Mandiri Jogja Marathon 2018 ; Maknai Indahnya Sejarah Budaya Jawa


Olahraga lari itu mudah.  Tidak perlu sepatu,  hanya modal kaki saja juga bisa lari. Olahraga lari itu simpel, karena tidak ada aturan main seperti olahraga lainnya. Dan lagi olahraga lari itu waktunya juga fleksibel,  terserah kita mau kapan.  

Yang terpenting, olahraga lari juga tidak perlu arena tersendiri karena kita bisa lari di mana saja. Kita bisa keliling komplek perumahan, bisa juga menyusuri persawahan. Itulah sebabnya, olahraga lari adalah pilihan tepat untuk orang yang menginginkan kepraktisan namun tetap dalam batasan gaya hidup sehat dan bugar.

Selain membentuk tubuh menjadi sehat dan bugar nyatanya olahraga lari pun punya manfaat lain, lho.  Coba diingat-ingat deh,  pernah nonton film Forrest Gump? Film yang dibintangi Tom Hanks di tahun 1994 ini sangat memotivasi sekali karena ia berlari sejauh 24,5 ribu kilometer selama tiga tahun hanya untuk melupakan pujaan hatinya. Alasannya berhenti lari hanya satu,  "saya capek" hihihi... 

Atau pernah nonton film Korea Selatan Pacemaker?  Film yang ngetop di tahun 2012 ini menceritakan perjuangan seorang atlet pelari jarak jauh yang berasal dari keluarga miskin. Asal mula ia ikut lomba lari sewaktu masih kecil hanya biar bisa mendapatkan hadiah mie instant.  Miris ya :(




Apapun motivasinya,  tapi bila bicara soal hadiah, hmmm,  siapa juga yang tidak ingin hadiah? Saya pun.  Apalagi kalau hadiah totalnya mencapai ratusan juta seperti dalam event lari Mandiri Jogja Marathon 2018 yang baru saja digelar pekan lalu. Pantas, dalam waktu singkat,  sebanyak 8000 peserta dari dalam dan luar negeri antusias ikut mendaftarkan diri dalam event lari yang diselenggarakan untuk kedua kalinya ini di Jogja.  

Event lari yang diselenggarakan Bank Mandiri tidak terasa sudah menjadi event tahunan bergengsi yang diadakan BUMN ini. Bila pertama kali diselenggarakan di Jakarta sehingga namanya Mandiri Jakarta Marathon dan sudah berlangsung sudah selama 5 kali, maka karena bertempat di Jogja maka namanya Mandiri Jogja Marathon 2018. Singkatannya sama-sama MJM, ya hehehe... 

Ambience yang ditawarkan juga berbeda dari sebelumnya. Bila di Jakarta setiap pelari diajak berlari melintasi rute yang menonjolkan keindahan landmark ikonik kota Jakarta maka dalam Mandiri Jogja Marathon 2018 lain lagi. Di setiap kilometernya, setiap pelari seperti dilempar ke masa lalu dengan menyusuri indahnya sejarah budaya Jawa, khususnya Jogja yang mempesona.



Sebagaimana kita ketahui,  Jogja merupakan sebuah wilayah yang penuh pesona peradaban masa lalu.  Indahnya pantai selatan dengan mitos-mitosnya,  indahnya candi-candi yang bertebaran di perbatasan Jogja dan Klaten dengan segala legendanya tentu masih membekas dalam ingatan kita mengenai kisah-kisahnya juga kehidupan keraton dimana disanalah raja Jogja dan keluarganya tinggal pun menjadi daya tarik untuk ditelisik. 

Disamping itu, pesona Jogja pun masih ada lagi. Jogja mempunyai banyak kuliner lokal yang disukai banyak orang misalnya gudeg, krecek, sate klatak dan jajan pasar lainnya yang mungkin sudah jarang kita temui di kota lainnya. Bahkan kesenian tradisional Jogja pun sampai sekarang masih dilestarikan seniman-seniman lokalnya. Tidak heran jika Jogja disebut dengan kota budaya, ya.




