Lima belas tahun yang lalu suami saya kecelakaan frontal, motor dengan motor. Kata orang, adu banteng namanya. Saat itu, golden periode alias masa kritis suami saya untuk mendapat penanganan yang semestinya terkendala oleh berbagai hal, salah satunya adalah tindakan pertama pada kecelakaan yang terlalu lama. Penyebabnya, saat itu kami terpaksa harus berpindah-pindah rumah sakit karena pihak rumah sakit tidak mau menangani korban jika tidak ada uang muka. Bagai efek domino, hal tersebut menyebabkan tangan kanan suami saya lumpuh hingga sekarang.
Jika ingat kembali masa-masa itu terus terang dada kami masih terasa sesak. Namun, syukur Alhamdulillah, akibat kecelakaan tersebut suami saya tidak sampai tewas meski bukan dia penyebabnya. Walau begitu, faktor keamanan dan kenyamanan mengemudi di jalan raya menjadi hal yang menjadikan keluarga kami masih merasa sedikit trauma.
sambutan Pak Irwan Prabowo |
Dalam Talkshow bertemakan Safety Driving yang diselenggarakan Website www.mobil123.com, saya dan rekan-rekan blogger diundang hadir untuk peduli dan mensosialisasikan perilaku saat mengemudi yang aman. Dalam sambutannya Bapak Indra Prabowo selaku Managing Editor Mobil123.com memaparkan fakta mengenai data kecelakaan di jalan raya. Kesimpulannya, dalam sehari ada 85,5 orang tewas atau 3,6 orang tewas per jamnya akibat kecelakaan.
Hadir sebagai narasumber utama, Bapak Jusri Pulubuhu, Instructur of Jakarta Defensive Driving Consulting memaparkan faktor-faktor yang harus diperhatikan saat mengemudi. Menurutnya, pengemudi baik lelaki maupun perempuan seharusnya tetap focus agar selamat di jalan. Ditegaskannya, kemampuan mengendara merupakan hal yang mulitasting, jadi abaikan segala masalah sementara untuk berfokus saat menyetir.
Narasumber utama, Pak Jusri Pulubuhu |
Beliau menekankan, stigma buruk terhadap pengemudi perempuan di jalan raya dengan istilah yang booming baru-baru ini, “sen kanan tapi belok kiri” merupakan hal yang harus dibenahi. Sisi feminine perempuan yang tidak multitasking dan kurang cekatan membuat keamanannya sendiri di jalan raya menjadi terancam. Maka, pesannya, focus. Lupakan soal lipstick yang menor atau memikirkan ada apa di rumah sehingga tangan menjadi gatal untuk menelpon.
Faktor kedua, selama mengemudi kita harus mengerti apa yang indra kita tangkap. Penglihatan, Penciuman dan Pendengaran harus selalu kita tumbuhkan kepekaannya. Namun, jangan mentang-mentang kita harus berfokus dan terlalu aware terhadap apa yang indra kita rasakan, kita malah jadi memperlambat kendaraan. Pesannya, pelan belum tentu aman. Siapapun bisa jadi korban atau bisa jadi penyebab terjadinya korban.
Perilaku ugal-ugalan seperti mendadak pindah jalur atau ngepot kanan kiri merupakan tindakan yang berbahaya. Menurut Pak Jusri, hal tersebut justru tidak mencerminkan kehandalannya saat menyetir. Ditambahkannya, biasanya orang yang berperilaku seperti itu mencerminkan kearogansian, dimana arogansi berasal dari self skill yang lemah.
Penyerahan piagam dari Bapak Irwan Nurfiandhy kepada Bapak Jusri |
Nah, jadi jelasnya, tindakan yang diperlukan untuk mengurangi angka kecelakaan lalu lintas adalah mengedukasi perilaku mengemudi. Self skill harus dibenahi. Hal tersebut bisa kita mulai dari diri sendiri dulu. Setelah itu kita bisa tularkan kepada keluarga kita.
Perilaku tertib, mengerti dan empati sejatinya memang harus dimulai dari diri sendiri. Selain itu, kita sebaiknya harus terus mematuhi rambu lalu lintas. Kapanpun dan dimanapun. Jangan sampai tergoda menerabas meski keadaan di jalan sepi dimana lampu lalu lintas menyala merah untuk berhenti. Jangan menyetir apabila sedang mabuk atau dibawah pengaruh narkoba. (Masih ingat kasus kejadian Tragedi halte tugu Senen yang menyebabkan tewasnya belasan orang akibat pengendaranya dibawah Narkoba? ) Dan yang terakhir, jangan pernah mengabaikan kegunaan seat belt. Seat belt dibuat untuk menjaga keamanan saat terjadi benturan mendadak.
Teknikal mengenai cara mengemudi bisa dipelajari learning by doing namun attitude yang baik harus dimulai dari diri sendiri. Bukankah kita sendiri ingin selamat dan aman di jalan, kan? Nah, tumbuhkan yuk perilaku safety driving untuk mengurangi kecelakaan dan fatalitas kecelakaan. Sudah cukup berita mengenai kecelakaan di siaran televisi dan media. Sudah cukup keluarga saya yang mengalaminya, jangan ada lagi yang lain.
Tidak ada komentar