Jaga Kesehatan Mata Melalui Pencahayaan Yang Nyaman



Sudah sering saya dikira sombong dan belagu saat disapa kelihatannya acuh. Dududu... maaf banget. Bukan bermaksud begitu tapi ini karena mata saya rabun jauh. Minus delapan, teman-teman. Jadi kalau bertemu orang suka ga ngeh. Lain waktu, yang ada malah saya yang salah tegur orang. Malu bangetttt. 

Saya sudah memakai kacamata sejak kelas 5 SD. Banyak pengalaman ga enak yang saya alami sejak memakai kacamata. Misalnya kalau ketiduran tapi lupa melepas kacamata. Bangun-bangun, kepala jadi sakit. Saya juga harus bolak balik ngelap lensa kacamata, menaikkan kacamata yang melorot, dan keluar biaya lagi kalau kacamata pecah, baretnya sudah parah atau minus bertambah.  Yang sebel kalau hujan deras. Kacamata basah jadi menghalangi penglihatan. Coba kacamata ada wipernya ya? hehehehe... 

Dari sekian banyak kesulitan, yang paling mengganggu adalah mencari kacamata tanpa memakai kacamata. Biasanya hal ini terjadi saat pagi hari, saat bangun tidur dan lupa meletakkan kacamata di mana. Kalau ketemu, benda yang saya cari berikutnya adalah ponsel. 



Ya, kacamata dan ponsel rasanya sudah menjadi soulmate saya. Tapi saya lupa, kalau pekerjaan saya yang sehari-harinya berhubungan dengan ponsel memaksa mata jadi bekerja lebih keras. Sampai akhirnya, Dega protes. Katanya, layar ponsel saya terlalu terang. 



Ya Allah, kalau ga diingatkan Dega, bisa aja saya mengalami masalah penglihatan yang lebih serius, kan? Jujur saya takut. Apalagi ada penelitian yang dilakukan Signify di beberapa negara, termasuk Indonesia, untuk melihat perilaku orang terhadap pencahayaan. Hasilnya menunjukkan bahwa 52% responden di Indonesia takut kehilangan ingatan sejalan dengan usia dan 48% nya lagi kuatir kehilangan penglihatannya. Selain itu ditemukan bahwa 68% lebih suka kehilangan pendengaran daripada penglihatan (32%). 

Di tingkat dunia, Signify menyoroti fakta bahwa 86% responden percaya jika pencahayaan yang baik bermanfaat bagi kesehatan mata. Namun dalam hal menjaga kesehatan pribadi, 66,6% dari mereka tidak merawat mata mereka seperti seharusnya, bahkan untuk hal semudah melakukan pemeriksaan mata rutin. 

Ah, iya, kapan ya terakhir kali saya periksa mata? 


Beruntung saya hadir dalam talkshow yang bertajuk 'Mata Sehat Mendukung SDM Hebat' di Fairmont Hotel, Senayan, Jakarta 31 Oktober 2019 silam. Acara yang digelar Signify sebagai pemimpin dunia di bidang pencahayaan melanjutkan komitmennya untuk menghadirkan lampu Philips LED yang nyaman di mata serta mendorong konsumen Indonesia untuk menjaga kesehatan mata mereka. Hal ini sejalan dengan Word Sight Day 2019 yang jatuh pada 10 Oktober 2019 silam bertema "Vision First". Cocok banget. 

Dr. dr. Tri Rahayu, SpM(K), FIACLE, ahli bedah dan refraktif mata dari RSCM Kirana yang mewakili PERDAMI mengatakan, "ancaman kebutaan dan gangguan penglihatan terus meningkat. Apalagi kita menghabiskan sebagian besar waktu dengan beraktivitas di dalam ruangan. Meskipun ada sinar alami yang masuk ke jendela tapi kita masih membutuhkan pencahayaan yang baik dan layak untuk mendukung pekerjaan yang terkait dengan visual. Misalnya bekerja di depan laptop." 

Sejalan dengan usia, setidaknya 1 sampai 2 tahun sekali kita harus rutin memeriksakan kesehatan mata. Ini merupakan tindakan pencegahan untuk mengantisipasi penglihatan kalau-kalau kondisinya memburuk. Masalahnya, orang Indonesia masih banyak yang tidak menyadari pentingnya melakukan periksa mata secara teratur. Padahal dengan penglihatan yang baik secara keseluruhan, angkatan kerja yang berkualitas dapat terpenuhi. 



