Mari Buka Diri Wujudkan Mimpi Melalui Ajang Allianz Explorer Camp 2019



Selain hobi menirukan dialog dalam film, persis kaya lagi dubbing, dengan mudah saya bisa menemukan ketertarikan Dega pada bidang lain, misalnya masak. Beberapa kali dari iseng-iseng jualan pas jam istirahat sekolah, makanan kreasinya sold out lho dibeli teman-temannya. Girang banget dia. Bertolak belakang dengan Dega, mas Tsaka hobinya malah main game. Dari ceritanya saya baru tau kalau point - point yang dikumpulkan bisa dijual. Dia sendiri sudah beberapa kali mendulang rupiah dari jualan point gamenya. Pantesan ga pernah minta pulsa😄

Sebagai orang tua saya dan suami tetap menghargai dan mendukung mereka selalu. Meskipun begitu, tak lupa terselip harap semoga aktivitas fisik seperti main sepeda, jogging dan main basket juga tetap dijalankan Dega dan mas Tsaka. Biar gimanapun saya ngeri juga dengan dampak dari kurangnya aktivitas fisik pada anak. Mulai dari obesitas hingga penyakit jantung, diabetes, stunting sampai stress. Itu bisa menyebabkan prestasi secara keseluruhan bisa terganggu, kan? 

FAKTA : Berdasarkan survey yang dilakukan Common Sense Media, pengguna internet dan gawai usia remaja 13 - 18 tahun menghabiskan waktu rata-rata sembilan jam sehari berinteraksi dengan gawainya. Kondisi ini menyebabkan banyak remaja yang terlalu terikat dengan gawainya, kurang memiliki aktivitas fisik yang berpengaruh terhadap kesehatan tubuhnya, dan kurang berexplorasi. 

Nah, bicara soal minat tak banyak orang tua yang mampu mendeteksi minat anak-anaknya. Kalaupun iya, tak sedikit orang tua yang justru melarang anak-anaknya menggeluti hobi yang tak biasa. Contohnya aja anak lelaki yang hobinya nguprek di dapur kaya Dega atau anak perempuan tapi hobinya main bola. 

Hmmmm, ironis banget.



Begini teman-teman. Setiap anak memiliki bakatnya sendiri-sendiri. Dan sekedar info aja, bakat itu tak muncul begitu saja tapi adakalanya harus digali dari minatnya. Jangan ragu mengajak dia keluar dari zona nyaman dengan mengenalkan dan belajar ketrampilan baru di bidang apapun. Latih kepercayaan diri dan berpikir dengan mindset berbeda. Itu hal penting untuk menggali potensi dan bakat minat mereka. Kalau perlu, ajak dia untuk ikut ajang Allianz Explorer Camp. 

Apa itu Allianz Explorer Camp? 
Allianz Explorer Camp - Football Edition merupakan sebuah ajang mencari bibit unggul di bidang sepak bola. Menyasar target pada remaja berusia 14 - 16 tahun sejak digelar tahun 2010 silam program yang dulunya dikenal dengan Allianz Junior Football Camp ini telah menarik minat ratusan remaja yang tersebar di lebih dari 20 negara di dunia. Di Indonesia sendiri, program ini telah berjalan sejak tahun 2012, dan kali ini di tahun ke delapan diselenggarakannya diikuti 18 ribu peserta. 



Sebagaimana dijelaskan Karin Zulkarnain - Chief Marketing Officer, Allianz Life Indonesia dalam press conference pada 24 Juni 2019 silam, "jika sebelumnya program ini fokus pada kegiatan on pitch atau bermain sepak bola di lapangan saja, pada Allianz Explorer Camp kali ini, sesuai dengan penyematan nama 'eksplorer', selain pengembangan program sebelumnya, juga memberikan kegiatan off pitch yang akan mengeksplorasi topik-topik di luar sepakbola seperti kegiatan pengembangan diri dan kepemimpinan. Semua itu dikemas menarik untuk remaja sehingga mereka dapat memiliki keseimbangan dalam mengekspolarasi bakat dan minatnya."


Membentuk Kepribadian Melalui Sepakbola 
Hal senada juga dikatakan Joos Louwerier - Country Manager dan Direktur Utama Allianz Life Indonesia. Menurutnya, perkembangan era teknologi di masa kini memberi tantangan yang lebih besar pada orang tua dalam mendidik anak dan remajanya. Di sisi lain, Allianz Indonesia menyadari pentingnya peran anak dan remaja sebagai generasi masa depan bangsa tak bisa diabaikan begitu saja. Untuk itu, Allianz Indonesia berkomitmen dan menggandeng orang tua untuk bersama-sama menanamkan nilai-nilai yang penting dimiliki generasi muda yakni sportivitas melalui program Allianz Explorer Camp. 



