Ini Jempolku Mana Jempolmu? Mari Sebarkan Berita Baik Di Media Sosial


Ini jempolku mana jempolmu? Mari sebarkan berita baik di media sosial mengingat masyarakat sekarang ini mempunyai sumber keasyikan baru melalui media ini. Dengan bermedia sosial orang bisa bersosialisasi baik dengan teman baru yang dikenal karena mempunyai ketertarikan yang sama maupun dengan teman lamanya. Melalui media sosial orang dapat menyalurkan keluh kesah maupun inspirasinya. Dan melalui media sosial orang juga dapat memviralkan segala informasi.

Saya pernah menuliskan dalam blog pada September 2015 lalu berjudul saat tragedi di depan mata. Saat itu saya kesal tapi tidak dapat berbuat apa-apa ketika dihadapkan pada sebuah kecelakaan di jalan raya. Bukannya menolong orang-orang malah sibuk memfoto-foto korban sehingga membuat jalanan makin macet. Saya tahu, setelah memfoto-foto pasti tidak lama kemudian foto-foto tersebut akan tersebar di media sosial. Sepertinya, ada rasa kepuasan mungkin ya bila menjadi orang yang pertama kali menyebarkan tragedi tersebut. 

Tidak bisa disalahkan perkembangan teknologi gadget yang pesat menjadi salah satu penyebab penggunaan media sosial semakin booming. Coba kita amati, setidaknya pasti ada satu atau dua media sosial yang diunggah dalam gawai seseorang sebut saja Facebook, Twitter, Instagram atau Path.  

Padahal dulu jaman saya masih kecil, televisi adalah satu-satunya sumber informasi searah yang kita terima selain media cetak. Dan saya adalah satu dari masyarakat yang pernah begitu keranjingan nonton apapun yang muncul dari kotak ajaib tersebut. Tapi perlahan-lahan televisi pun pudar pesonanya digantikan dengan media sosial. Karena melalui media sosial orang tidak lagi berperan sebagai penerima informasi tapi bisa berperan juga sebagai pemberi informasi.


Nah, sayangnya, berita yang simpang siur di media sosial sumbernya kerap tidak diketahui pasti sehingga validitasnya sulit diuji kebenarannya. Misalnya saja saat ada gempa beberapa waktu lalu. Saya sempat menemukan di beranda Facebook saya ada yang memposting kembali potongan video berupa peristiwa gempa yang menyebabkan mobil-mobil yang diparkir terguncang hebat. Padahal setelah diamati dan membaca running text di bagian bawah video yang diambil dari tayangan berita televisi ada berita mengenai perkembangan musisi yang terlibat dalam kasus pornografi. Ah, rupanya gempa tersebut terjadi beberapa tahun yang lalu di belahan kota di luar negeri sana. Iseng banget yang menyebarkannya, kan!

Berita hoax seperti itu memang mengecoh persepsi masyarakat. Tidak sedikit orang yang tertipu kemudian men-share tanpa berpikir lagi. Apa yang benar dan apa yang salah menjadi bias. Tidak jarang akibat berita yang belum jelas keabsahannya dua orang jadi berdebat dan bersiteru yang berlanjut dengan blokir-blokiran sosial media. Biasanya kalau sampai begini permasalahannya hanya soal sepele, yaitu politik yang digoreng dikasih bumbu biar syedep hehe hehe...

Terlepas dari siapa yang kita dukung atau orang lain dukung memang nyata bahwa kata-kata adalah buah pikiran. Dari status yang terpampang di media sosial dan komentar-komentar kita bisa meraba, lho, karakter, wawasan dan keberpihakan orang akan sesuatu. Maka bersikap bijak dengan berkomentar di ruang publik menjadi kuncinya. Belajarlah membedakan komentar yang mengandung kritik membangun dengan komentar yang menjatuhkan karena unsur tidak suka. 