Iya juga sih. Saya jadi ingat gimana awal-awal Dega, si bontot pakai kacamata. Saking susahnya melihat papan tulis dia sampai harus memicingkan mata dan bolak balik ke depan agar bisa melihat dengan jelas. Kalau dibiarkan, ya jelas prestasinya akan terganggu. Saya menyadari betul hal itu sebagai sesama pengguna kacamata. 

Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan mata. Tentunya buat kita yang rutin bekerja di depan layar ponsel atau laptop, layar monitor jangan dibuat terlalu terang atau terlalu redup. Jaga jarak pandang antara mata dengan monitor. Ini yang susah. Kalau terlalu asik saya sendiri suka sampai ga sadar kepala saya mendekati monitor. Mata jangan diforsir melihat monitor, untuk melepaskan pandangan dari monitor lakukan kegiatan ambil minum, pipis, atau ngapain gitu lah asal mata lepas dari monitor sesaat.



Faktor lain yang dapat membantu kesehatan mata dari dalam adalah nutrisi. Menyoroti nutrisi Dr. Rita Ramayulis dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) mengatakan, konsumsi buah dan sayur yang mengandung beta karoten tinggi misalnya wortel, brokoli, berry dan telur. Memang sih, mengonsumsi makanan jenis ini tidak membantu minus mata akan menurun. Tapi rutin mengkonsumsinya tak hanya menurunkan risiko katarak tapi juga meningkatkan indera penglihatan. 

Pencahayaan ruangan juga merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga kesehatan mata. Banyak merk bohlam lampu yang diklaim terang tapi kenyataannya di pasaran masih banyak lampu LED berkualitas rendah yang belum memenuhi standar. Nah, sejak tahun lalu Philips telah memperkenalkan bohlam Philips LED MyCare yang dilengkapi dengan paten teknologi interlaced optics. Ini tujuannya untuk memberi kenyamanan pada mata. 



"Desainnya terinspirasi oleh pola biji bunga matahari yang menyebarkan dan memantulkan cahaya yang lebih luas dan merata. Inilah yang membedakan bohlam LED kami dengan merk lain," tutur Rami Hajjar - Country Leader Signify Indonesia. 

Dan kini hadir rangkaian baru produk Philips LED EyeComfort. Selain bohlam Philips MyCare LED dengan teknologi interlaced optics yang diluncurkan sebelumnya, kini ada Philips MyCare LEDstick yang menghadirkan cahaya berkualitas tinggi dalam desain optik yang ringkas dan dioptimalkan. Lampu ini sangat cocok untuk aplikasi pencahayaan umum baik di rumah atau di toko dan restorant. 



Teknologi lampu ini memungkinkan konsumen untuk mendapatkan penerangan menyeluruh, hingga 70% lebih sedikit silau (dibandingkan lampu pijar), tidak ada kedip yang terlihat, keamanan fotobiologis, tahan hingga 15 tahun, ramah lingkungan (tidak mengandung merkuri), dan jejak karbon rendah. 

Untuk mendapatkan produk-produk ini kita bisa membelinya di toko-toko tradisional dan modern juga melalui pasar online. Tersedia dalam warna putih dengan daya mulai dari 3,5Watt hingga 24Watt yang memiliki berbagai ukuran sehingga mudah disesuaikan dengan ruangan dan desain secara keseluruhan. 

Kriteria EyeComfort : 
Ilmuwan Signify tekah mengembangkan seperangkat parameter yang memungkinkan konsumen membuat pilihan berdasarkan informasi mengenai pencahayaan LED. Delapan kriteria EyeComfort yang ketat meliputi : 

tidak terlihat kedip,
kurangnya silau,
dimmable (kemampuan untuk mengubah terang lampu),
Tuneable (kemampuan untuk mengubah temperatur warna),
rendering warna (kemampuan untuk menamilkan warna yang dihasilkan dibandingkan dengan sumber referensi warna, biasanya di bawah sinar matahari),
efek stroboskopik (kemampuan untuk menghilangkan distorsi dalam persepsi gerak),
keamanan fotobiologis (keamanan cahaya biru),
dan tidak ada suara yang terdengar (tidak ada suara dari lampu yang dapat direkam dan diukut pada jarak satu meter di ruangan sunyi). 

Mayoritas lampu LED Philips mematuhi kriteria khusus ini yang memenuhi persyaratan pencahayaan yang nyaman di mata. So, mulai sekarang mari jaga  kesehatan mata. Rutin periksakan mata setiap tahun sekali. Karena mata adalah jendela dunia. 

Tidak ada komentar