Setetes Darah Selamatkan Jiwa Dengan Donor Darah




Di Indonesia,  angka kematian akibat kekurangan darah masih tinggi sekali presentasenya. Penyebabnya macam-macam. Yang pertama disebabkan kekurangan darah akibat defiensi zat besi yaitu Anemia. Selanjutnya, kematian yang disebabkan terlambatnya penanganan yang membutuhkan transfusi darah. Miris sekali.



Jika ditelisik,tidak bisa disalahkan apabila masyarakat umum termasuk saya masih banyak yang belum memahami serba serbi donor darah sehingga sosialisasi donor darah memang sangat diperlukan sekali. Untuk itulah, ketika mendengar acara sosialisasi donor darah yang diselenggarakan PMI dan komunitas Tau Dari Blogger saya pun tidak mau ketinggalan.

Terus terang, saya punya pengalaman pahit sehubungan dengan susahnya mencari donor darah saat suami saya kecelakaan lalu lintas 15 tahun yang lalu. Di tengah kebingungan karena minimnya informasi yang didapat, betapa waktu sangat berharga sekali waktu itu demi menyelamatkan sebuah nyawa, yaitu suami saya. Bagi saya, informasi yang saya terima di acara ini layak sekali dituangkan dalam tulisan dalam blog karena bermanfaat untuk masyarakat. 

suasana sosialisasi Donor Darah yang dihadiri 50 Blogger undangan
Hari Sabtu 5 November 2016 kemarin, meskipun sempat dilanda rasa kuatir mengenai situasi jalanan Jakarta setelah ramai aksi demo namun tidak menyurutkan semangat 50 Blogger yang hadir. Bertempat di Restoran Bumbu Desa Cikini Jakarta acara Sosialisasi Donor Darah Satu Selamatkan Jiwa menghadirkan narasumber utama dr. Pierlita Rini, M.Biomed dari UTDD PMI DKI Jakarta.

dr. Pierlita Rini, M.Biomed
Dalam pemaparannya, dokter Pierli menjelaskan, karena sifatnya yang mudah rusak maka darah setelah dikeluarkan dari freezer penyimpanan pun akan mengalami penuruan kualitas. Untuk itu pelayanan donor darah di Jakarta dipusatkan di 5 wilayah  sehingga bagi yang membutuhkan darah bisa mendapatkannya di lokasi terdekat.
Jakarta Pusat setiap hari Jumat
Lokasinya : Jalan Pecenongan No. 82


Jakarta Barat setiap hari Senin – Kamis
Lokasinya : Jalan Perdana No. 12

Jakarta Timur setiap hari Senin – Kamis
Lokasinya : Jalan I Gusti Ngurah Rai No. 77, Klender

Jakarta Selatan setiap hari Selasa – Kamis
Lokasinya : Jalan Raya Condet Pejaten, Pasar Minggu

Jakarta Utara setiap hari
Lokasinya : Jalan Plumpang, Semper

 
kegiatan sehari-hari yang dilakukan Unit Transfusi Darah DKI Jakarta


Tipe-tipe Pendonor Darah
Donor darah merupakan sebuah kegiatan kemanusiaan dengan menyumbangkan darah secara sukarela untuk maksud dan tujuan transfusi darah bagi orang lain yang membutuhkan. Meskipun sifatnya sukarela, pendonor darah dibedakan menjadi lima tipe yaitu :
1.       Donor Darah Sukarela
Donor darah sukarela adalah orang yang menyumbangkan darah secara sukarela kepadaUTDD PMI secara rutin setiap 3 bulan sekali untuk diserahkan kepada yang membutuhkan.

2.       Donor Darah Langsung
Donor darah langsung adalah orang yang menyumbangkan darah sewaktu-waktu disebabkan langkanya stok darah di PMI dimana moment kelangkaan stok darah ini biasanya terjadi di bulan Ramadhan. Donor darah langsung ini umumnya memiliki golongan darah yang sama dengan pasien yang membutuhkan dan berasal dari anggota keluarganya sendiri.


Rumah sakit di DKI Jakarta yang menjadi Bank Darah


3.       Donor Darah Pengganti
Donor Darah Pengganti adalah orang yang menyumbangkan darah sewaktu-waktu disebabkan langkanya stok darah di PMI dimana moment kelangkaan stok darah ini biasanya terjadi di bulan Ramadhan. Donor darah pengganti ini memiliki golongan darah yang berbeda dengan pasien yang membutuhkan sehingga darah yang didonorkan disiapkan hanya untuk untuk memenuhi stok darah di PMI saja.

