Nutriforce, Solusi Memenuhi Kebutuhan Harian Nutrisi Untuk Anak



Bicara tentang nutrisi untuk anak, sebagai org tua kita pasti ingin dong memberi nutrisi yang baik untuk anak kita.  Apalagi untuk anak-anak kita yang di usia sekolah. Yaitu di usia 5 – 12 tahun yang di masa tumbuh kembangnya ini mereka sudah bisa memilih apa yang diinginkannya. Memilih aktivitasnya sendiri mau ikut les ini itu; mau berteman dengan si ini dan si itu; bahkan di usia ini jadi lebih picky sama makanan.


Dega yang sekarang sudah kelas 5 juga begitu. Untuk bekal sekolah dia cenderung memilih makanan olahan daripada membawa lauk ikan, alasannya ada durinyalah. Kalau disuruh membawa daging, alasannya susah memotong-motongnya. Disuruh bawa membawa sayur tumisan atau berkuah, alasannya takut tumpahlah. Alasan terus.

Dengan mengkonsumsi makanan yang itu-itu terus, terlebih aktivitasnya yang terbilang padat dari pagi sampai sore terus terang saya kuatir dengan gizinya. Memang sih Dega berperawakan gemuk, tapi gemuk bukan jaminan bahwa dia sehat, kan?

ki - ka : Andrew Soendjojo, Roslina Verauli, Jansen Ongko, Artika Sari Devi


Kebetulan dalam talkshow mengenai nutrisi untuk dukung fokus, aktivitas dan ketahanan anak usia sekolah saya berkesempatan hadir bersama teman-teman Blogger dari komunitas KEB (Komunitas Emak Blogger). Acara yang berlangsung di Lewiss & Carol Resto Jalan Bumi Jakarta Selatan ini turut menghadirkan nutrionist Jansen Ongko, psikolog Roslina Verauli yang ngetop di layar teve dengan talkshow inspirasi wanita, juga Artika Sari Devi selebriti sekaligus ibu dua anak yang full activity.


Narsum pertama, Jansen Ongko, nutrionitst menyoroti mengenai masalah gizi di Indonesia. Menurutnya, masalah gizi di Indonesia dibedakan menjadi dua yaitu kekurangan zat gizi makro dan kekurangan zat gizi mikro.



Kekurangan zat gizi makro atau mal nutrisi meliputi 3 hal :
1.      kurang protein (kwashiokor) yang beberapa diantaranya dapat menyebabkan tinggi dan berat badan anak tidak berkembang, mudah mengantuk dan lelah, diare, juga mudah terkena infeksi.


2.      kurang energi (maramus). Jika kwashiorkor adalah malanutrisi karena kekurangan protein namun dengan asupan energi yang cukup, maka marasmus adalah kekurangan asupan energi dalam semua bentuk, termasuk protein. Gangguan Maramus dapat menyebabkan kerusakan hati, pernapasan, tuberkolosis dan HIV.


3.      masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi (stunting). Umumnya stunting terjadi sejak bayi masih dalam kandungan yang disebabkan oleh ibu hamil tidak mengkonsumi makanan bergizi.


Kekurangan zat gizi mikro seperti zink, zat besi, vitamin B dan vitamin C sangat dibutuhkan anak usia sekolah. Karena mereka membutuhkan zat tersebut sebagai energi dalam menjalankan kegiatan harian di sekolah dan aktivitasnya di luar sekolah. Selain itu, mereka juga membutuhkan zat tersebut untuk mendukung fokusnya saat belajar dan membantu imunitas tubuhnya. Kekurangan zat gizi mikro pada anak dapat menyebabkan Anemia, GAKY (Gangguan Akibat Kurang Yodium), dan KVA (Kurang Vitamin A).

Anemia atau kurang darah adalah suatu kondisi tubuh yang terjadi ketika sel darah merah (eritrosit) dan/atau hemoglobin (Hb) yang sehat dalam darah berada di bawah nilai normal.  