Dalam press conference yang digelar di Holywing Resto, Epicentrum, Kuningan Jakarta juga hadir Laksmiarti Saraswati - psikolog. Dari sudut pandangnya beliau memaparkan, "ketika menginjak usia remaja sebaiknya remaja mau menantang dirinya sendiri dan beranikan untuk membuka diri terhadap bidang dan kesempatan apapun yang menjadi minatnya. Kita ga pernah tau akan jadi apa nanti kita ketika dewasa. Mungkin saja bisa menjadi pemain bola profesional. Jadi jangan takut untuk mengembangkan dan beranikan tantang diri sendiri untuk mencoba bidang dan ketrampilan baru. 

Terkait dengan program Allianz Eksplorer Camp, sepakbola bisa menjadi jembatan dalam meraih cita-cita. Karena dalam permainan sepakbola diperlukan kerjasama tim, melatih mandiri, melatih adaptasi di lingkungan baru, juga penanaman sikap sportivitas. Karakter seperti ini diperlukan ketika dewasa dalam dunia pekerjaan apapun. 



Seperti diungkapkan Martin Demichelis - Allianz Explorer Camp 2019 Ambassador yang juga FC Bayern Munchen Legend, dirinya tak pernah menyangka kalau namanya menjadi populer seperti ini. Ia berpesan, untuk menjadi pemain profesional seperti dirinya, kerja keras saja tidaklah cukup. Siapapun bisa jadi pemain bola terkenal, siapapun bisa masuk televisi. Tapi modal sebagai pemain terkenal tidaklah cukup untuk memperoleh keberhasilan karir. 

Ia pun memberi tips bahwa kunci kesuksesan adalah kepribadian yang baik. Sebagai remaja yang hobi mencoba-coba ia menyarankan agar menjauhi lingkungan yang berpengaruh buruk. Kebiasaan jelek seperti begadang, makan junk food atau minum-minuman keras harus dihindari dengan memilih teman bergaul yang baik. 

Ia kemudian mencontohkan Lionel Messy sahabatnya yang humble. Melalui sahabatnya ini ia belajar banyak hal yang ikut membantu membentuk kepribadiannya seperti sekarang. "Untuk itu membentuk pertemanan yang baik adalah penting dan pasti akan bertahan seterusnya," pungkasnya sambil tertawa. 



Saya terkesima. Kesan dan pesan Martin Demichelis yang sejatinya ditujukan buat pemenang Allianz Explorer Camp yang duduk bersama para orang tuanya tampaknya pas diaplikasikan buat siapapun. Saya setuju dengan pendapatnya mengenai pemilihan teman. Bahkan dalam hadits Quran pun dijelaskan mengenai hal ini. Berteman dengan penjual arang kita akan turut hitam, berteman dengan penjual minyak wangi akan turut wangi kita. 

Selamat ya buat Adinda Dwi Citra P dan Fariz Fadilla yang akan terbang ke Munich Jerman pada 22 - 27 Agustus 2019, sedangkan Azrazifa Kayla, Bayu Tegar Saputra, M. Faiz Fahriza, Nur Yufa, Ravel Jerico dan Zahra Naqiyyah Primadi yang akan berangkat ke Singapura dalam Asia Camp pada 23 - 26 Juli 2019 nanti. 



Buat yang penasaran, pada Allianz Explorer Camp tahun lalu, lebih dari 50 remaja dari 23 negara telah ambil bagian dalam kamp empat hari yang didukung mitra Allianz FC Bayern Munchen. Setiap harinya, para peserta berlatih dengan pelatih tim muda FC Bayern Munchen, mendapat kesempatan bertatap muka dengan idola mereka seperti Arjen Robben, Jèrôme Boateng, Thomas Müller dan ikut serta dalam sharing session bersama pembicara ahli di bidangnya. 

FYI, kedelapan remaja ini telah menjadi pemenang yang mengalahkan sekitar 2 ribu peserta yang mendaftar dan menyisihkan 1300 remaja terpilih yang mengikuti seleksi fisik pada 22 - 23 Juni 2019 di lapangan PSTP Tebet Jakarta Selatan. Dan kerennya lagi, dua diantaranya adalah remaja putri lho. 

Martin yang menjadi coach clinic dalam seleksi fisik menyatakan kekagumannya pada kedelapan remaja ini. "Mereka bermainnya sangat bagus dan memiliki potensi yang luar biasa di sepakbola. Saya berharap para remaja ini dapat menjadi inspirasi teman-teman di luar sana untuk terus berusaha meraih mimpinya."

Sekali lagi selamatttt ya....  Saya percaya setiap usaha ga akan mengingkari hasil. Satu pesan yang saya ingat jangan pernah takut bermimpi. Beranikan tantang diri sendiri untuk menggali potensi yang masih belum terlihat. Untuk para orang tua mari ubah mindset kita soal gender dan minat anak. Tugas kita hanyamendukung dan mensupport anak-anak kita. Yuk semangat 😍















Tidak ada komentar