Hormati Perbedaan Karena Keragaman Adalah Anugerah



Bulan Ramadhan sudah menginjak hari ke 23. Tidak terasa sebentar lagi kita umat muslim di seluruh dunia akan merayakan hari kemenangan kita. Setelah berpuasa selama sebulan penuh, bulan yang sangat mulia-yang didalamnya penuh keberkahan-tidak terasa usai sudah. Akankah kita masih diberi umur panjang untuk menyambut kedatangan bulan suci ini di tahun depan? Wallahu alam.

Berpuasa sejatinya bukanlah sekedar menahan lapar dan haus belaka. Dalam agenda Silaturahmi Kapolda dan Wartawan dengan Netizen di Gedung Promoter Kapolda Metro Jaya, Jakarta, 6 Juni 2018 kemarin, dalam tauziahnya, Ustad H. Muhammad Ali mengatakan, "orang yang berpuasa hendaknya menjaga pandangannya, lisannya, pendengarannya dan seluruh anggota badannya dari hal yang dilarang Allah SWT."




Hal ini mengindikasikan bahwa Allah tidak menerima puasa seseorang yang masih selalu berkata dusta, senang mengadu domba, memfitnah, menyakiti hati orang dengan kata-kata buruk dan tidak meninggalkan perbuatan maksiat. Terlebih di tahun ini, dimana suhu politik semakin memanas, membuat perpecahan semakin santer saja. Antar suku, agama dan ras saling bersiteru. Seolah ada rasa tidak puas bila pembalasan belum dilakukan. Ibaratnya, mata ganti mata, gigi ganti gigi. Rantai kebencian berbalut identitas agama dan golongan untuk kepentingan perebutan kekuasaan dan kemakmuran bangsa kita begitu mengkhawatirkan kondisinya.

Menyikapi fenomena yang dapat memecah belah kebhinekaan di negara kita ini, hadir tamu-tamu istimewa yaitu 50 anak yatim piatu dari komunitas masyarakat cinta POLRI untuk menerima santunan dan tokoh-tokoh lintas agama dalam Silaturahmi Kapolda Metro Jaya dan Wartawan dengan Netizen yang dibarengi dengan buka puasa bersama. Sayang sekali, bapak Kapolda Metro Jaya Irjen Polisi Idham Aziz batal hadir dikarenakan ada hal mendesak sehingga diwakilkan oleh Wakapolda Brigjen Pol Purwadi Arianto.




Adapun, perwakilan dari tokoh agama yakni bapak pendeta Datulon Sembiring, Biksu Syailendra Virya, Romo Rd Aloysius Tri Harjono, Pedande Gede Nyeneng dan Ustadz H. Muhammad Ali yang hadir serempak memberikan pernyataan bahwa melalui tokoh agama mereka berkomitmen untuk sama-sama menjaga, mempertahankan dan terus memperkokoh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika.

Kata Bhinneka Tunggal Ika 'mungkin' telah akrab di telinga kita sejak kecil dalam pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) yang kini telah berganti nama menjadi pelajaran PKN (Pendidikan Kewarganegaraan Nasional). Bermakna 'berbeda-beda tetapi satu jua' mengingatkan bahwa Indonesia memiliki belasan ribu pulau, ribuan suku bangsa, beragam agama, kepercayaan, ideologi politik dan ratusan bahasa dan budaya yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Hal tersebut menunjukkan bahwa keragaman yang ada justru seharusnya mempersatukan kita semua dalam naungan negara.

Ironisnya, permainan politik yang kita rasakan sekarang nyatanya semakin membuat kita tersesat. Nuansa kebencial kultural semakin berjarak lebar dengan tujuan utama negeri ini dibangun. Tidak mudah memang bertoleransi terhadap tabiat maupun karakter orang yang berbeda suku, agama, golongan dan budaya yang majemuk. Apalagi dengan adanya teknologi sosial media, membuat orang dengan mudah menumpulkan rasa, logika dan komitmen kebangsaan apalagi pertemanan bila 'tidak sama'. Padahal, perbedaan yang ada sejatinya tidak menghalangi adanya persatuan. Semestinya bisa memperkaya jiwa kebangsaan kita dan menjadikan bangsa ini berjiwa besar, tidak mudah diadu domba.

Bertepatan dengan bulan Ramadhan, moment untuk mengukuhkan sikap saling menghormati perbedaan menjadi sebuah cara manis yang diambil Kapolda Metro Jaya untuk mengakhiri Ramadhan yang sebentar lagi berlalu. Dengan hati yang bersih, di hari yang fitri yang tinggal menuju hari lagi kita semua diharapkan untuk tidak mudah terprovokasi dan malah ikut menebarkan kebencian.



Sebagaimana disampaikan Bapak Wakapolda Brigjen Pol Purwadi Arianto,"bulan Ramadhan menjadi momen menguatkan sikap saling menghormati dan bertoleransi. Diharapkan media massa dan media sosial ikut menjaga kesucian bulan Ramadhan dengan berita yang menyejukkan dan berita positif di masyarakat. Begitu juga dengan para netizen yang aktif di media sosial mari #sebarkanberitabaik."

Mari berdamai dengan luka politik yang telah terjadi. Jangan mau diadu domba. Mari sebarkan berita baik agar suasana kondusif, aman dan tentram dapat membawa Indonesia selamat dari tekanan politik globalisasi yang membelah dan para pemain politik yang berpikir dangkal. Karena sejatinya perbedaan di antara kita seharusnya menyatukan kita. 

Nasionalisme itu ialah suatu itikad; suatu keinsyafan rakyat bahwa rakyat itu ada satu golingan, satu 'bangsa'! ~ Ir. Soekarno. 




Tidak ada komentar