4.       Donor Darah Siaga
Donor Darah Siaga adalah orang yang menyumbangkan darah dimana sifatnya sudah dipersiapkan sebelumnya (siaga) sehingga sewaktu-waktu diperlukan sudah tidak perlu mencari pendonor darah lagi.

5.       Donor Darah ‘On Call’
Donor Darah ‘On Call’ adalah orang yang menyumbangkan darah karena mempunyai golongan darah yang langka (misal golongan darah rhesus negative) sehingga sewaktu-waktu bisa diminta apabila diperlukan.

 Syarat-syarat untuk menjadi Pendonor Darah
sumber : Pixabay.com

Menjadi pendonor darah merupakan sebuah sikap terpuji dengan mau berbagi sekaligus menumbuhkan empati yang tinggi bagi sesama. Dengan jargon Setetes darah anda sangat berarti bagi sebuah nyawa, keinginan PMI untuk membudayakan semangat berbagi kepada masyarakat Indonesia patut diacungi jempol. Sayangnya, memang masih banyak kesimpangsiuran dari masyarakat yang ingin mendonor darah tapi tidak tau caranya dan ada yang tau caranya tapi di hatinya belum ada niat untuk berbagi. Nah, di acara ini dokter Pierly pun menjelaskan secara singkat apa saja syarat yang harus dipenuhi apabila seseorang ingin menjadi Pendonor darah.

kira-kira sperti inilah ruang tunggu donor darah di UDD Jakarta. Nyaman sekali ya :)


Step pertama yang harus dilalui seorang calon pendonor adalah mengisi formulir yang disediakan di PMI dan menyetujui syarat untuk menjaga keselamatan si pendonor darah sebagai berikut :
ü  Berumur 17 – 60/65 tahun

ü  Berat badan minimal 45 kg

ü  Hemoglobin minimal 12,5 g%

ü  Tekanan darah sistol 100-180 mmHg dan diastole 50 – 100 mmHG

ü  Nadi 50 – 100/menit

ü  Si pendonor tidak menderita penyakit sebagai berikut :
·         Tekanan darah tinggi/rendah
·         Kurang darah (Anemia)
·         Penyakit kulit kronis
·         Gangguan pendarahan
·         Kencing manis
·         Penyakit hati, ginjal, jantung dan paru-paru
·         Ayan, Kejang dan Kanker

ü  Si pendonor tidak sedang Menstruasi, hamil atau menyusui

ü  Bersedia menjalani pemeriksaan fisik sederhana dalam batas normal

ü  Cukup tidur dan makan

     ü  Interval penyumbangan darah minimal 8 minggu (12 minggu) dengan jumlah penyumbangan maksimal 5 kali pertahunnya.  

Begitu ketatnya screening yang dilakukan PMI untuk mensuplai darah maka setelah memenuhi syarat di atas, sebaiknya si pendonor jujur dengan  diri sendiri dan tidak mendonorkan darah apabila :
ü  Si pendonor darah beresiko rendah ditandai dengan perilaku hidup sehat dijalankannya.

ü  Si pendonor darah tidak berperilaku resiko misalnya mengidap atau beresiko tinggi terhadap AIDS/HIV

ü  Si pendonor darah bukanlah pecandu alcohol dan narkotika

ü  Si pendonor darah tidak bertatto

ü  Si pendonor darah tidak menderita penyakit kulit khususnya di sekitar tempat tusukan seperti lengan untuk menghindari infeksi yang ditularkan melalui darah dan tidak mengalami diare.

ü  Si pendonor darah tidak mendapat transfusi darah 6 bulan terakhir

ü  Si pendonor darah tidak mendapat imunisasi virus dilemahkan dalam 2 minggu terakhir

ü  Tidak makan aspirin 3 hari terakhir khususnya bagi si pendonor yang mendonorkan trombosit.

Nah, jadi meskipun si pendonor bersemangat sekali untuk mendonorkan darah namun tetap harus memperhatikan syarat-syarat tersebut. Kuncinya, JANGAN BERBOHONG supaya saat mendonorkan darah tidak terjadi hal-hal di luar dugaan. Sebagai contoh saja, saat sesi tanya jawab ada seorang pendonor darah sukarela yang mengalami pusing kepala hebat setelah mendonorkan darahnya. Setelah ditelisik, rupanya sang pendonor ini tidak cukup tidur dan istirahat selama beberapa hari sebelumnya sehingga kondisi tubuhnya dikatakan tidak prima meskipun dia sendiri tidak menyadarinya. 

