Antara Butuh atau Ingin? Yuk, Cerdas dan Bijak Memilih Asuransi Yang Tepat dan Aman




Teman-teman, adakah diantara kalian yang alergi kalau ada penawaran asuransi? Males banget ya menghadapi agen yang nyerocos ga berhenti dengan rayuannya. Serba salah juga. Di satu sisi inginnya, sih, dapet perlindungan yang aman dan syukur-syukur bisa mendapat cuan lagi, tapi di sisi lain kuatirnya yang ada malah buntung. So, jangan takut. Kita hanya perlu memahami lagi antara butuh atau ingin? Yuk, cerdas dan bijak memilih asuransi yang tepat dan aman! 

Tidak bisa dimungkiri beratnya membayar premi dan ribetnya klaim asuransi bikin banyak orang enggan bersentuhan dengan produk asuransi. Apalagi akhir-akhir ini bermunculan kabar di media sosial tentang nasabah asuransi yang mengeluhkan pengembalian dana yang telah dibayarkan ke asuransi tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Nah, kalau begini yang salah siapa? Perusahaan asuransi? Agen asuransi? pemilik polis which is masyarakat? 

Makanya sewaktu ada undangan untuk ikut ngabuburit virtual melalui webinar yang diselenggarakan perusahaan asuransi Tokio Marine Indonesia pada 27 April 2021 silam ga pake mikir lama, saya langsung say yes. Biar makin paham dong ye kan hehehe... 




Literasi Asuransi Masyarakat Masih Rendah 

Menyikapi isue di media sosial tersebut Muhammad Irsan selaku Head of Agency Training & Mainpower Development PT. Tokio Marine Life Insurance Indonesia menyebutkan bahwa maraknya kasus kerugian investasi yang dikeluhkan nasabah tak bisa dilepaskan dari masih belum meratanya tingkat literasi masyarakat atas asuransi jiwa. 

Survey Nasional Literasi Keuangan yang dilakukan pada tahun  2019 menyatakan indeks literasi asuransi di Indonesia 19,4 persen lebih rendah dari perbankan yang mencapai 36,12%. Waww, amazing. 

Tak hanya itu, penetrasi dan densitas asuransi jiwa di Indonesia juga masih sangat rendah. Data OJK menunjukkan sampai Juli 2020 penetrasi asuransi jiwa terhadap PDB (produk domestik bruto) Indonesia baru 1,1%. Artinya dari jumlah penduduk Indonesia yang memiliki polis asuransi baru 17,4 juta orang atau 16 orang per satu polis. Di mana densitas atau pengeluaran untuk biaya pengeluaran polis dalam setahun per orang hanya Rp.554.970. 

Dari fakta ini jelas literasi asuransi masyarakat masih rendah. Terbukti untuk perlindungan di masa depan mayoritas masyarakat lebih menyukai tabungan di perbankan.

Beliau kemudian menyoroti berbagai keluhan di media sosial mengenai asuransi terkait investasi yang marak belakangan ini. Ada beberapa faktor penyebab, mulai dari kurangnya product knowledge dari agen asuransi sehingga salah menyampaikan ke calon nasabah ditunjang dengan kurangnya literasi asuransi masyarakat itu sendiri. Padahal saat ini, di tengah pandemi banyak perusahaan asuransi yang telah mengembangkan produk yang menarik dan sesuai kebutuhan. Sehingga penetrasi asuransi harusnya dilakukan secara masif.

Untuk itu beliau menyarankan perlunya edukasi dan sosialiasi di masyarakat dari semua elemen asuransi mengenai betapa pentingnya memahami fungsi asuransi sebagai sarana perlindungan diri dan keluarga sekaligus perencanaan keuangan masa depan. Tentu sebagai ujung tombaknya agen pemasaran asuransi telah memiliki product knowledge yang baik dan telah bersertifikasi sehingga mampu memasarkan produk yang dijual sesuai aturan yang berlaku. 

Menurutnya, terdapat sejumlah indikator yang dapat menjadi panduan calon nasabah dalam memili produk asuransi : 
1. Pilih perusahaan asuransi yang memiliki proses pemantauan kepatuhan terhaap peraturan yang ketat, memiliki tata kelola perusahaan yang baik dan terdaftar serta diawasi OJK.

"Perusahaan asuransi terpercaya mampu memberikan informasi yang transparan dan mudah diakses," imbuhnya. 

