Jangan Takut Konflik, #BeraniBicara Aja!






Tanpa sadar, banyak dari kita di saat sedang bermasalah lalu melampiaskannya pada anak atau pasangan. Mereka yang ngga tau apa-apa jadi ‘korban’ kekesalan kita. Anak ribut sedikit dimarahi. Mereka ngga ngapa-ngapain juga tetap disemprot. Serba salah.

Biasanya, kita melampiaskan kekesalan pada anak atau suami karena ada konflik yang dihadapi. Entah itu masalah pekerjaan, masalah rumah tangga, masalah ekonomi, bahkan masalah di keluarga besar. Sayangnya, konflik-konflik ini ngga dibicarakan guna mencari solusi. Entah karena takut menyinggung perasaan, ngga mau ribut atau justru malah sudah eneg saking kesalnya sampai ga bisa ngomong lagi.



Dalam Talkshow #BeraniBicara yang diadakan Mommiesdaily bersama SariWangi di Kila-Kila By Akasya Restaurant Jakarta kemarin siang, saya kaget mendapati fakta bahwa tingkat keterbukaan keluarga Indonesia cenderung masih rendah. Fakta tersebut didapat dari survey yang dilakukan SariWangi bahwa dua dari tiga orang mengatakan hanya berani mengungkapkan bagian yang mudah dan aman aja untuk dibicarakan untuk menghindari konflik. OMG.



Hal itu juga diakui oleh Ratih Ibrahim seorang psikolog anak dan remaja. Menurutnya, bukan orang tua aja yang masih kesulitan mengungkapkan isi hatinya secara terbuka, anakpun demikian. Semakin anak tumbuh besar, pembatasan dirinya juga semakin kuat dengan aksi ‘tutup mulut’. Untuk itu, orang tua khususnya ibu memiliki peran penting sebagai fasilitator untuk memulai percakapan. Karena sosok ibu memiliki peran sebagai emotional supporter dalam memberikan dukungan dan kehangatan di keluarga.

Ratih menuturkan bahwa seringnya frekwensi anak bercerita tidak menjamin ‘isi’ cerita. Tidak selalu yang diceritakan merupakan ungkapan hati sebenarnya. “Memang, berbicara secara mendalam termasuk hal yang sulit diungkapkan. Tapi itu dapat membangun relasi yang hangat dan intim dan membuat keluarga jadi lebih bahagia dan tentunya dapat mencegah adanya resiko depresi pada seseorang,” jelasnya. 





Fakta seputar rendahnya keterbukaan memang masih menjadi tantangan yang harus dihadapi bagi keluarga Indonesia. Sayangnya, hingga saat ini masih banyak anak yang belum berani terbuka kepada orang tuanya. Padahal, untuk mencapai rumah tangga bahagia, keterbukaan dan komunikasi yang intensif antar anggota keluarga, termasuk antara anak dan orang tua, sangatlah diperlukan. Keterbukaan pada anak juga dapat membantu orang tua memantau perkembangan karakter anak itu sendiri.

Hal ini  mendorong Mona Ratu Liu selaku Brand Ambassador SariWangi untuk membagikan pengalaman sehari-harinya dalam membina komunikasi bersama keluarganya. Melalui video  yang berisi cerita bagaimana keluarga Mona Ratuliu #beranibicara untuk mencari solusi dengan secangkir teh SariWangi kita bisa mengambil pelajaran untuk mulai #beranibicara di keluarga kita seperti yang Mona lakukan.




Memang, sih, untuk memulai pembicaraan terlebih dulu adalah hal yang paling sulit. Namun setiap individu pasti mempunyai cara berbeda-beda untuk memulai obrolan. Mona menjelaskan, ia bersama suaminya senantiasa meluangkan waktu untuk ngobrol bersama anak-anaknya. Entah sambil nonton TV, atau saat suaminya mengantarkan anak-anak sekolah moment ngobrol begitu aja terjalin dengan apa adanya. Biasanya, tanpa diminta justru anak-anaknya sepulang sekolah lebih banyak bercerita tentang pelajaran dan pengalaman di sekolahnya.

Sebagai seorang ibu, menghadapi anaknya yang sudah menginjak remaja Mona pun punya trik sendiri untuk membuat remaja putrinya bisa menceritakan beberapa hal spesifik. Dengan memahami karakter anaknya yang merasa lebih nyaman ngobrol di luar rumah, Mona melakukan pendekatan dengan cara ini. Istilah ‘mancing’ omongan atau membuka perbincangan terlebih dulu merupakan salah satu cara yang digunakan Mona dan suaminya untuk mengajak anak anaknya berani mengungkapkan perasaan atau pengalaman yang dirasakannya. 



Moment minum teh pun biasanya dijadikan Mona untuk berkumpul juga berbagi cerita termasuk menceritakan topik sesulit apapun. Dengan adanya kampanye #beranibicara Mona menjadi tertantang untuk tidak hanya berani bicara isi hati tapi juga mencari solusi akan tantangan yang dihadapi dalam keluarganya. 

Senada dengan Mona, Ratih memaparkan, kita harus memiliki empati untuk mampu menerima perbedaan dan tanpa menghakimi. Dengan begitu, ada perasaan nyaman dan dibutuhkan sehingga pembicaraan jadi lebih nyaman mengalir. Selain itu, faktor dari luar juga berpengaruh untuk membangun suasana hangat dan nyaman yang membantu individu untuk lebih terbuka mengungkapkan perasaan dan isi hatinya.



Untuk dapat menciptakan suasana yang rileks dan nyaman SariWangi dengan kandungan flavonoid dan theanin didalamnya mampu memberikan perasaan rileks, nyaman, meningkatkan fokus dan mengurangi stress. Kehadirannya di tengah keluarga Indonesia yang sudah lebih dari empat puluh tahun lamanya pelopor teh celup SariWangi berkomitmen untuk mendorong terbentuknya keluarga harmonis melalui komunikasi efektif. Dengan kampanye #beranibicara SariWangi mengajak masyarakat Indonesia untuk mengungkapkan isi hati mereka kepada keluarga.




Johan Lie Senior Brand Manager SariWangi yang juga hadir dalam talkshow #BeraniBicara ini mengatakan, “SariWangi percaya, secangkir teh yang hadir di tengah keluarga merupakan fasilitator yang tepat untuk mengungkapkan isi hati dengan bertatap muka langsung sehingga dapat membuat suasana menjadi lebih hangat dan tenang.”

Di akhir acara #BeraniBicara saya mendapat inspirasi dan motivasi baru untuk lebih menggiatkan kembali budaya ngobrol di rumah bersama keluarga. Biasanya setiap makan malam ada aja obrolan seru yang dibahas, tapi tetap aja, siapa tau masih ada yang skip dibicarakan anak-anak saya. Who knows.

Sudah saatnya memang keluarga kita  lebih berani bicara dan saling terbuka tentang segala hal. Dengan komunikasi intensif dan keterbukaan, kita dapat dengan mudah memantau perkembangan karakter anak. Karena berani bicara dengan keluarga dapat membantu menumbuhkan anak menjadi pribadi yang jujur, memotivasi anak untuk lebih berani bergaul dengan temannya, dan menghindari kesalahpahaman. Semoga.








Tidak ada komentar