Mari Dukung Perbaikan Akses Layanan Kesehatan Bagi Pasien Kanker Payudara Her2-Positif



Ketika bertemu seorang teman lama di acara temu kangen lalu, sepintas saya tidak merasakan adanya perubahan di dirinya. Dia masih seperti dulu, cantik, bahkan sekarang makin cantik. Akan tetapi, ada satu perasaan ganjil yang membuat hati saya mencelos. Saat kami berpelukan kangen, saya merasakan struktur dadanya berbeda. Dia bilang payudara sebelah kirinya sudah diangkat.

Dari ceritanya saya semakin memahami keenggananan pasien kanker payudara ketika dihadapkan harus menjalani masektomi. Bukan karena takut organ kebanggaan sebagai daya tarik perempuannya hilang, tapi lebih ke arah tidak nyaman dari bekas operasinya. Dia harus mengenakan bra khusus untuk bepergian untuk menyamarkan bentuk payudaranya agar terlihat seimbang. Jangan ditanya, berat, gerah dan gatel rasanya. Belum lagi, setiap mandi, ada perasaan yang tak hilang setiap dia menyabuni dadanya yang kini rata. "Bekas operasinya seperti baju lecek. Kulit gue kaya ditarik sana sini. Syukur-syukur ga stress gue," tuturnya setengah bercanda.



Hmmm, saya jadi bertanya-tanya, apa kabarnya ya kualitas pelayanan kesehatan pasien kanker payudara di Indonesia? Alhamdulillah, pada 25 Agustus 2019 silam komunitas CISC menggelar Konferensi Pers bertajuk Tantangan dan Harapan : Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan Pasien Kanker Payudara HER2-Positif di Indonesia. Beruntung saya dan teman-teman Blogger yang concern dengan penyakit ini berkesempatan menghadiri acara ini di Hongkong Cafe, Jakarta.

CISC - Cancer Information and Support Center adalah komunitas kanker yang berpusat di Jakarta sejak tahun 2003 dan kini cabangnya telah tersebar di 10 kota yakni Semarang, Batam, Manado, Yogyakarta, Padang, Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan. Komunitas ini aktif membagi informasi seputar kanker melalui grup dukungan maupun seminar edukasi, workshop, diskusi dan talkshow. CISC juga konsisten melakukan penyuluhan kanker, pendampingan pasien kanker dan mengelola rumah singgah bagi pasien kanker.

Dengan visi menjadi lembaga unggulan dalam memberikan dukungan serta layanan informasi pada masyarakat kanker awam menuju Indonesia Peduli Kanker, kini CISC membentuk komunitas kanker payudara HER2-Positif bernama CISC for HER2. Apa alasannya?

Dari data yang dilansir Globocan 2018, kanker payudara termasuk dalam lima jenis kanker dengan insiden kematian tertinggi di dunia. Lebih dari 2 juta kasus kanker payudara baru di dunia dan paling banyak ditemukan pada perempuan. Di Indonesia, ada  sekitar 22 ribu kematian atau 17 per 100 ribu pasien kanker payudara. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan negara tetangga seperti Thailand (10,9 kematian per 100 ribu) dan Vietnam (10,5 kematian per 100 ribu).

Jumlah yang sangat besar, bukan? Dan salah satunya itu mungkin saja orang terdekat kita atau justru kita sendiri. Fakta yang tak bisa dimungkiri, penderita kanker payudara bisa terjadi pada siapa saja, baik perempuan maupun lelaki. Dimana sekitar 20 - 25% kanker payudara di Indonesia merupakan jenis HER2-Positif yang bersifat ganas dan mayoritas dialami perempuan.

Dr. Farida Briani Sobri, Sp.B.Onk

Kanker Payudara HER2-Positif sampai sekarang tidak diketahui penyebab pastinya. "Akan tetapi, kabar baiknya, meskipun ganas tapi pilihan pengobatannya lengkap sehingga harapan hidup lebih baik jika ditangani dengan benar," papar ahli 0nkologi Dr. Farida Briani Sobri, Sp.B.Onk.

Namun beliau menyayangkan, fakta yang ada bahwa 70% pasien kanker datang ke fasyankes sudah dalam stadium lanjut dan sering memerlukan obat yang mahal. Salah satu pengobatan inovatif terbaru untuk penyakit kritis ini adalah Trastuzumab yang sudah terbukti secara uji klinis memberikan manfaat signifikan bagi kemajuan kondisi pasien kanker payudara. Namun yang jadi kendala, JKN belum memberikan obat ini sesuai dengan kebutuhan pasien HER2.

Tampak dalam diagram, pasien kanker yang diobati dengan Trastuzumab mengalami tingkat kesembuhan lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak


Ibu Yuni Tanjung seorang penyintas kanker yang bergabung dalam komunitas CISC for HER2 mengatakan hal senada. "Jadi betul ya, kanker itu bikin kantong kering. Satu obatnya sekitar 25 juta. Dan setelah gugatan saya di pengadilan disetujui saya baru mendapatkan obat Trastuzumab. Seharusnya pemerintah memberikan kepada pasien kanker HER2 sebanyak 8 kali." Ia pun berharap, pemerintah dan BPJS lebih memperhatikan urgensi pengobatan pada pasien kanker payudara HER2 sebab obat ini efektif dalam penyembuhan.

penyintas kanker payudara Her2-Positif : Ibu Yeni Tanjung dan Bapak Welly

Jujur saya sendiri pun masih takut untuk terus rutin kontrol. Sejak terakhir terindikasi ada dua tumor jinak di kedua payudara-yang dikuatirkan dapat pindah ke ganas- atas pertimbangan mahalnya biaya maka saya lebih memilih menjaga suasana hati saja. Caranya simpel saja dengan menghindari stress. Saya juga membiasakan melakukan pola hidup sehat. Gula dan saos-saos sudah dikurangi tapi sekali-kali masih bandel juga kalau lagi ga tahan. Uggh, damn! It's so hard to do that.