Jansen mengatakan, anemia defisiensi zat besi pada anak usia sekolah yaitu 5 – 12 tahun cukup mengkuatirkan, yaitu 26,4%. Untuk itu kita sebagai orang tua harus jeli memperhatikan gejalanya. Karena pada fase awal, tidak ada gejala yang dapat dilihat akan tetapi pada fase lanjut, gejalanya adalah sebagai berikut :



Gejala anemia bila dibiarkan maka yang terjadi pada penderita akan mengalami lemah, mudah mengantuk dan lesu karena organ-organ tubuh tidak mendapatkan apa yang mereka butuhkan untuk berfungsi dengan baik, yaitu oksigen. Dampaknya berpengaruh sekali pada pertumbuhan dan perkembangan anak juga perkembangan otaknya.



Oleh sebab itu dengan menerapkan pola makan yang baik dan memilih bahan pangan yang tinggi akan zat besi, asam folat, vitamin B12 dan vitamin C merupakan tindakan pencegahan agar terhindar dari anemia. Jansen mengingatkan piring makan rainbow, yaitu dalam satu piring tersedia beragam warna yang mencakup 4 sehat 5 sempurna.




Di kesempatan ke dua, Roslina Verauli, psikolog, menyoroti mengenai perubahan yang terjadi pada anak usia sekolah sehingga pola pengasuhannya juga tidak bisa disamakan. Ia mengatakan, "yang harus diketahui orang tua, seiring bertambahnya usia anak, peran orang tua berubah. Ketika anak berusia 0-2 tahun, orang tua kayak babysitter anak. Mulai dari ganti popok, nyuapin makan, nemenin tidur sampai seterusnya.”


Untuk anak usia 3 – 5 tahun atau balita, peran orang tua berubah lagi. Terlebih di usia ini akan sudah mulai mengeksplorasi lingkungan sekitar melalui warna, bentuk, ukuran dan sebagainya. “Nah, kalau umur anak sudah di atas 5 tahun kan sudah ada yang sekolah. Oritentasinya bertambah deh yaitu berupa akademis, pertemanan, kegiatan dan aktivitas fisik.”



Vera mengingatkan, ketika anak sudah mempunyai banyak kegiatan di luar rumah, mereka bisa mempunyai gaya hidup tidak sehat. Misalnya, karena kebanyakan les anak jadi tidak punya waktu lagi untuk melakukan aktivitas fisik seperti bermain sepeda. Dan, untuk menyiasati waktu yang sempit pun kadang mereka jadi jajan snack yang empty calori. Apalagi saat pagi hari, untuk mengejar waktu supaya tidak terlambat sekolah anak jadi malas sarapan dan lebih memilih jajan saja.
Vera juga mengatakan, ketika anak memasuki usia sekolah, pola pengasuhan orang tua harus dibedakan dengan anak usia pra sekolah. Dengan menekankan kepada teknik diskusi dan memberi reinforcement atau penguatan yang logis dan menerapkan tenik co-regulation atau aturan bersama anak tidak merasa disuruh ini itu tanpa tahu alasannya.




Misalnya, saat menyuruhnya makan kita tidak bisa menyuruhnya dengan kata-kata, “ayo nak, makan ini, minum itu.” Kita harus jelaskan kenapa dia harus minum ini kenapa harus makan itu.
Untuk memberikan nutrisi yang baik untuk anak mau tidak mau kita harus mengajak anak untuk makan makanan sehat. Data menunjukkan bahwa masuknya konsumsi zat besi dan asam folat yang tidak memadai berkolerasi dengan performa test yang sedikit lebih rendah.


