IIBF 2019, Buka Jendela Dunia Melalui Buku



Waktu memenuhi undangan meliput IIBF 2018, saya dan teman-teman sepertinya belum lupa bagaimana kalapnya kami di zona kalap. Luar biasa, satu demi satu buku murah masuk ke dalam keranjang. Tau-tau pas lolos dari antrian Kassir baru terasa. Alamak berat juga ya bawa buku-buku impian sebanyak ini hahaha... 

Tidak terasa setahun telah berlalu. Beruntung saya bisa hadir kembali meliput IIBF 2019. Lucunya, kenangan masa kecil muncul kembali. Pengalaman paling berkesan ya bisa ke pameran buku IKAPI ini. Bukan karena saya bisa beli buku murah, lho, bukaaann! Justru effort untuk bisa beli buku yakni dengan menabung dan terbayar ketika mendapat tanda tangan penulis idola, waaw luar biasa rasanya.






IIBF atau Indonesia International Book Fair dulunya dikenal dengan pameran buku IKAPI. Digelar pertama kalinya pada tahun 1980 pameran buku ini bertransformasi dua kali. Sempat menyandang nama menjadi Indonesian Book Fair namun sejak tahun 2014 gelaran buku ini berganti menjadi Indonesia International Book Fair. Di dalamnya tercakup kegiatan perbukuan berupa promosi, transaksi, diskusi, interaksi kalangan penerbit, penulis, pustakawan, aktivis literasi, seni, budaya, pendidikan, dan pelaku industri kreatif lainnya. 


Dalam opening ceremony yang berlangsung di JCC, Senayan, Jakarta, 4 September 2019 silam, Djaja Subagja - Ketua Panitia menyampaikan, "IIBF bisa dikatakan merupakan kegiatan yang telah teruji oleh waktu dan dinamika perbukuan." 


Setelah dalam beberapa tahun ini kita menjadi pusat perhatian dalam beberapa pameran buku internasional antara lain menjadi guest of honor di Frankfurt Book Fair2015, country of focus pada Asian Festival of Children's Content 2017 di Singapura, guest of honor di Kuala Lumpur International Book Fair 2018 dan terakhir menjadi market focus di London Book Fair 2019. Sudah saatnya kita menjadi tuan rumah yang menarik untuk dikunjungi. 


Di sisi lain panitia juga menjalankan amanat Renstra IKAPI untuk menghadirkan perhelatan yang menjadi sarana promosi dan komunikasi para penerbit dalam negeri. Demikian pula amanat kepada IKAPI untuk tidak boleh lelah melaksanakan kegiatan-kegiatan yang mengedukasi masyarakat untuk tetap mencintai buku. 



Hal senada diungkapkan Rosidayati Rozalina - Ketua Umum IKAPI. "Jangan hanya jadi tamu yang mempesona di negara lain, tapi kita juga memiliki acara sendiri. Terlebih sekarang ini kita telah menjadi pameran berskala internasional. Makanya kami berupaya keras agar dapat mewujudkan IIBF yang prestisius. Tempat penyelenggaraan pun dipindahkan, dari Gelora Bung Karno ke JCC."

Sebagai penyelenggara, IKAPI terus berkomitmen agar IIBF terus berkembang. Berbagai inovasi terus dilakukan agar kehadiran IIBF dapat mengikuti perkembangan zaman. "IIBF kini tak lagi hanya menjadi ajang jual beli buku dan hak cipta buku dari industri penerbitan. Namun juga menjadi ajang promosi dan penjualan intelectual property (IP) produk non buku dari industri kreatif lainnya," ujarnya. 


Flash back saja, tahun lalu, pada IIBF 2018 jumlah buku yang terjual untuk diterjemahkan ke dalam bahasa asing sebanyak 26 judul. Selain itu, terdapat 105 judul lainnya yang diminati dan proses transaksi berjalan setelah acara IIBF berlangsung. 





Negara pembeli dan peminat right buku-buku Indonesia pada saat itu adalah Singapura, Malaysia, Inggris, Turki, Srilangka, Jepang, Maroko, China, Taiwan, Belanda, dan Korea Selatan. Sementara, peminat yang datang tahun ini berasal dari Albania, Australia, Mesir, AS, Iran, Turki, Jamaika, China, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Pakistan, Korea Selatan, dan Jerman. Dengan adanya IIBF tentu bisa mengakomodir kepentingan b2b dan b2c para penerbit. (Istilah b2b merujuk pada kegiatan business to business atau transaksi sesama penerbit, sedangkan b2c mengarah pada business to customer atau antara penerbit dan pembaca). 

Wah, luar biasa, ya, jadi semakin banyak negara yang bergabung. Bagi partisipan domestik, IIBF adalah pintu menuju pasar global. Sedangkan bagi partisipan asing, IIBF adalah gerbang memasuki pasar raksasa Asia Tenggara. 

