjang jalan hingga gang kecil. Semua orang bergembira berpartisipasi mengikuti berbagai lomba mulai dari balap karung, makan kerupuk, tarik tambang, bikin kreasi tumpeng, dan lainnya. Karena ini menjadi sebuah cara untuk mengingat patriotisme pejuang kemerdekaan kala itu.
Namun kemudian ada pertanyaan menggeliat di dalam sanubari saya. Benarkah patriotisme ditunjukkan hanya setahun sekali saat merayakan hari kemerdekaan aja? Benarkah rasa nasionalis kita hanya diwujudkan saat menyanyikan lagu kebangsaan dan mengenakan busana nasional misalnya batik aja? Nooo, itu keliru teman-teman.
Dalam diskusi santai yang digelar Dirjen Bela Negara yang dinaungi Direktorat Jendral Potensi Pertahanan dari Kementrian Pertahanan RI pada 6 Maret 2019 silam, hadir narasumber Prof. Dr. Ir. Bondan Tiara Sofyan. M.Si Dirjen Pothan, Kemhan RI dan Brigjen TNI. Tandyo Budi Revita, S.Sos Direktur Belanegara, Ditjen Pothan Kemhan. Kemudian dari sisi selebriti hadir Karina Nadila putri Pariwisata Indonesia 2017 dan Dimas Beck artis dan pemerhati HIV/AIDS yang masih muda belia. Boleh dibilang mereka ini merupakan cerminan dari generasi Y dan Z ; kelahiran rentang dari 1980-an hingga 2000-an.
Terkait dengan perkembangan jaman dimana segala informasi mengalir deras tentu berimbas dengan penyebaran informasi palsu atau hoax. Hal inilah yang menjadi sumber kecemasan hingga tagline Ayo Bela Indonesiaku yang diinisiasi Direktorat Bela Negara dapat menggerakkan masyarakat terutama generasi Y dan Z seperti Dimas dan Karina untuk tetap menjaga semangat bela negara agar tetap menyala dan bergelora.
Terlebih, sekarang ini ancaman kita bukanlah datang dari negara luar tapi dari dalam negara itu sendiri. Ancaman laten ini tentu saja dapat mengancam persatuan bangsa. Kita akan dipecah belah dengan maraknya fitnah, hoax dan ujaran kebencian yang dihembuskan oknum-oknum tak bertanggung jawab.
Menurut penjelasan Brigjen TNI Tandiyo Budi Revita, sebagai wujud warga negara yang memiliki hak dan kewajiban sama maka bukan angkat senjata atau mengadakan WAMIL seperti di Amerika atau Korea sana. Namun dari sumbangsih profesi sejatinya kita telah melakukan pembelaan negara secara non fisik seperti yang dilakukan Dimas dan Karina.
Dimas Beck dengan kapasitasnya sebagai selebriti dia bekerjasama dengan organisasi sosial untuk menggalang dana yang diperuntukkan untuk anak-anak penderita HIV/AIDS yang dikucilkan masyarakat. Menurutnya, mereka tetap berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak karena mereka hanyalah korban. Tak sepantasnya mereka ikut mendapat hukuman terkait dengan penyakit yang ditakuti sebagian besar masyarakat sekarang.
Lain lagi dengan Karina. Dengan kapasitasnya sebagai putri pariwisata perempuan cantik ini tergerak untuk menceritakan kepada anak-anak di pelosok untuk mengembangkan cita-citanya. Baginya, cita-cita itu tidak melulu nanti ingin menjadi dokter, menjadi guru atau menjadi polisi saja. Bahkan menjadi putri pariwisata sepertinya ia dapat mengenalkan Indonesia dengan cara lain kepada anak-anak yang ditemuinya. Hingga bila ada upaya dari negara lain yang membuat pengakuan dengan menyebutkan kekayaan daerah Indonesia adalah hasil kebudayaan asli mereka dapat dicegah.
Bagi pelajar aksi bela negara dapat diwujudkan dengan sikap rajin belajar. Sehingga pada nantinya akan memunculkan sumber daya manusia yang cerdas serta mampu menyaring berbagai informasi yang berasal dari pihak asing. Dengan demikian, masyarakat tidak akan terpengaruh dengan adanya informasi yang menyesatkan.
Jadi kalau ditanya seberapa pentingkah peran kita untuk ikut bela negara? Jawabannya penting sekali teman-teman. Sebagai Blogger dengan kapasitas menulis maka kita tentu dapat menyiarkan berbagai informasi yang benar dan meluruskan informasi yang salah dan terlanjur beredar di masyarakat. Karena ini adalah bukti tanggung jawab kita akan masa depan bangsa. Ini adalah makna patriotisme sesungguhnya, bukan sekedar merayakan HUT RI dengan balap karung, lomba makan kerupuk belaka. Setuju? Ayo Bela Indonesiaku
Bela Negara adalah sikap dan perilaku yang dilandasi semangat patriotisme seseorang, kelompok atau seluruh komponen berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dalam kepentingan mempertahankan eksistensi serta menjaga kelangsungan hidup bangsa dan negara seutuhnya.
