Imunisasi Lengkap Tak Hanya Penting Untuk Kesehatan Anak Belaka



Bicara soal imunisasi, kalau diingat-ingat, rasanya hanya Dega si bontot, deh, yang imunisasi dasarnya tak lengkap. Kesibukan mengurus rumah sambil mengasuh ketiga anak yang masih kecil membuat saya menunda-nunda terus pergi ke bidan untuk memberikan imunisasi untuknya sesuai jadwal.

Saya paham imunisasi tujuannya baik. Meskipun banyak informasi negatif yang mampir di telinga namun saya tak percaya begitu saja. Pemberian imunisasi tujuannya tak lain untuk membangun kekebalan tubuh terhadap penyakit dengan membentuk antibodi dalam kadar tertentu. Namun, efek setelahnya yang saya kuatirkan yakni demam. Tau sendiri kan kalau anak demam biasanya jadi cranky. Kalau cranky nanti kerjaan rumah bisa terbengkalai. Duuh, bisa-bisanya ya saya mikir gitu? Egois banget. *Plaakkk

Dalam Blogger Gathering yang diselenggarakan Kemenkes RI di Wyndham Hotel, Kasablanka, Jakarta Selatan, 15 April 2019 silam fakta kesehatan yang dipaparkan dr. Cissy B. Kartasasmita, Ketua Satgas Imunisasi PP IDAI dan drg. R. Vensya Sitohang, M.Epid selaku Direktur Surveylans dan karantina kesehatan, Kemenkes RI yang membuat saya makin merasa bersalah. 

Dr. Cissy memaparkan, prevalensi penyakit yang menyebabkan kematian dan kecacatan masih cukup tinggi di Indonesia sehingga menjadi fokus perhatian Kemenkes RI. Dan faktanya, salah satu penyebab dari ancaman tersebut adalah rendahnya kesadaran masyarakat untuk memberikan imunisasi.  

Mak jlebbb hati saya.

Padahal, tiga puluh persen anak-anak masa kini adalah generasi yang akan memegang kendali pemerintahan di masa yang akan datang. Dan itu sudah menjadi kewajiban kita sebagai orang tua untuk mengupayakannya,  kan?

Nah, untuk itu ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak yang perlu diperhatikan, seperti :


1. Penyediaan air bersih,
2. Nutrisi seimbang,
3. ASI ekslusif,
4. Imunisasi,
5. Sanitasi sehat,
6. Pengasuhan optimal 

Namun perlu teman-teman ketahui, agar optimal faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak tak bisa berjalan sendiri-sendiri. Semuanya saling berkaitan. Tak cukup hanya memberikan ASI dan nutrisi seimbang saja sebagai upaya umum pencegahan penyakit. Imunisasi secara spesifik merupakan satu cara yang paling cost efektif dan efisien untuk mencegah tertularnya penyakit berbahaya. 

Bagaimana bisa? 

Mari kita telusuri dari sini beragam penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Yuk kita hitung berapa banyak biaya yang bisa kita minimalkan bila kita mencegah penyakit daripada mengobati? 





Dr. Cissy menuturkan, beberapa penyakit telah menjadi perhatian dunia dengan adanya komitmen global yang wajib diikuti oleh semua negara atas eradikalisasi polio (ERAPO), eliminisasi campak dan rubela dan eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (ETMN). 

Indonesia sendiri telah berpartisipasi dalam penyelenggaraan imunisasi sejak tahun 1956. Dan mulai tahun 1977 kegiatan imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam rangka pencegahan penularan terhadap beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) yaitu TBC, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus serta Hepatitis B.



Ah iya, saya semakin menyadari peran imunisasi nyatanya tak hanya baik untuk kesehatan anak saja. Namun ada dampaknya juga terhadap kesehatan keluarga, teman-teman. 

Karena imunisasi itu perlu dan penting bagi kesehatan. Dengan imunisasi tubuh akan membentuk kekebalan melalui  pertahanan non spesifik dan spesifik. Bila anak tidak diimunisasi ia tak mempunyai kekebalan lagi terhadap mikroorganisme ganas (patogen). Dengan begitu resiko meninggal atau cacat sebagai akibat menderita penyakit infeksi berat menjadi ancaman baru. 

Ngerinya, dari anak yang terinfeksi berat bukan tak mungkin dapat menularkannya lagi ke orang lain di sekitarnya. Itu tentu saja membuat penyakit akan tetap berada di lingkungan masyarakat. Duuuhhh.... 

Kembali dr. Cissy mengingatkan bahwa final goal imunisasi adalah eradikalisasi penyakit. Dimulai dari pencegahan perorangan dari penyakit tertentu, seseorang yang telah diimunisasi memiliki 80 - 95% peluang terhindar dari penyakit. Artinya dia berpeluang kecil untuk menularkan penyakit terhadap orang lain. 

Diharapkan transmisi penyakit terputus dengan adanya kesadaran masyarakat untuk memberikan imunisasi dasar, imunisasi lanjutan dan imunisasi tambahan pada anak secara rutin sesuai jadwal. Vaksinasi diberikan untuk bayi, remaja, dewasa, ibu hamil sampai lansia. Bahkan untuk melindungi kesehatan pelancong yang ingin ke luar negeri (misalnya Umroh) pemberian imunisasi pun rupanya penting lho. 

Sekarang pertanyaannya bagaimana jika sudah terlambat seperti Dega, apakah tetep perlu imunisasi? Jawabannya iya. Ga ada istilah terlambat. Tetap teruskan imunisasi sesuai tahapan usia anak. Karena imunisasi itu penting sekali untuk menurunkan angka kesakitan, menurunkan biaya pengobatan dan perawatan di rumah sakit, mencegah kematian dan kecacatan juga mencegah beban masyarakat seumur hidupnya.



Alhamdulillah lega hati saya. Jujur, dibandingkan kedua kakaknya Dega paling rentan sakit. Memang sih bukan sakit berat. Hanya radang tenggorokan aja biasanya. Tapi gegara itu Dega jadi sering absen sekolah yang saya kuatirkan akan berdampak pada prestasinya. Tentu saya ingin Dega dan kedua kakaknya menjadi satu dari 30 persen anak bangsa yang akan memegang kendali terhadap masa depan negara kita. 

Namun agak miris juga membayangkan fakta yang diungkap dokter Vensya bahwa di tahun 2018 dalam situasi global dikatakan ada 19,9 juta anak di dunia yang tidak mendapat imunisasi lengkap. Disebutkan juga bahwa 61% anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap ada di 10 negara yakni India, Nigeria, Pakistan, Angola, Congo, Iraq, Ethiopia, Afrika Selatan, Brazil dan Indonesia.



Terkait dengan tantangan program yang dihadapi Kemenkes RI mengenai pro dan kontra imunisasi di tengah masyarakat dokter Vensya menegaskan perlu adanya sinergi semua pihak. Mulai dari tokoh masyarakat, tokoh agama, orang tua, guru, kader, media juga kapasitas saya sebagai Blogger berperan dalam mensosialisasikan pentingnya imunisasi. 

Karena tak hanya baik untuk kesehatan diri si anak aja dampak imunisasi pun ikut berpengaruh untuk circle yang lebih luas lagi.  Dari circle terkecil yakni diri sendiri meluas ke circle orang di sekitarnya, meluas lagi ke circle masyarakat, meluas lagi ke circle negara bahkan circle dunia. Ayo dukung imunisasi!


























Tidak ada komentar