Rasa Identik Dengan Cinta, Maka Sentuhlah Tulisanmu




Pilih mana, membaca tulisan sederhana tapi tidak ada ‘rasa’. Atau membaca tulisan dengan banyak bunga kata-kata tapi ada ‘rasa’?

Kalau saya, sih, pilih membaca tulisan sederhana,  tapi ada ‘rasa’. *tring 😊

Saya pernah mendengar, profesi menggiurkan di jaman sekarang salah satunya adalah Blogger. Oke makasih. Tapi tahu tidak, sih, bahwa seiring dengan asiknya bisa bekerja yang bukan eigth to five, bisa ketemu orang terkenal, namun tanggung jawab untuk menulis reportase setelah event launching produk ini itu sangatlah menguras emosi. Stuck.

Saya tidak sendiri. Teman-teman yang hadir dalam Workshop Menulis Dengan Cinta Bersama Dini Fitria batch 2 juga mengungkapkan hal yang sama. Ada yang bingung bagaimana memulainya, ada yang bisa memulai tapi tidak bisa mengakhiri *cie*, ada pula yang merasa tulisannya ibarat berita press realese alias datar saja; tidak ada rasa. *Bumbuin aja biar ada rasa :P*


Feature Stories
Mengenai teknik penulisan reportase ala Blogger, Mba Dini mengatakan, bahwa tulisan teman-teman blogger yang hadir dalam workshop yang diselenggarakan Komunitas ISB masih banyak yang hard selling. Baru juga dibaca, sudah nyerocos jelasin sponsor dan produk ini itu. Padahal, lima menit pertama orang membaca itu sangat menentukan sekali. Dilanjutkan atau tidak. Dilan-jutkan laaahh...  😊

Nah sebelum belajar membuat tulisan yang bisa bikin pembacanya 'klimaks', perlu sekali nih kita memahami apa yang namanya feature stories.

Feature merupakan salah satu bentuk tulisan berupa artikel yang dibuat berdasarkan fakta. Karakter human interestnya kuat. Sehingga tidak salah jika mantan jurnalis yang ngetop dengan program tayangan TV Jazirah Islam ini mengatakan bahwa, feature is taste. Feature adalah rasa.

Sebuah feature hendaknya ditulis dengan gaya bertutur persis seperti saat kita sedang ngobrol dengan teman. Ada informasi yang gamblang. Alurnya jelas. Itulah sebabnya feature bebas menggunakan gaya bahasa apapun dan tidak terikat dengan rumus 5 W + 1 H. Fokus saja dengan Why, What and How.

Sebuah feature hendaknya memiliki gaya penulisan yang memikat dan narasi yang indah, sehingga imajinasi pembaca akan terbentuk dan hati nuraninya tersentuh. 

Tapi, gimana caranya menyentuh hati pembaca?

Mengungkap rasa
Di sesi ke dua, setelah sempat istirahat Ishoma, semangat teman-teman yang mengikuti workshop yang diadakan di kantor Blibli.com justru semakin membara saja.
Bagaimana, sih, memberi sentuhan pada tulisan kita?

“Menulis itu seharusnya tidak membuat pusing, lho. Dalam menulis, jika kita tidak bisa menjelaskan sesuatu dengan sederhana maka kita tidak cukup mengerti apa yang kita tulis,” papar penulis novel Muhasabah Cinta, Hijrah Cinta dan Islah Cinta yang semuanya menjadi best seller.


“Mba, tahun ini resolusinya, apa? Mba ingin apa di tahun ini?” tanyanya kemudian.

Hmmm, apa ya? My Big Wish saya hanya satu. “Umroh.”

“Nah, ini menjelaskan sesuatu yang sederhana, kan? Maka tulislah sesederhana mungkin,” jelasnya. 

Berikut tipsnya :

Storry Telling
Mba Dini kemudian mengajak kita mencoba membayangkan dinginnya hujan. Semua orang juga tahu kalau hujan itu dingin, tapi gimana menunjukkan story telling-nya? Menunjukkan-bukan menceritakan-bahwa hujan itu terasa dingin sehingga rasanya sampai menyentuh kulit.

Begini contohnya :
Wangi hujan yang menguar di luar sana membuat pori-poriku seketika mengembang. Rasanya, malam ini begitu senyap. Aku merasa, tidak hanya hatiku yang dingin tapi kulitku seperti membatu.

Rasa dingin itulah yang mempengaruhi hati pembaca dengan menggunakan diksi-diksi yang manis. Tanpa disadari pembaca kita ajak berimajinasi, ia bisa merasakan kesan mendalam; sedih atau gembira sehingga dia mendapatkan motivasi dan inspirasi. Dengan begitu dia akan rela membaca sampai titik terakhir.  

Goal yang jelas
Biasanya teman-teman Blogger sering kebablasan saat menulis, nih. Sudah dibaca sampai tiga paragraf tapi tidak jelas juntrungannya mau kemana. Supaya tidak ngawur sampai bablas ke planet mars, tentukan tema dulu, taati premis, tulislah sesuai alur, wants and needs seperti apa, value-nya apa dan yang terakhir goal yakni manfaat yang didapat pembaca.

Bagi yang belum tahu, premis adalah benang-benang yang mengikat poin-poin yang ada di seluruth tulisan hingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Sehingga tulisan kita jelas dan mudah dipahami, dan tidak akan membuat kita tersesat. 

Nah, lead in angle adalah point pertama yang harus diperhatikan saat memulai tulisan. Tidak usah basa-basi. Tidak perlu pakai bunga kata-kata. Tidak usah panjang-panjang. Satu kalimat sajatapi clear,  fresh and interesting. Gunakan Why, What and How-nya. Perlakukan spesial untuk lead in angle ya,  baru general di selanjutnya. 