Mekanisme Pengambilan Darah
 
nah kalau yang ini, ruang donor darahnya. Cozy sekali :)


Setelah syarat-syarat dipenuhi oleh calon pendonor darah tibalah di proses skrining pengambilan darah. Saya yakin masih banyak yang belum tau bahwa volume darah yang diambil itu tidak serta merta harus sama volumenya. Istilahnya relative.
PMI telah memperhitungkan cermat untuk proses pengambilan darah dengan membuat panduannya yaitu : 

Sebanyak 250 ml untuk berat badan 45 kg
Sebanyak 350 ml untuk berat badan 50 kg
Sebanyak 450 ml untuk berat badan 55 kg

Angka tersebut didapatkan dengan rumus penghitungan  8% X berat badan X 12,5%


Dalam satu tetes darah merah terkandung komponen-komponen yang berbeda sehingga perlu dipisahkan sesuai kebutuhan si pasien.


Setelah darah diambil nantinya akan dipisah-pisahkan kembali atau dengan kata lain diidentifikasikan berdasarkan komponen darahnya untuk digunakan sesuai kebutuhan. Saya pikir tadinya, setiap tetes darah yang didonorkan adalah mutlak berupa ‘darah merah segar warnanya’. Rupanya saya salah besar. Di sini dokter Pierli menjelaskan dengan singkat apa saja nama-nama komponen darah yang harus diketahui yaitu darah merah pekat, trombosit pekat, plasma cair, plasma segar beku yang semuanya ini akan dipisahkan-pisahkan berdasarkan kebutuhan si pasien. Dalam proses ini selain memisahkan komponen darah, dilakukan juga penapisan untuk menentukan apakah darah si pendonor mengandung virus hepatitis B, hepatitis C, Sipilis dan HIV/AIDS atau tidak. Proses ini memakan waktu total selama lebih kurang 8 sampai 10 jam.


proses pembuatan komponen darah ada dua cara yaitu manual dan menggunakan mesin automated plasma separator salah satunya Apheresis ini.

Setelah proses skrining sempurna maka setiap komponen darah akan disimpan dengan suhu optimal supaya kualitasnya terjaga sebelum didistribusikan. Pendistribusian darah disebar melalui 205 RS di Jakarta, 244 RS luar Jakarta dimana kebutuhan darah RS perhari mencapai 800 – 1000 kantong. Nah, jadi sederhananya, apabila kita membutuhkan darah dengan cepat kita bisa meminta darah ke Bank Darah dengan syarat membawa formulir permintaan darah dari Rumah Sakit yang sudah distempel dan membawa contoh darah yang dimasukkan ke dalam tabung EDTA.
Manfaat Donor Darah
Untuk menjadi seorang Pendonor Darah memang tidak mudah. Ada banyak faktor sehingga menghambat donor darah itu terjadi. Mulai dari ketidakmengertian prosedurnya, ketakutan tanpa sebab atau memang belum tergerak hatinya. Untuk itu Pemerintah mengapresiasi aksi kemanusiaan ini dengan memberikan penghargaan kepada donor darah yang telah menyumbangkan darahnya minimal sebanyak 25 kali.

Sejatinya, apreasiasi dari Pemerintah pun punya keuntungan buat diri si donor darah itu sendiri karena manfaatnya yang tidak disangka-sangka. Nah, manfaatnya adalah sebagai berikut :
Bagi pendonor darah yang baru pertama kali mendonorkan darahnya, tentunya si pendonor dapat mengetahui golongan darahnya sendiri.
Dengan rutin mendonorkan darah, Kadar Hb dalam darah si pendonor akan terpantau 3 bulan sekali.
Selain terpantaunya HB darah, 4 jenis penyakit seperti HIV, Hepatitis B, Hepatitis C, dan Sifilis terpantau dengan sendirinya.
Mendonorkan Menurunkan kadar zat besi teroksidasi sehingga dapat menurunkan resiko serangan jantung dan Stroke juga menurunkan resiko penyakit kanker.
Dengan menjadi pendonor darah sekaligus bisa berdiet karena dapat membakar hingga 650 kalori.  


Penting! 7 Tips sebelum mendonor darah yang sempat saya abadikan :)

Mengingat begitu berartinya peran setetes darah bagi kelangsungan hidup manusia, dengan memutuskan menjadi pendonor darah banyak sekali manfaat yang didapat oleh tubuh si pendonor itu sendiri. Dan darah yang disumbangkan pun menjadi manfaat bagi yang menerimanya. Semoga angka kematian di Indonesia bisa ditekan akibat kekurangan darah dengan adanya informasi dalam sosialisasi Donor Darah kepada Mitra PMI DKI Jakarta seperti ini. Akhir kata, ingat setetes darah anda sangat berarti bagi sebuah nyawa!

di akhir acara, pengurus PMI DKI Jakarta Bapak Ir. H. Gde Sardjana, SE. Ing menyempatkan hadir bersama istrinya ibu Silviana






Tidak ada komentar