Wujudkan Langit Biru Bebas Polusi Dengan BBM Ramah Lingkungan



Jakarta sejak lama dinobatkan sebagai kota dengan polusi terburuk. Kendaraan bermotor disebut-sebut merupakan penyumbang polusi terbesar. Tak heran ketika langit biru Jakarta muncul beberapa bulan lalu banyak warganet yang membagikan keindahan pemandangan tersebut di media sosial. 

 

Dalam talkshow dan Diskusi Publik, 11/02/21, Ketua Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan bahwa indeks kualitas udara di Jakarta (AQI) terus menurun. Skornya sudah di angka 175 (tidak sehat). Kondisi ini menegaskan, meskipun tidak ada pandemi seharusnya masyarakat tetap memakai masker setiap keluar rumah. Karena kandungan udaranya sudah tidak sehat. 


Salah satu penyebab krisisnya udara bersih adalah penggunaan BBM kotor seperti bensin Premium dan Solar. Indonesia akan sulit ke depannya bila kebijakan yang diambil tidak pro lingkungan. Karena lingkungan hidup yang bersih dan sehat adalah hak asasi warga negara yang dijamin konstitusi dan UU, tegasnya. 


Kerugian Memakai BBM Premium 

Diakui Dasrul Chaniago - Direktur Pengendalian Pencemaran Udara KLHK, sampai saat ini masih ada kecenderungan di masyarakat memilih menggunakan BBM berkualitas rendah dan berbahaya namun murah. Padahal bukannya murah justru biaya yang ditimbulkan akan membengkak, karena :  


1. Terlalu sering menggunakan bahan bakar yang tidak sesuai rekomendasi pabrikan membuat performa kendaraan jadi tidak optimal sehingga tarikan kendaraan jadi berkurang. Dengan jarak tempuh yang sama kendaraan yang menggunakan BBM Premium jatuhnya akan lebih boros.  


2. Mempercepat kerusakan pada mesin kendaraan misalnya piston.  


Bila mesin sudah mengalami kerusakan otomatis pengendara dan penumpang tidak akan nyaman mengendarainya. "Sehingga anggapan masyarakat kalau membeli  BBM yang murah itu lebih baik, terbantahkan, karena ongkos yang ditanggung sebenarnya jadi besar," tegasnya.  


Dampak BBM Berkualitas Rendah pada Kesehatan dan Beban Negara 

Fabby Tumiwa dari Institute for Essential Service Reform (IESR) menyoroti dampak penggunaan bahan bakar kotor dan berkualitas rendah pada kesehatan masyarakat secara keseluruhan. 


Beliau menandaskan adalah penting bagi kita semua untuk memikirkan berbagai aspek. Premium adalah bahan bakar yang murah. Tapi ke depannya ada biaya kesehatan yang tidak sedikit seiring penyakit yang mengintai akibat polusi yang ditimbulkan seperti ISPA, jantung, paru-paru hingga kanker, sehingga ada waktu yang tidak produktif pula untuk pengobatan. 

 

Sedangkan dari sisi pemerintah, meskipun konsumsi BBM Premium sudah tidak terlalu besar lagi tapi masih cukup besar membebani anggaran subsidi APBN. Pemerintah pun masih harus memikirkan beban biaya lagi untuk menanggung kesehatan masyarakat akibat menghirup udara beracun setiap saat.  


Program Langit Biru Pertamina 

Premium merupakan BBM dengan oktan rendah dan memiliki dampak berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan. Dan rupanya saat ini hanya ada beberapa negara yang masih menggunakan Premium. Indonesia diantaranya 


Pertamina berharap masyarakat mulai beralih ke BBM RON tinggi mengingat pencemaran udara sudah tidak bisa ditolerir. Fanda ChrismiantoSenior Sales Executif PT Pertamina mengatakan program Langit Biru memberikan customer experience bagi para pengguna kendaraan menggunakan BBM ramah lingkungan dengan harga khusus. 


 


Kalau program Langit Biru dilaksanakan secara massal bisa dipastikan tingkat kesehatan akan membaik dan kualitas udara pun ikut membaik. “Jadi benefitnya jangan dinilai dari harga, tapi bagaimana kita menjaga kesehatan dan penekanan biaya pemeliharaan kendaraan,” tegas Fanda.  


Program Langit Biru sudah dilaksanakan di sejumlah kota-kota JAMALI sejak November 2020. Animo masyarakat bersambut baik dan pemberitaan positif pun bermunculan di media-media.  

 
 

Tidak ada komentar