Di Indonesia, sinergi dari berbagai pemangku kepentingan sangat penting untuk dapat menemukan cara agar pasien kanker HER2-Positif dapat mengakses pengobatan secara optimal. Berikut hal-hal lain yang perlu diperbaiki :

1. Lemahnya edukasi masyarakat dan deteksi dini. Menurut dokter Farida hal ini disebabkan tidak adanya program nasional skala besar dan kontinyu untuk mengedukasi masyarakat. Disamping itu, fasilitas kesehatan pemerintah kebanyakan tidak menanggung biaya deteksi dini. Akibatnya, pasien kanker payudara baru akan datang ke layananan kesehatan pada stadium lanjut. Sehingga angka harapan hidup menurun, pembiayaan pengobatan yang tinggi dan meningkatnya beban masyarakat untuk menyokong keluarga yang sakit.

2. Prosedur tindakan yang tidak efektif dan memakan biaya. Dokter Farida mengatakan, tindakan biopsi per kutan minimal invasif (core biopsi) tidak ditanggung JKN. Ini berbenturan dengan adanya sistem yang mengharuskan dokter melakukan tindakan hanya di kamar koperasi. Dengan demikian tentu biaya yang harus dikeluarkan pasien meningkat hingga 5 - 6 kali lipat.

Perlu upaya yang sungguh-sungguh untuk memperbaiki sistem layanan kesehatan. Idealnya, edukasi berlangsung masif di masyarakat untuk deteksi dini. Jangan menunggu moment-moment tertentu misalnya pas peringatan hari kanker saja.

Dukungan pemerintah juga diperlukan untuk meningkatkan pendidikan dokter agar memiliki kompetensi yang sesuai standar terkini. Sebaiknya seorang dokter berfokus pada satu bidang keahlian, karena mustahil seorang dokter mampu mendalami semua penyakit.

Yup, perlu sekali melihat masalah kanker dari sisi kemanusiaan dan keamanan tindakan yang dipilih. Misalnya operasi yang tidak hanya membuang bagian tubuh yang rusak saja tapi juga ke arah estetika. Sehingga bentuk payudara bisa tetap sama seperti ketika masih sehat.

Dan terakhir, perlunya dukungan pemerintah dalam mengupayakan obat-obatan biosimilar dan prosedur terapi yang sesuai standar. Sudah terbukti di India yang telah mampu membuat obat biosimilar Trastuzumab. Produk yang baru diluncurkan April 2019 ini diklaim dapat menurunkan biaya terapi kanker hingga hampir 65%.

Aryanthi Baraumuli, Ketua Umum CISC


Semoga dapat terealisasi ya. Insha Allah. "Makanya kami dari CISC ini berharap segala aspek bisa saling bersinergi baik dari penentu kebijakan kesehatan, pelaku pengobatan serta masyarakat untuk memahami dampak polemik dari HER2 Positif pada kanker payudara," tutur Ibu Aryanthi Baramuli Putri, SH, MH - Ketua Umum CISC.

CISC berharap dapat terus menjadi wadah berbagi informasi, inpirasi dan dukungan bagi penyintas kanker payudara, keluarga maupun masyarakat yang butuh informasi mengenai penyakit kritis ini. Nah ada yang terbaru dari layananan CISC, sila kunjungi kanal fanspage Facebook Indonesia for HER2.

Ruang ini tak terbatas, siapapun bisa mendapatkan informasi juga bisa ikut berbagi. Kalau teman-teman suka menulis dan punya pengalaman langsung terkait kanker payudara HER2-Positif yuk ikutan Lomba Tulis Cerita tentang HER2-Positif di Facebook Fans Page Indonesia for HER2. Lomba yang digelar dari 29 Agustus 2019 akan berakhir pada 1 Oktober 2019. Hadiahnya uang tunai dengan total senilai Rp 15 juta rupiah. Hayooo mupeng kan?

Dr. Ronald A. Hokum - Ayu Dyah Pasha


Sekali lagi, jangan kuatir. Kanker payudara bisa sembuh, tegas Dr. Ronald A. Hukom, MHSC, SpPD-KHOM yang berpraktek di RS Kanker Dharmais Jakarta. Dalam 40 tahun terakhir, angka kesembuhan (survival) pada banyak jenis kanker meningkat tajam di Amerika dan Eropa. Di Inggris sendiri, kanker payudara saat ini memiliki harapan hidup 10 tahun sekitar 80% sejak diagnosis ditegakkan. Padahal tahun 70-an, hanya 40% saja. Sedangkan di Indonesia, problema yang harus diprioritaskan adalah pencegahan dan deteksi dini.

Jadi bagaimana teman-teman, siap??



Tidak ada komentar