Dan ketika seluruh keindahan sejarah dan budaya Jogja dibungkus jadi satu dalam event ini tentu saja bakal membuat kesan yang tidak akan terlupakan. Bayangkan, di event lari Mandiri Jogja Marathon 2018 ini, setiap pelari harus bersaing melewati desa tradisional kuno dan sejumlah landmark menarik selain komplek Candi Prambanan, monumen taruna dan situs warisan sejarah lainnya. Ketika melewati persawahan, aliran sungai dan pedesaan yang asri tentu memiliki daya tarik sendiri sehingga banyak peserta yang berhenti sejenak untuk mengambil napas sambil swafoto.



Saat melintasi beberapa titik, kehadiran atraksi hiburan-hiburan kesenian tradisional Jogja dari mulai kesenian Jathilan, Barongan, Badui, Gejog Lesung, Karawitan dan Keroncong pun tampil memukau sehingga membuat peserta melambatkan speed-nya menikmati sejenak hiburan lokal tersebut. Wah, bisa dibayangkan, ketika persaingan individu berlangsung dengan ketat, trek yang menantang ditambah suhu Jogja yang terik  tentu bukan hal yang mudah dilakukan oleh pelari-pelari dalam melewatinya, ya. 


Perhelatan ajang lari Mandiri Jogja Marathon 2018 meski disponsori oleh Bank Mandiri tetapi dalam penyelenggaraannya melibatkan banyak lini. Diantaranya adalah pihak pemerintah daerah Yogyakarta, pihak TWC (Taman Wisata Candi) sebagai tuan rumah dan pihak kepolisian untuk mengatur lalu lintas agar kegiatan masyarakat tidak terganggu dan konsentrasi pelari tetap utuh di dalam trek larinya.




Tujuan diadakan event lari ini tidak lain adalah untuk meningkatkan pariwisata dan menggiatkan perekonomian lokal supaya jadi mandiri. Untuk itu Bank Mandiri turut menggandeng hotel-hotel dan pelaku ekonomi lokal termasuk penjual jajanan pasar dan kuliner khas keraton Jogja. Bank Mandiri pun melibatkan petani pisang lokal di seluruh wilayah Jogja untuk menyediakan delapan ribu lebih pisang untuk dikonsumsi pelari dan seluruh pengunjung yang hadir. Bukan tanpa sebab, mengapa pisang lokal dipillih untuk jadi pengganjal lapar pelari. Karena buah pisang dikenal sejak lama memiliki energi tinggi sehingga cocok dikonsumsi seperti ini.



Agar seluruh transaksi berjalan lancar, selama event berlangsung Bank Mandiri telah menyiapkan jaringan pembayaran non tunai. Upaya ini merupakan bagian dari proyek yang dicanangkan pemerintah untuk memasyarakatkan casless society. Dengan transaksi non tunai,  kegiatan pembayaran dapat dilangsungkan dengan mudah dan cepat sehingga pengaruhnya akan terasa ke depannya bagi perekonomian. 

So far, event Mandiri Jogja Marathon 2018 semakin menarik karena dalam kesempatan ini Bank Mandiri tidak hanya men-support kegiatan pariwisata dan ekonomi semakin kuat di Jogja tapi juga menyalurkan bantuan senilai 1 milyar untuk memperbaiki infrastruktur jalan dan sarana umum di wilayah kabupaten Sleman. Secara simbolik, penyerahan bantuan tersebut dilakukan oleh Vice President Corporate Communications Bank Mandiri Maristella Tri Haryanti kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Pemukiman Sapto Winarno tanggal 9 April 2018 lalu. 

Dari empat nomor yang dilombakan yakni : 
  • jarak standar full marathon (42,195 km), 
  • half marathon (21 km), 
  • 10 km dan 
  • 5 km 



Semuanya terbagi menjadi dua kategori yakni untuk putra dan putri dimana di masing-masing nomor yang dilombakan berhak menyandang hadiah untuk juara satu, juara dua dan juara tiga untuk amasing-masing kategori. Jadi, semua pelari baik dari lokal maupun asing, baik putra maupun putri, sama-sama memiliki kans untuk menang. Betul saja, pemenang Mandiri Jogja Marathon 2018 pemenangnya diborong warga negara Kenya. Selamat ya :)

Dipikir-pikir betul kan, kalau olahraga lari itu mudah dan simpel. Cuma butuh kaki dan kemauan saja. Jadi penasaran, kira-kira apa ya kiatnya orang-orang Kenya itu sehingga sering menang lomba lari? 














Tidak ada komentar