Kalau Whats and Need, maksudnya gimana? Saat menulis, coba tabrakkan ironi dengan kenyataan yang ada. Misalnya begini, rencananya kita mau pergi nonton Java Jazz. Tahu sendiri kan gimana excitingnya bisa nonton acara musik tahunan tersebut. Apalagi tiketnya hadiah dari sponsor. Tapi, giliran mau pergi, rupanya anak kita sakit. 

Wants atau keinginan kita adalah pergi nonton Java Jazz. Sedangkan Needs atau kebutuhan kita adalah berdiam di rumah sampai anak sembuh. Itu menarik jadi tulisan. 

Nah, memasukkan unsur humanity interest seperti itu, dengan menabrakkan ironi dan fakta dapat membuat pembaca tersentuh hatinya. Korelasinya ke value, nih. Pembaca jadi merasa akrab dan tahu bagaimana kita, siapa kita dalam kesehariannya. Dan bagaimana kita memberi solusi terhadap konflik tersebut.  Sehingga pembaca bisa mendapat inspirasi dan manfaatnya.  Cakep kaan 😊




Relevan dengan keseharian
Relevan itu penting, jadi ga penting tuh ya bahas orang yang ga bakal pembaca ingat. Tidak perlu ngalor ngidul bawa-bawa tetangga, bawa-bawa siapanya si anu. Tidak penting.

Demikian juga dengan kata-kata begini, ‘Kemarin saya naik kapal pesiar, enak deh’. Kira-kira, jika mendengar berita tersebut apa respon kita? Relevan tidak? Nah, lain lagi jika bahas macet dan banjir di Jakarta. Itu baru masuk akal.

Jadi, benang merah itu penting untuk menjalin korelasi (nah itulah gunanya premis) dalam tulisan. Korelasikan dengan yang up to date misalnya banjir dan macet di Jakarta. Dan, dan, dan, jangan sekali-kali menasehati pembaca, alangkah baiknya jika kita sendiri yang menasehati diri kita. 

Buat Rasa Penasaran
Supaya tulisan kita menarik dan disukai pembacanya, perlu adanya daya tarik. Mba Dini kemudian mengatakan, keluarkan dong sisi liarnya. Misalnya seperti apa?  Kalau gaya seharian kita ada kocaknya,  ada isengnya silakan tampilkan dalam tulisan kita. Kita tidak perlu takut mengeluarkan lelucon dalam tulisan kita, karena peran kita selain mengedukasi juga menghibur (edutainment). 


Penghayatan
Saat menulis review produk, pemahaman mengenai produk menjadi hal penting yang harus dipahami supaya tulisan kita bernyawa. Bukan seperti membaca press realese saja.

Angle-nya misalnya mengenai diabetes dapat menyebabkan kematian. Agar mempunyai rasa, maka kita buat seolah-olah menulis buat satu orang saja. Ini namanya point of view.

Baru tadi pagi aku mendengar bahwa sahabat karibku sendiri menghembuskan napasnya karena penyakit yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya. Ternyata penyakit itulah yang merenggut cita-cita dan segala impiannya. Aku baru tahu bahwa diabetes itu sangat berbahaya bagi kesehatan. Tadinya kupikir penyakit jantung, kanker... dan setelah itu baru deh bahas produk.

Terakhir, Mba Dini berpesan untuk terus melatih gaya menulis kita agar tulisan kita mempunyai ciri. Perkaya diksi dengan banyak membaca agar bahasa tulisan kita rapi dan terjaga. Tidak ada typo. Selalu juga tanamkan dalam hati, bahwa tulisan kita pun akan dimintai pertanggung jawabannya kelak oleh-Nya. Karena itu buat tulisan yang baik. Tulisan yang bermanfaat. 

Setuju Mba. Katanya jika kita memberikan manfaat kepada orang lain, semuanya akan kembali untuk kebaikan kita. My Big Wish yang sudah saya tanam dalam hati sejak lama adalah menginjakkan kaki di tanah suci Mekkah. Dan saya merencanakan untuk menunaikan ibadah Umroh tersebut tahun ini. Supaya sisa hidup saya menjadi manfaat dan senantiasa diberkahi Allah SWT.

Untuk itu, saya konsisten menabung satu-dua gram emas batangan dari fee yang saya terima selama ini. Tahu sendiri, kan, biaya Umroh itu mahal. Maka saya lebih suka membeli saat ada diskon emas batangan seperti di  #BlibliSekarang. Insha Allah ini berhasil. Doakan terkabul ya, aamiin. 

Terimakasih Mba Dini Fitria, terimakasih Komunitas ISB, terimakasih Blibli, dan terimakasih juga untuk Zoya Cosmetic yang sudah turut memeriahkan workshop dengan tutorial make up-nya yang natural. Saya percaya, alam semesta mendukung segala kebaikan. Di detik-detik terakhir Teh Ani mengabarkan kalau ada satu seat untuk saya. Padahal pendaftaran sudah close. Alhamdulillah. 

Dan di sinilah saya sekarang, menuliskan ini untuk berbagi kepada teman-teman. Semoga bermanfaat. Aamiin.  

Tulisan menunjukkan kualitas diri penulisnya, dan tulisan yang memiliki ‘rasa’ adalah hal terpenting dalam tulisan itu sendiri. ‘Rasa’ identik dengan cinta, karena itu penting sekali buat seorang Blogger untuk memberikan sentuhan cinta di setiap tulisannya.


Tidak ada komentar