Nah, dampak jangka panjang malnutrisi karena tidak tercukupinya gizi anak yaitu pertumbuhan fisik yang rendah, stunting, IQ rendah, koordinasi motorik rendah, dan kurang fokus. Sedangkan dampak negatif dari malnutrisi pada kemampuan belajar dan perilaku akan semakin intens saat anak memasuki tantangan akademis dan sosial yang baru di sekolah yang ditandai dengan peningkatan hormon kortisol atau hormon stress dan detak jantung.





Nah, sekarang apa yang bisa kita lakukan? Vera kemudian memberikan 5 tips untuk orang tua agar masa depan anak lebih baik. Caranya adalah menerapkan metode ABC’s Behavior Modification.
A = Antecendant. Di sini kita harus mengingatkan bahwa hidup bukan untuk sekarang tapi nanti.
B = Behavior. Jadi, kita tidak boleh main perintah anak saja untuk makan tapi kita sendiri tidak.
C = Consequences. Untuk itu diperlukan aturan bersama, satu makan sayur semua makan sayur. Dengan menjadi role model yang tepat, konsekwensinya jelas jika tidak makan sayur akan berdampak pada kesehatan. Jadi ada sebab dan akibat. 




Perkara menyiapkan makanan sehat untuk anak bisa kita lakukan dengan beberapa cara misalnya dengan selalu menyediakan dan hanya memberi makanan sehat di rumah, juga mengajak anggota keluarga untuk makan malam bersama dan mengikuti program sarapan dan makanan sehat di sekolah bila diperlukan.


Untuk mencukupi kebutuhan nutrisi kedua anaknya, ada kebiasaan unik yang dilakukan nara sumber ke tiga, Artika Sari Devi. Jika biasanya orang makan buah setelah makan makanan utama, tapi Artika lain lagi. Ia memilih menyuapi anak-anaknya buah-buahan saat sedang santai di rumah. Menonton televisi misalnya. Jadi, buah dijadikan cemilan. Boleh juga idenya nih J


Tapi bagaimana jika anak-anak tidak sempat atau tidak suka makan buah? Minute Maid Nutriforce solusinya. Artika mengatakan, “kini saya ada pilihan memberikan minuman bernutrisi dengan kebaikan jus buah yang mampu memenuhi 1/3 kebutuhan gizi harian anak saya. Untuk itu, saya sekarang memasukkan Minute Maid Nutriforce ke dalam bekal sekolah anak saya.”


Sebagai anggota keluarga baru Minute Maid, Nutriforce adalah minuman jus kemasan penuh nutrisi yang rasanya enak dan diperuntukkan untuk ibu dan anak. Mengandung 11 vitamin dan mineral Nutriforce yang berisi 8 vitamin dan 3 mineral membantu memenuhi kebutuhan nutrisi harian (vitamin B12, C, D dan Zink).

Mengapa 11 gizi bermanfaat tersebut penting untuk anak-anak?


Andrew Soendjojo selaku Marketing Manager Minute Maid mengatakan, “fokus, aktivitas dan ketahanan fisik merupakan tiga pilar dari Minute Maid Nutriforce. Dengan gizi bermanfaat yang terkandung dalam Nutriforce dapat membantu pembentukan sel darah merah untuk mencegah anemia, energi untuk kebutuhannya saat beraktivitas dan antioksidan sehingga anak tidak mudah terserang penyakit.


Berikut perbandingan Nutriforce dengan merk lain.



Jadi,  mulai sekarang jadikan Nutriforce minuman untuk bekal sekolah anak kita yuk. Karena, Nutriforce sangat praktis diminum kapan saja, baik sebelum atau sesudah beraktivitas maupun sebagai pelengkap makanan utama. Selain itu, Nutriforce juga aman dikonsumsi karena mengandung jus buah asli yaitu jeruk dan yang akan segera keluar varian barunya yaitu rasa mangga diformulasikan tanpa pengawet, pemanis buatan dan pewarna. Nutriforce pun diproses dengan teknologi aseptik untuk menjaga sterilitasnya.





Tidak ada komentar