IIBF 2018 Filterasi Informasi Dengan Cintai Literasi



Waktu masih SD pameran buku IKAPI selalu saya nanti-nantikan kehadirannya. Saya rela lho memecahkan celengan untuk bisa membeli buku-buku favorit saya. Diantaranya Lima Sekawan karya Enid Blyton dan serial Noni karya Bung Smas. Sampai-sampai saking terbawanya masuk ke dalam alur cerita, saya bertanya-tanya. Benarkah kampung Krapyak tempat Noni tinggal itu nyata adanya? Benarkah Godek sahabat Noni yang juga seorang buronan polisi itu orangnya baik hati?

Ah, saya terinspirasi sekali dengan tokoh Noni yang tomboi dan berani. Sudah banyak petualangannya memberantas kejahatan dibantu Godek yang pandai menyamar. Saya berandai-andai, kalau-kalau saya adalah teman Noni, mungkin akan lebih banyak petualangan berani yang kami hadapi hahahaa...



Kenangan tentang pameran buku IKAPI memang tidak mudah  dilupakan. Buku-buku yang saya beli tanpa disadari telah membentuk jati diri saya sekarang. Saya pernah ketemu Bung Smas dan Hilman Hariwidjaja penulis LUPUS. Pernah juga dapet kaos dan buku yang ditanda tangani langsung kedua penulis tersebut. Saya pun masih ingat ketika belanja stationery merk Sanrio dan kertas kado untuk sampul buku. Buat zaman saya, kalau punya printilan berdesain Hello Kitty atau My Melody bener-bener keren pokoknya, deh!

Siap-siap kalap di Zona Kalap 
Kemarin di pembukaan IIBF 2018 kenangan saya terhadap pameran buku IKAPI kembali menyeruak. Dalam antrian di zona kalap, ibu-ibu di depan saya memegang keranjang yang terlihat berat. Satu demi satu mba kasirnya sibuk sekali menginput belasan pensil, setumpuk penghapus, mainan edukasi dan buku-buku.




Ibu itu tidak sendiri. Sepanjang mata saya memandang rata-rata orang membawa keranjang untuk meletakkan belanjaannya. Tidak mungkin kalau beli satu buku, nih! Sayapun tadinya juga hanya lihat-lihat saja. Tapi keinginan saya tidak terbendung ketika melihat bandrol harganya ada yang hanya 5.500 rupiah aja. Sayang sekali kalau sampai ga beli ini. Lalu tanpa sadar saya ambil buku pertama, kedua, ketiga dan, masya Allah, kalap juga saya rupanya hahaha....



Bagaimana tidak kalap coba, Zona kalap merupakan salah satu pogram andalan di penyelenggaraan IIBF 2018 ini. Ada satu juta buku dari berbagai penerbit yang dijual dengan potongan harga hingga 80%. Mau buku apa saja ada misalnya buku fiksi, novel, non fiksi, buku anak dan buku religi yang memuaskan dahaga pecinta buku seperti saya.

IIBF (Indonesia International Book Fair) merupakan transformasi dari pameran buku IKAPI sejak tahun 2014 lalu. Kini, di tahun ke-37 diselenggarakannya pesta buku dari Ikatan Penerbit Indonesia selain penerbit dalam negeri, peserta dari negara asing juga ikut bergabung.



Info yang saya dapat, ada lebih dari 62 peserta Indonesia yang menghadirkan 110 stand. Tidak hanya itu, dalam pesta buku yang diselenggarakan sampai tanggal 16 September ini juga diikuti 34 peserta dari 17 negara. Diantaranya adalah Inggris, Jerman, Turki, Mesir, Maroko, China, Jepang, India, Uni Emirat Arab, Singapur, Korsel, Malaysia, Thailand, Tunisia, Australia dan Arab Saudi.

Umroh dan Naik Haji 
Salah satu stand yang menarik untuk dikunjungi adalah stand Arab Saudi. Di sini ada banyak buku-buku islam yang menarik untuk dibaca. Akan tetapi di area ini kita juga bisa menikmati spot-nya yang megah dan luas; seolah-olah berada di jazirah Arab. Banyak sekali orang Arab berpakaian gamis putih dengan sorban di kepalanya. Percakapan berbahasa Arab antar mereka sontak membuat saya tersenyum. Begini mungkin ya rasanya kalau lagi Umroh.





