Pentingnya Melek Literasi Keuangan Buat Perempuan



Sampai kini saya masih menyesali kondisi keuangan keluarga yang masih morat marit. Masih terbayang ketika masih jaman ngantor dulu, punya gaji cakep, tapi saya kurang peduli untuk memenej keuangan. Hobinya muter aja dari beli assesories, majalah mode, perabotan plastik yang katanya digaransi seumur hidup itu dan nongki-nongki kapan aja di mana aja. Alhasil tabungan dan investasi minim banget. Nyesek deh kalau bayangin anak makin besar tapi bekal biayanya malah bikin galau huhuhu... 

Memang sih sejak kecil saya tau emas punya nilai jual tinggi dari ibu saya. Sayapun mengikuti cara ibu dengan beli emas untuk diiinvestasikan untuk jaga-jaga saja. Lantas uang gaji saya dan suami dikumpulkan jadi satu dan dipecah-pecah sesuai posnya. Pos untuk biaya sehari-hari lain lagi dengan pos untuk tabungan. Tapi saya akui sekali lagi kalau selama ini saya kurang disiplin menabung. Ditambah lagi saya menabung hanya dari sisa pengeluaran. Itulah masalahnya. Tabungan ga ngumpul-ngumpul tapi argo pengeluaran jalan terus. 

SERAM. Jujur saya seram membayangkan dampak ke depannya soal masalah keuangan. Sudah banyak rumah tangga yang goyah yang disebabkan konflik ekonomi. Apalagi sebagai orang yang kerap mendapat julukan sebagai menteri keuangan, tugas perempuan itu amat complicated. Bukan hanya urusan 'sumur' dan 'kasur' aja tapi faktanya untuk urusan 'kasir' pun kita harus melek. NAH!!!  

Tentang Pelatihan Literasi Keuangan 
Dalam acara penutupan pelatihan literasi keuangan bagi perempuan yang diselenggarakan Prudential Indonesia saya mendapat quote menarik : 

Sebelum belanja tanyakan lagi ke dalam diri apakah ini Want atau Need. Ingin atau butuh? ~ Horas Tarihoran Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan dari OJK 

JLEBB... 

Saya kemudian membayangkan perabotan plastik yang katanya bergaransi seumur hidup itu kalau dirupiahkan nominalnya mencapai jutaan rupiah. Padahal sekarang semuanya cuma tersimpan di lemari aja. Ckckckk, andai saja saya sudah melek literasi keuangan sebagaimana 27 ribu perempuan di 24 kota seluruh Indonesia yang sudah tersentuh pelatihan keuangan dari Prudential. Mungkin lain lagi ceritanya ya? Namun ada angin segar rupanya. Saya belum terlambat untuk bisa melek literasi finansial juga. Kebetulan saya dioleh-olehi buku "TIPS MENGELOLA DANA untuk perempuan" yeayyyy... 

Nah, dari melihat, meraba dan menerawang pengalaman saya, berdasarkan Survey National Literasi Keuangan 2016 OJK disebutkan orang Indonesia nyatanya yang melek keuangan kurang dari 30%. Dari data itu pula terungkap bahwa literasi perempuan terhadap keuangan hanya sebesar 25,5% lebih rendah dibandingkan literasi pria 33,2%. Fix, saya masuk ke dalam kelompok ini.



Jeins Reisch, Presiden Director Prudential Indonesia yang hadir dalam acara yang berlangsung di gedung Dharma Wanita Kuningan, 11 Desember 2018 lalu menyampaikan, "kami menaruh perhatian besar kepada perempuan terhadap program peningkatan literasi keuangan yang kami jalankan. Karena hal ini sejalan dengan strategi pemerintah pula yang menempatkan perempuan sebagai prioritas utama dalam berbagai program peningkatan literasi keuangan Indonesia."

Sembilan tahun berjalan program pelatihan literasi keuangan untuk perempuan telah berhasil memberdayakan perempuan Indonesia. Mereka kini mampu mengelola keuangan keluarganya. Adapun rangkaian program pelatihan tahun ini dimulai sejak awal Oktober di kota Manado dan berlanjut ke Ambon, Sorong, Malang dan ditutup di Jakarta sekarang ini. Dari lima kota ini sebanyak 2500 perempuan telah mengikuti pelatihan. 

Pemilihan ke lima kota tersebut bukanlah asal main tunjuk aja. Sebelumnya pihak penilai melihat indeks literasi di bawah rata-rata nasional (29,6%) yakni seperti Manado (28,7%), Ambon (26,2%) dan Sorong (19,3%). Diharapkan dengan program pelatihan ini dapat membantu OJK dalam mencapai target literasi keuangan sebesar 35% di tahun 2019 nanti. Aamiin....



Tentang Community Investment Prudential Indonesia
Ibu Nini Sumohandoyo, Corporate Communication & Sharia Director Prudential Indonesia yang juga hadir dalam acara mengingatkan lagi kalau ada empat pilar yang diusung Prudential dalam program Community Investment atau proyek CSR Prudential. Keempat pilar tersebut adalah edukasi, filantropi, kesehatan dan keselamatan serta East Indonesia Powerment (pemberdayaan Indonesia TImur). 

Secara berkelanjutan, tim relawan yang juga adalah karyawan  Prudential melaksanakan program di luar jam kerjanya yang dapat memberi dampak nyata kepada komunitas dimanapun perusahaan berada. "Kami telah membantu anak-anak melawan kanker, memberi pelatihan literasi keuangan untuk perempuan dan anak hingga memberikan bantuan bencana alam," tuturnya. 

Terkait dengan pelatihan literasi keuangan buat perempuan, Prudential Indonesia melibatkan kemitraan dengan berbagai komunitas antara lain, komunitas istri nelayan, komunitas pedagang, UMKM, mahasiswa guru dan ibu rumah tangga. Dipertegas ibu Nini, pencapaian itu tidak lepas dari kerjasama dengan berbagai kementrian yaitu Kementrian Perdagangan, Kementrian Pariwisata, Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementrian Kelautan dan Perikanan serta Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 

Selama mengikuti pelatihan peserta mendapatkan pelatihan dasar mengenai pengelolaan keuangan dasar dari para pakar keuangan yang berasal dari karyawan Prudential Indonesia. Bersifat sukarela seluruh karyawan Prudential Indonesia yang disebut PRUvolunteer ini memberikan edukasi kepada peserta mengenai jenis lembaga keuangan (konvensional dan syariah) dan berbagai instrumen keuangan seperti tabungan, asuransi, pinjaman atau dana pensiun sebagai solusi proaktif untuk merancang masa depan keuangan yang terencana dan minim risiko. 

Kontribusi Prudential Indonesia tentunya tidak berhenti di sini. Perusahaan asuransi jiwa yang berdiri sejak tahun 1995 ini ingin menjangkau lebih banyak perempuan di banyak kota terutama di Indonesia bagian timur yang menjadi salah satu fokus pilar Community Investment Prudential Indonesia. 

Antara tahun 2018 hingga 2022 dari pencapaian sekarang yang sudah mencapai 25 ribu diharapkan akan naik dua kali lipat lagi. So, targetnya ada 50 ribu perempuan di seluruh Indonesia sudah mengikuti pelatihan ini. Mereka paham akan pentingnya melek literasi keuangan buat perempuan. Aamiin semoga tercapai ya.. 



Tidak ada komentar