Studium Generale 2019 ; Strategi Patriot Abad 21 untuk Memenangkan Persaingan Global



Sesampainya di auditorium Perpusnas, Jakarta, 19 November 2019 silam, mata saya langsung tertumbuk pada bendera berbagai negara di meja registrasi. Ah, sayangnya saya hanya mengenali beberapa bendera saja yakni bendera Inggris, Jepang dan Spanyol. Di sebelah saya, ada  beberapa remaja seusia Nala, usianya sekitar delapan belas tahunan. Sedikit mencuri dengar, mereka saling bertukar informasi sebelum berangkat melanjutkan studi ke negara tujuan. Alhamdulillah, ikut senang mendengarnya. 

Dari banyak sumber, saya memahami untuk melanjutkan studi di luar negeri bukanlah hal mudah. Banyak yang harus dipersiapkan. Kemampuan berbahasa Inggris yang dibuktikan dengan nilai IELTS misalnya, sumber dana, kesiapan hati, berkas-berkas penting misalnya passport, visa, MoU dll, juga mampu berbahasa setempat. Misalnya mau kuliah di Jerman harus kuasai bahasa Jerman dasar. 

Yang tak kalah penting dari itu semua adalah kenalan/senior. Dengan memiliki kenalan/senior di tempat barunya nanti, calon mahasiswa baru tentu akan mendapat kemudahan mencari informasi tentang cara hidup, budaya, dan lainnya. Soalnya dalam skup kecil aja, ketika Nala diterima di Universitas Brawijaya, Malang, saya lumayan repot juga ketika mencari tempat tinggal yang lokasinya dekat kampus, harganya terjangkau dan lingkungannya aman dan nyaman. Bagaimana kalau di luar negeri, ya? 

Untungnya ada Euro Management Indonesia. Ini adalah lembaga profesional yang siap melayani jasa dan konsultasi pendidikan internasional yang ditujukan untuk calon mahasiswa/1 yang ingin melanjutkan studinya di berbagai perguruan tinggi di lebih dari 25 negeri maju di dunia. 


Sampai saat ini, Euro Management Indonesia sudah memberangkatkan lebih dari 3000 mahasiswa ke berbagai negara maju di dunia. Asiknya, semua pengurusan studi dan persiapan akademik, kursus bahasa asing secara intensif, pengurusan visa, ujian masuk di Indonesia, layanan keberangkatan, pendampingan di negara tujuan, pencarian tempat tinggal sementara, transportasi dari bandara ke penginapan semua telah disiapkan. Ga kuatir deh kalau begini. 

Tak hanya mendampingi sampai mahasiswa di terima di perguruan tinggi tujuannya, Euro Management Indonesia dikenal memiliki ikatan kuat dengan para alumni, baik siswa maupun orang tua dengan menggelar berbagai kegiatan. Seperti inilah salah satu bentuknya, Studium Generale 2019 yang saya hadiri bareng teman-teman dari komunitas Blomil. 

Adapun tujuan digelarnya Studium Generale 2019 seiring sejalan dengan visi misi perusahaan yang ingin membangun sumber daya manusia yang memiliki daya saing tinggi, tangguh secara internasional untuk menghadapi persaingan di era globalisasi, serta membangun karakter pemimpin Indonesia yang tangguh, mandiri dan profesional. 



Hadir sebagai keynote speaker utama, Agus Harimurti Yudhoyono-babang tampan putra sulung mantan presiden RI SBY-lulusan Harvard University. Kita tau, yang kuliah di Harvard University pintar-pintar. Calon mahasiswa harus punya sisi unik yang menjadi daya tariknya. Ayah satu putri ini rupanya memiliki sederetan prestasi, lho. Mulai dari lulusan Harvard University USA dengan predikat summa cum laud hingga prestasinya di dunia militer selama enam belas tahun yang bikin kagum. Atau kalau masih kurang, yuk lihat deh sosok Nadiem Makarim dia lulusan sekolah bisnis Universitas Harvard yang sekarang jadi pendiri Gojek dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di Kabinet Kerja Jilid II. Gimana, paham kan apa saja ide-ide brilian yang muncul dari sosok-sosok  tersebut dibalik kesuksesannya sekarang? 

Balik ke Studium Generale. Agus Harimurti Yudhoyono mengisi kuliah umum ini dengan materi yang bagus sekali untuk menjadi bekal mahasiswa/i selama di negeri orang. Beliau mengakui, untuk menjadi seperti ini, yang namanya kegagalan bukan sekali dua dihadapinya. Tapi keberanian untuk bangkit lagi dari kegagalan demi mengejar dan mewujudkan mimpi tersebut adalah yang utama. 