Oh iya, terkait dengan Umroh dan Haji, jangan sampe lupa ya mampir mengisi data pengunjung di stand ini dan memasukkannya ke kotak tersedia. Setiap harinya, setiap pukul 7 malam akan ada pengundian pemenang yang beruntung akan berkesempatan Umroh dan naik Haji gratis. Syaratnya hanya satu, harus hadir saat nama-nama pemenang diumumkan. Asiikkkk...

Bursa Naskah dan Indonesia Right Fair
Pesta buku IIBF rupanya bukan hanya ajang pameran dan penjualan buku saja. Karena ini adalah ekosistem bermanfaat dimana seluruh penggiat buku berkumpul. Baik itu penulis, penerbit maupun pembaca buku.

Kalau tidak ada ekosistem ini, bagaimana penulis bisa produktif menulis bukunya? ~ Triawan Munaf - Ketua BEKRAF

Melalui ajang bursa naskah misalnya. Ini menjadi ajang bertemunya penulis wannabe dan penerbit untuk berkonsultasi dan negosiasi. Ini pun dapat menjadi market perbukuan internasional bagi penerbit dan penulis yang menyasar pasar global. Namanya Indonesia Right Fair. Melalui IRF semua pelaku usaha perbukuan dapat mempromosikan buku unggulannya untuk ditawarkan hak cipta terjemahannya ke penerbit lain. Kalau begini artinya penulis jadi semakin produktif melahirkan karya-karya terbaiknya, kan.



Setiap tahunnya event IIBF memiliki tema berbeda-beda. Kali ini tema Creative Work Towards the Culture Literacy dipilih dengan mengadakan berbagai acara bertema literasi, pendidikan dan kebudayaan. Ada school competition, wisata literasi untuk pelajar, seminar, talkshow, launching buku dan jumpa penulis.






Selama lima hari, dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam ada banyak kegiatan seru di ajang IIBF 2018. Mau ketemu penulis terkemuka seperti Maudy Ayunda, Eka Kurniawan, Feni Rose, Kang Maman Suherman dan Faza Meonk? Bisa.  Yuk jangan lewatkan ya talkshownya.







Oiya, selain penulis populer tanah air, penulis luar negeri juga tak mau ketinggalan meramaikan event buku tahunan ini. Ada Rilla Melati dari Singapura dan Alfredo Santos dari Filipina bakal berbagi inspirasi untuk kita semua.

Masih belum tuntas dahaganya juga? Tenang. Ada tiga pelatihan workhosp menulis juga nih untuk pembuat kontent dan penulis buku yang wajib dihadiri. Yeayyyy...  

Paham Literasi Mampu Filterasi   



Dalam peresmian IIBF 2018 yang dihadiri Ketua IKAPI pusat Rosidayati Rozalina, Ketua BEKRAF Triawan Munaf, Ketua panitia IIBF 2018 Amalia Safitri dan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud Dadang Suhendar semua sepakat mengatakan bahwa IIBF 2018 adalah panggungnya penghargaan pelaku perbukuan. Mulai dari penulis, penerbit, penjualan buku semua berkumpul di sini untuk sama-sama mengupayakan kemajuan budaya literasi di Indonesia. Tujuannya agar kualitas sumber daya bangsa dapat meningkat.



Indonesia selama ini diketahui adalah negara yang paling rendah minat bacanya. Sebagaimana disampaikan Rhenald Kasali dalam sambutannya setelah didapuk menjadi Writer Of The Year IKAPI AWARD 2018, "Manusia lebih percaya pada cerita (fiksi). Tidak pada data dan fakta. Dan ini menjadi rumit karena mesin pintar membuat manusia tenggelam dalam realitas subyektifitasnya masing-masing. Oleh karena itu peran akademisi sebagai penjaga pintu gerbang ilmu dituntut untuk mengartikulasikan kebenaran dalam bentuk cerita sesuai validasi data."

Dengan adanya kebenaran, hoax tak akan mampu mengisi ruang-ruang kosong manusia. Maka, di negeri ini critical thinking dan big picture thinking menjadi suatu kemewahan," lanjutnya.

Senada dengan sekelumit pesan Dadang Suhendar yang terekam di kepala saya. Kalau kita punya tingkat literasi yang tinggi, maka kita akan mampu memfilterasi informasi apapun yang diterima.

Maka tidak ada cara lain untuk memfilterasi informasi  selain menggiatkan membaca dan meningkatkan budaya literasi. Dengan begitu kita tidak mudah terhasut hoax. Mari membaca, hidupkan semangat baca. Bukankah buku adalah jendela ilmu?












Tidak ada komentar