Menurut Djaja, kedua kepentingan tersebut sama-sama memiliki nilai luhur bagi perkembangan penerbitan buku. IKAPI sadar bahwa masyarakat berharap IIBF tetap menjadi tempat interaksi dengan dunia perbukuan, baik sekedar belanja buku maupun ingin lebih mengenal para penulis yang selalu dihadirkan di IIBF. Untuk itu IKAPI berharap pameran ini menjadi ajang yang luas bagi industri kreatif, bukan sekedar 'book fair' saja melainkan 'a book affair'. 



Masih dalam rangkaian acara pembukaan, kembali diumumkan IKAPI Award 2019. Kali ini ada empat kategori yang jatuh kepada insan perbukuan yang paling menonjol dan memberi sumbangan besar terhadap industri perbukuan. Tahun ini peraih IKAPI Award didominasi kalangan millenial, siapa saja mereka : 

kategori Writer of The Year jatuh kepada Marcella FP. Melalui buku "Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini" karyanya ini sedang dalam proses masuk ke layar lebar. 

Kategori Book of The Year jatuh kepada Henry Manampiring. Melalui buku "Filosofi Teras" tidak disangka judul serius bisa masuk best seller dalam waktu 10 bulan dan terjual sebanyak 25 ribu eksemplar. 

Kategori Literacy Promoter 2019 jatuh kepada Firman Vanayaksa. Melalui gerakan motor literasi atau MOLI dirinya mengembangkan kecintaan kepada buku dan meningkatkan literasi masyarakat. 

Kategori Rookie of The Year jatuh kepada Fiersa Besari. Kategori ini sebenarnya baru diadakan tahun ini sebagai penghargaan untuk memotivasi para penulis baru. Seperti Fiersa dengan novelnya  '11:11', siapa yang tak meleleh membaca kata-kata puitisnya itu lho. Saya aja kesengsem koq *woyy eling maak ahahaa




Tepat jam 11.00 suara gong bergema, menandakan pembukaan IIBF 2019 yang diresmikan Ricky Joseph Pesik - Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) dan Anies Baswedan - Gubernur DKI Jakarta. Selanjutnya Gubernur DKI Anies Baswedan menyempatkan diri berkeliling ke stand-stand IIBF. 


Nah, apa saja yang ada di IIBF? 
Sebanyak dua puluh negara hadir sebagai peserta pameran dan membuka stand. Selain itu akan datang pula 39 peserta internasional dari 15 negara ada acara Indonesia Partnership Program (IPP) untuk bertemu dan bertransaksi hak cipta terjemahan (copyright) dengan para penerbit Indonesia. Kegiatan IPP diselenggarakan dengan dukungan dari BEKRAF yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai sumber dan pusat pemasaran hak cipta (copyright) di dunia internasional. 





Yang benar-benar jadi racun, zona kalap. Seperti tahun lalu, zona kalap memang benar-benar bikin kalap. Diskon buku di sini gila-gilaan mulai dari 40 hingga 90 persen dari berbagai penerbit. Selain buku, di zona ini kita juga bisa menemukan priduk non buku berupa mainan edukatif dan merchandise perbukuan. 



Peserta stand dari dalam negeri adalah Gramedia, Mizan, Republika, Erlangga, Zikrul Hakim, Bumi Aksara, Niaga Swadaya, Obor, Tiga Serangkai, Gulali, Lentera Hati, Gramata, Rajagrafindo, Sabana, SPKN, Balai Pustaka, Pesona Edu, Al Kautsar, Maghfirah Pustaka, Andi Offset, Kompas, KBN, Katapel, UGM Press, UT, IKAPI Daerah dan Perpusnas. Selain itu hadir stand BEKRAF, Pemprov DKI, Kalsel, Kalbar dan Badan Pengembang Bahasa dan Perbukuan, Kementan dan Kemenkes. 

Peserta luar negeri yang membuka stan antara lain dari Mesir, Malaysia, Korea, Jerman dan Inggris. Sedangkan penerbit buku diantaranya Harper Colliners Publishers, Macmilian, Campbell, Penguin Random House, Priddy Books, Pan Macmillan, Simon & Schuster dan Scholastic. 













Selama pameran berlangsung, setiap harinya akan digelar acara di panggung utama dan panggung lobi yang sayang banget kalau dilewatkan. Ada kompetisi robotic, story telling dan lomba mewarnai anak. Selain itu, ada workshop menulis buku anak dan aneka talkshow menarik. Tercatat ada Ahmad Fuadi, Asma Nadia, Marcella FP, Faza Meonk/Si Juki dan lain-lain. 




Point plus dari saya, IIBF 2019 rupanya juga dijadikan destinasi wisata literasi dengan hadirnya sekolah-sekolah yang mengirimkan rombongan siswa siswinya untuk datang ke IIBF. Ini adalah upaya untuk mendekatkan siswa dengan buku agar mencintai buku. Setuju banget, satu-satunya jalan untuk membuka jendela dunia melalui buku. Karena SDM Unggul datang dari kecintaannya akan buku.  Salam Literasi!









Tidak ada komentar