Demikian juga dengan hobi men-share apapun supaya menjadi viral. Sebelum menekan tombol 'bagikan' yuk mari kita sama-sama mengendalikan diri untuk tidak men-share di media sosial karena dapat mengganggu psikologis yang menontonnya. Coba bayangkan dampaknya bila anak-anak kita menonton tayangan kekerasan atau pembulyan yang terjadi di kisaran usia mereka. Bisa jadi mereka akan mengira kekerasan dan pembulyan pada temannya adalah hal yang wajar dan tanpa dampingan anak dapat mencontoh perbuatan tidak baik tersebut. Jika sudah begini yang rugi siapa?

Begitupun dengan kejadian tragedi kecelakaan seperti yang saya ceritakan tadi atau misalnya peristiwa tragis yang terjadi di Mako Brimob kemarin. Coba bayangkan apa rasanya bila kita adalah salah satu keluarga dari korban tersebut? Bagaimana rasanya kita melihat keluarga kita yang bersimbah darah lalu dijadikan tontonan banyak orang. Sedih pasti, apalagi bila sampai membaca spekulasi terkait insiden tersebut yang sulit dibuktikan kebenarannya. Dan ujungnya hanya kecurigaan saja. Kalau begini apa namanya ga nambah dosa?

Oiya, masih ingat tidak viralnya video soal dua lelaki yang terlihat mesra berboncengan motor yang disangka di media sosial sebagai kemesraan gay. Padahal itu adalah keakraban kakak adik yang lama tidak bertemu. Kini pembuat video tersebut sudah memetik pelajaran.

Meskipun dia sudah meminta maaf tapi jejak digital tidak semudah itu hilang. Karena video yang telah menyebar seperti halnya wabah penyakit yang laju perkembangannya di luar dugaan. Itulah ada pepatah yang kini sering diucapkan bagi yang hobi bermedia sosial yakni jempolmu harimaumu. Setiap tulisan berupa status atau komentar di ruang publik media sosial bisa menjadi bumerang buat kita bila tidak bijak menggunakannya.

Sekarang kita ada di posisi pengguna media sosial yang mana? Bagi yang belum tahu tujuan dan manfaat bermedia sosial yakni hanya ikut-ikutan tren saja tentu sangat disayangkan. Padahal di media sosial kita bisa jual diri juga lho. Whatt?? jual diri yang saya maksud adalah jualan online baju misalnya, apalagi jelang lebaran seperti ini kebutuhan akan baju baru meningkat bukan?



Atau bagaimana jika jual diri dengan cara lain yakni dengan membuat karya terbaik dan hiasi laman blog, vlog dan media sosial dengan konten positif dan kreatif dalam lomba blog dan vlog #SebarkanBeritaBaik. Lomba ini diselenggarakan Kapolda Metro Jaya dalam upaya menyejukkan konten di media sosial dengan karya yang humanis dan kreatif dengan tema Mari Bersatu Menjaga NKRI. Periode lomba dimulai dari 9 Mei - 22 Juni dan pengumuman pemenangnya pada 1 Juli 2018 bertepatan degnan hari Bayangkara dengan hadiah sepeda motor, laptop, kamera dan ponsel dan pemenangnya juga akan berkesempatan meliput kegiatan Kapolda patroli udara dengan Helikopter. Asyik kan.



Dalam Coffee Morning yang digelar Kapolda Metro Jaya di gedung Promoter Rabu 9 Mei 2018 lalu, Bapak Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono mengatakan bahwa di tengahnya masifnya berita hoax dan ujaran kebencian di media sosial apalagi dikaitkan dengan politik, netizen harus bisa lebih bijak dalam menggunakan media sosial dan tidak mudah terprovokasi atas pesan atau berita yang belum jelas keabsahannya.



Sejujurnya, saya sangat setuju dengan adanya upaya menyejukkan dunia media sosial melalui kegiatan lomba blog dan Vlog ini. Karena dengan menahan diri, menahan jempol dan stop hoax menjadi satu hal positif yang bisa dimulai dari diri sendiri. Jadi ini jempolku, mana jempolmu? Mari sebarkan berita baik di media sosial dan raih hadiahnya, okaay :)
















Tidak ada komentar