Sebagai pemuda yang lahir di abad 21 seperti sekarang ini, perkembangan teknologi sangat cepat. Mau tidak mau, suka tidak suka kita harus bergerak mengikutinya. Pendidikan akademik menjadi semakin penting karena lapangan kerja yang sekarang ini kelihatan kekinian bisa jadi di masa depan sudah ga laku. 

Contoh paling nyata yang mudah ditemukan adalah berita gulung tikarnya beberapa pusat perbelanjaan yang kalah saing dengan toko online. Perusahaan Taksi kewalahan digempur ojek online. Bahkan, sistem perbankan pelahan-lahan semakin surut digantikan dengan fintech. Well, selamat datang di era disruptive industry, gaess. Siapa yang tak mau beradaptasi akan bernasib sama seperti Blackberry atau Nokia misalnya.

Nah, melihat fenomena ini, sebagai generasi muda calon pemimpin bangsa, apa ya strategi yang dapat dilakukan untuk memenangkan persaingan global? 




Sebelum itu ayo kita tengok dulu sejenak. Dulu profesi yang diminati kalau tidak menjadi TNI, ya menjadi Dokter, Insinyur, Pegawai Bank, PNS atau Pilot, ya kan?  Sedangkan sekarang terjadi pergeseran. Pekerjaan yang berkaitan dengan internet seperti sosial media strategist, content writer, apps developer, online seller, blogger, vlogger, selebram paling diminati. Pekerjaannya tidak harus office hour tapi incomenya itu, wooohhh... 

Sebab itu, sebagai mahasiswa yang akan belajar, baik di dalam maupun di luar negeri jangan sampai jadi majasu alias mahasiswa salah jurusan. Ya, siapa tau kan, bidang studi yang dipilih sekarang ini menjadi kadaluarsa ke depannya. 

Kemudian, mas Agus memaparkan mengenai keterampilan utama apa yang harus dimiliki pemuda di abad 21 (kalangan milenial) : 

1. Ketrampilan Belajar (Learning Skill)
Ketrampilan belajar ini sendiri memiliki 4K yakni berpikir kritis, kreatif, memiliki kemampuan komunikasi, dan kolaborasi yang saling menunjang. 

2. Ketrampilan Hidup (Life Skills)
Ketrampilan hidup bermuatan FLIPS menjadi penting untuk menyesuaikan diri di abad 21 yakni Fleksibilitas, leadership, insiatif, produktifitas, sosial. 

3. Ketrampilan Literasi (Literacy Skills)
Ketrampilan literasi menjadi penting mengingat derasnya informasi yang terjadi sekarang. Dengan memahami IMT (informasi, media, teknologi) kita tak mudah menelan begitu saja setiap informasi yang diterima. Dengan demikian kita tak mudah menjadi korban atau pelaku hoax. 

Mas Agus kemudian mengajak seluruh peserta yang hadir dalam kuliah umumnya ini untuk bersama-sama mewujudkan mimpi menjadikan Indonesia Emas. Negara yang aman dan damai, adil dan sejahtera, maju dan mendunia.  



Dirinya mengumpamakan, suatu hari nanti, siapa tau ada bilboard besar dengan brand batagor ngeunah, kuliner asli Indonesia yang berjajar dengan merk Hermes, Louis Vitton dan lainnya di New York Amerika. Atau siapa tau, suatu hari nanti, pesepak bola Indonesia bisa bertanding melawan Manchester United dan lainnya. Karena itu jangan pernah malu bermimpi besar dan malas meng-upgrade diri. Semua itu bisa terwujud, tegasnya. 


Dream big, Work Hard, Never Hard ~ Agus Trimurti Yudhoyono

Terkait dengan upgrade diri, terakhir mas Agus berpesan, ada tiga keharusan yang harus dimiliki pemuda yakni : 

1. kapasitas intelektual, 

2. karakter dan integritas, 

3. kepemimpinan. 

Bimo Sasongko - President Director & CEO Euro Management dan Komang Wirawan - Ketua Ikatan Alumni Jerman (AIJ) yang turut hadir dalam kesempatan tersebut mengungkapkan rasa bangga dengan adanya kegiatan Studium Generale 2019. "Semoga calon mahasiswa Program Persiapan Studi yang akan melanjutkan studi ke Jerman, Perancis, Inggris, Belanda, Amerika dan berbagai penjuru dunia, terbuka wawasannya," tutur Bimo dalam sambutannya. 





Aamiin, aamin, aamin. Semoga ketika kembali ke tanah air seluruh mahasiwa/i yang melanjutkan studi ke luar negeri akan membawa jutaan ide brilian dan inovasi-inovasi untuk menyongsong Indonesia Emas. 

Tidak ada komentar