2. Pastikan tenaga pemasaran terdaftar dan memiliki sertifikasi keagenan dari AAJI atau Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia. "Pastikan telah mendapat penjelasan dengan lengkap dari tenaga pemasaran dan calon nasabah telah memahami produk asuransi jiwa dengan lengkap sebelum membeli. Jangan lupa manfaatkan waktu untuk mempelajari polis asuransi dengan baik pada masa free look periode. 

Nah sebagai perusahaan asuransi yang telah berdiri sejak tahun 1879 di Jepang dan di Indonesia telah berada selama 47 tahun Tokio Marine Life Insurance Indonesia mempunyai program pelatihan berkala untuk para tenaga pemasar. "Bahkan kami secara khusus juga mengundang trainer profesional untuk memberikan program pelatihan yang komprehensif sebagai bekal bagi tenaga pemasaran kami agar mereka dapat menjual produk dengan cara yang benar," jelasnya kemudian. 

Memilih Asuransi Yang Tepat

Berikutnya hadir narasumber ke dua Ketua Lembaga Sertifikasi Profesi Financial Planning Standards Board Indonesia (LSP FPSB) Tri Djoko Santoso. Beliau mengungkapkan bahwa polis asuransi fungsi utamanya adalah memberi proteksi keuangan secara menyeluruh, yaitu melindungi keuangan karena hilang atau berkurangnya penghasilan (income protection) dan kekayaan (wealth protection) seorang pencari nafkah atau pemilik kekayaan, yang disebabkan karena meninggal, kecelakaan, sakit atau cacat.

"Dalam perencanaan keuangan, polis asuransi jiwa memiliki peran penting bagi keluarga sejak dia mulai bekerja (income and debt protection), menikah, memiliki anak sampai meninggal (warisan), ungkap Tri Djoko.

Mengingat begitu pentingnya asuransi ketika seseorang kehilangan atau berkurangnya penghasilan seperti saat masa pandemi begini makanya polis asuransi jiwa dikemas dalam bentuk : 
1. premi proteksi saja
2. premi proteksi plus tabungan
3. premi proteksi plus investasi. 

So, kembali ke tujuan dan manfaat, jadi di sini calon nasabah sebaiknya mengetahui dulu apa yang dibutuhkannya dan berapa banyak target keuangan yang dibutuhkannya ke depannya karena setiap orang kan kemampuannya berbeda-beda yekan.. 

Yang pasti, seiring berjalannya waktu, premi proteksi asuransi akan terus meningkat seiring berjalannya usia, inflasi dan jenis proteksi. So, jika teman-teman memilih premi nilai tunai ya salah satu manfaatnya untuk membantu membayar kenaikan premi asuransi. Selain itu premi nilai tunai dapat memberi manfaat tabungan dan investasi lainnya. 

Berikutnya hadir narasumber ke tiga, Adrian Maulana seorang selebriti yang saat ini aktif menjadi Senior Vice President PT Schroders Investment Management Indonesia. Dirinya mengungkapkan, bahwa dalam hal berinvestasi ada baiknya calon investor atau pemegang polis harus mengenal lebih dulu produk investasi dan profil risiko dirinya. 

Hmmm, benar juga ya, ibarat komitmen seumur hidup dalam perkawinan ya jangan bilang 'jalani dulu aja' dalam hal berinvestasi. Ntar kalau ada masalah urusan belakang deh. It's big no no yaaa... hahaha... 

Sependapat dengan kedua narasumber sebelumnya, Adrian juga menegaskan pentingnya edukasi kepada calon investor atau pemegang polis. Karena mereka punya hak untuk berinvestasi sesuai dengan profil risikonya. Kedua unsur ini sangat penting supaya tidak muncul dispute di kemudian hari, jelasnya. 

Nah untuk teman-teman yang tertarik membeli produk asuransi yang terhubung dengan investasi, kita juga berhak menentukan pilihan investasi lho. Dan sebaiknya memang memilih jenis instrumen investasi dengan hati-hati sesuai dengan profil risiko diri kita masing-masing. Jadi jangan ikut-ikutan ya. Jangan nurutin juga apapun yang tenaga pemasaran sampaikan, karena yang tau diri kita ya kita sendiri. So sebelum deal pikir lagi deh mana yang antara butuh atau ingin? Yuk, cerdas dan bijak memilih asuransi yang tepat. 

Tidak ada komentar