Namun kemudian ada pertanyaan menggeliat di dalam sanubari saya. Benarkah patriotisme ditunjukkan hanya setahun sekali saat merayakan hari kemerdekaan aja? Benarkah rasa nasionalis kita hanya diwujudkan saat menyanyikan lagu kebangsaan dan mengenakan busana nasional misalnya batik aja? Nooo, itu keliru teman-teman.
Dalam diskusi santai yang digelar Dirjen Bela Negara yang dinaungi Direktorat Jendral Potensi Pertahanan dari Kementrian Pertahanan RI pada 6 Maret 2019 silam, hadir narasumber Prof. Dr. Ir. Bondan Tiara Sofyan. M.Si Dirjen Pothan, Kemhan RI dan Brigjen TNI. Tandyo Budi Revita, S.Sos Direktur Belanegara, Ditjen Pothan Kemhan. Kemudian dari sisi selebriti hadir Karina Nadila putri Pariwisata Indonesia 2017 dan Dimas Beck artis dan pemerhati HIV/AIDS yang masih muda belia. Boleh dibilang mereka ini merupakan cerminan dari generasi Y dan Z ; kelahiran rentang dari 1980-an hingga 2000-an.
Terkait dengan perkembangan jaman dimana segala informasi mengalir deras tentu berimbas dengan penyebaran informasi palsu atau hoax. Hal inilah yang menjadi sumber kecemasan hingga tagline Ayo Bela Indonesiaku yang diinisiasi Direktorat Bela Negara dapat menggerakkan masyarakat terutama generasi Y dan Z seperti Dimas dan Karina untuk tetap menjaga semangat bela negara agar tetap menyala dan bergelora.
Terlebih, sekarang ini ancaman kita bukanlah datang dari negara luar tapi dari dalam negara itu sendiri. Ancaman laten ini tentu saja dapat mengancam persatuan bangsa. Kita akan dipecah belah dengan maraknya fitnah, hoax dan ujaran kebencian yang dihembuskan oknum-oknum tak bertanggung jawab.
Menurut penjelasan Brigjen TNI Tandiyo Budi Revita, sebagai wujud warga negara yang memiliki hak dan kewajiban sama maka bukan angkat senjata atau mengadakan WAMIL seperti di Amerika atau Korea sana. Namun dari sumbangsih profesi sejatinya kita telah melakukan pembelaan negara secara non fisik seperti yang dilakukan Dimas dan Karina.
Tujuan Bela Negara : Mempertahankan negara dari berbagai ancaman; Menjaga keutuhan wilayah negara, Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara dengan menjalankan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1045 sehingga identitas dan integritas bangsa/negara tetap terjaga.
Dimas Beck dengan kapasitasnya sebagai selebriti dia bekerjasama dengan organisasi sosial untuk menggalang dana yang diperuntukkan untuk anak-anak penderita HIV/AIDS yang dikucilkan masyarakat. Menurutnya, mereka tetap berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak karena mereka hanyalah korban. Tak sepantasnya mereka ikut mendapat hukuman terkait dengan penyakit yang ditakuti sebagian besar masyarakat sekarang.
Lain lagi dengan Karina. Dengan kapasitasnya sebagai putri pariwisata perempuan cantik ini tergerak untuk menceritakan kepada anak-anak di pelosok untuk mengembangkan cita-citanya. Baginya, cita-cita itu tidak melulu nanti ingin menjadi dokter, menjadi guru atau menjadi polisi saja. Bahkan menjadi putri pariwisata sepertinya ia dapat mengenalkan Indonesia dengan cara lain kepada anak-anak yang ditemuinya. Hingga bila ada upaya dari negara lain yang membuat pengakuan dengan menyebutkan kekayaan daerah Indonesia adalah hasil kebudayaan asli mereka dapat dicegah.
Bagi pelajar aksi bela negara dapat diwujudkan dengan sikap rajin belajar. Sehingga pada nantinya akan memunculkan sumber daya manusia yang cerdas serta mampu menyaring berbagai informasi yang berasal dari pihak asing. Dengan demikian, masyarakat tidak akan terpengaruh dengan adanya informasi yang menyesatkan.
Jadi kalau ditanya seberapa pentingkah peran kita untuk ikut bela negara? Jawabannya penting sekali teman-teman. Sebagai Blogger dengan kapasitas menulis maka kita tentu dapat menyiarkan berbagai informasi yang benar dan meluruskan informasi yang salah dan terlanjur beredar di masyarakat. Karena ini adalah bukti tanggung jawab kita akan masa depan bangsa. Ini adalah makna patriotisme sesungguhnya, bukan sekedar merayakan HUT RI dengan balap karung, lomba makan kerupuk belaka. Setuju? Ayo Bela Indonesiaku
Tidak ada komentar