Kabar Gembira! Kasus Covid-19 Turun Drastis, Apa Kata Pakar?

Kabar gembira, minggu awal Oktober 2021 kasus Covid-19 di Indonesia mengalami penurunan drastis. Negara kita pun menjadi sorotan dunia dan menempatkan Indonesia di peringkat ke-5 dunia dengan jumlah masyarakat yang divaksinasi terbanyak. 

Mengutip juru bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, penurunan drastis telah terjadi selama 11 minggu berturut-turut, dimana pada Minggu awal Oktober 2021 terjadi penurunan 34,6% dibandingkan minggu-minggu sebelumnya. Bahkan untuk pertama kalinya kasus positif harian Indonesia berada di bawah 1000 kasus per hari, yaitu 922 kasus per tanggal 4 Oktober 2021. Ini terendah sepanjang tahun ini. 

Wah, senang ya. 

Mungkin teman-teman bisa merasakan kelegaan karena sekarang kita jauh lebih leluasa mau bepergian keluar rumah. Kalau tadinya hanya karyawan yang membawa 'surat sakti' dari kantor untuk bisa naik KRL maupun Tije, sekarang siapapun bisa, asalkan sudah divaksin dan ditunjukkan dengan aplikasi peduli lindungi. Pun, untuk bepergian keluar kota. Bahkan tempat-tempat wisata juga sudah dibuka dengan beberapa kebijakan. 

Akan tetapi, meskipun ini menjadi sebuah kabar baik, namun ingat, jangan larut dalam euphoria. Dalam Talkshow Ruang Publik KBR pada 13 Oktober 2021 lalu mari kita dengarkan pendapat para pakar yang akan membahas mengenai tren penurunan kasus Covid-19 di Indonesia. Teman-teman bisa menyaksikan diskusinya melalui channel Youtube KBR dengan judul : Kasus Covid-19 Turun Drastis. Apa Kata Pakar? 



Hadir dua narasumber kompeten di bidangnya yakni : 

1. Dr. Dicky Budiman - Ahli Epidemiologi dari Griffith University Australia

2. dr. Koesmedi Priharto - Kasubid Tracing Satgas Covid-19 

Penurunan kasus Covid-19 di Indonesia diakui dr. Dicky Budiman adalah sebuah prestasi besar. Namun sebagai ahli epidemiologi beliau menyoroti pentingnya kewaspadaan. Karena faktanya saat ini Australia justru mencatat rekor tertinggi sepanjang pandemi. Tercatat kasus baru terus naik saat virus Covid-19 varian Delta terus menyebar di kota-kota besarnya. 

Padahal kalau dipikir-pikir Australia adalah benua besar sedangkan Indonesia hanyalah negara kepulauan. Jumlah penduduknya pun tidak sepadat Indonesia. Namun yang luput dari perhatian, varian baru virus Delta di Australia sudah jauh lebih kuat dibandingkan varian sebelumnya. Sehingga tidak dapat dielakkan lagi, kasus Covid-19 pun meledak. 

Hal sama juga diungkapkan dr. Koesmedi bahwa penurunan Covid-19 tak seharusnya membuat kita serta merta jadi lalai. Karena faktanya di lapangan, khususnya di daerah-daerah masih ada stigma tentang Covid-19 yang masih tinggi. Sehingga orang tidak mau diperiksa dan ditest. Untuk itu dibutuhkan penanganan tersendiri yang melibatkan tokoh daerah setempat. 



Dalam perannya sebagai Kasubid Tracing Satgas Covid-19, dr. Koesmedi mengharapkan pelaksanaan 3T terus dilakukan. Karena itulah yang menjadi kunci untuk mengatasi pandemi Covid-19. Jika ada wabah harus segera ditemukan secepatnya, yang sakit butuh treatment yang tepat, yang memiliki kontak erat dengan orang yang positif Covid-19 butuh karantina. Tujuannya supaya wabah tidak semakin meluas. Karena awalnya kan sepele. Virus Corona datang dari satu atau dua orang yang kemudian menular dengan cepat dalam waktu singkat. 

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kasus Covid-19 menurun drastis : 

1. Herd immunity sudah tercapai setelah sebagian besar masyarakat Indonesia yang terinfeksi berhasil pulih dari Covid-19. Jadi kekebalan alamiahnya sudah terbentuk. 

2. Sistem gas dan rem melalui PPKM berlevel berdampak positif dalam mencegah kerumunan masyarakat. 

3. Cakupan vaksinasi nasional sudah meluas

4. Kesadaran masyarakat untuk mematuhi prokes sudah jauh lebih baik. Misalnya masker digunakan dengan benar, menutupi hidung dan mulut. 

dr. Dicky menyampaikan, bahwa pada kenyataannya banyak masyarakat yang terinfeksi namun tidak nampak gejalanya. "Dari permodelan yang sudah terinfeksi di Indonesia sudah lebih dari 80 juta orang. Ini angka yang besar dibandingkan yang ditemukan pemerintah."



Selain itu, cakupan vaksinasi masih rendah. Tes Covid-19 di Indonesia pun masih tergolong rendah. Apalagi antibodi di dalam tubuh manusia pelan-pelan akan menurun. Dan kita harus menyadari faktor eksternal lain yakni sifat virus Covid-19 yang terus bermutasi. 

Waduh kalau begitu belum bisa dong nih nonton konser musik? Hmm, begini teman-teman. Saat ini kita sedang menghadapi even akbar melalui PON Papua. Meskipun protokol kesehatan sudah dilaksanakan dengan baik namun masih ada beberapa kelalaian sehingga terjadi penularan lagi. 

Ini sebuah peringatan buat kita semua untuk lebih berhati-hati. Ada baiknya intuisi dipakai saat kita dihadapkan pada keinginan untuk berkumpul dalam keramaian. Pentingkah? Amankah? Sanggupkah untuk selalu melaksanakan 3M?

Di sektor lain yang patut menjadi pertimbangan adalah bagaimana kondisinya, gimana daerahnya, sudah masuk level 1 atau level 2 belum, bagaimana test positive ratenya apakah sudah 1% atau belum? 

Sabar ya teman-teman. Pandemi belum berakhir. Dan rasanya tidak akan berakhir. Kita diimbau hidup berdampingan dengan Virus Covid-19. Ini bukan menyerah, ya. Akan tetapi kita harus mengubah perilaku, cara pandang dan beradaptasi dengan kebiasaan baru. Poin penting yang perlu dilakukan ada tiga saja : menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Intinya kita diminta menjaga kebersihan yang dimulai dari diri sendiri. Siap? 

Tidak ada komentar