Sedih! Rasio Dokter Masih Rendah. Bagaimana Lika-liku Dokter Atasi Penyakit Tropis Terabaikan Seperti Kusta di Tengah Pandemi?

Siapa yang tak bangga bila melihat anak-anak kita berprestasi. Meski begitu, tak banyak yang menyadari untuk bisa mencapai prestasi tersebut ada peran orang penting di belakangnya. Yup, ada peran dokter yang punya andil atas kesehatannya dari sejak masih dalam kandungan hingga mereka tumbuh dewasa. 

Rasio Dokter di Indonesia Terbilang Masih Rendah
Bicara soal dokter kita dihadapkan dengan fakta yang menyesakkan bahwa saat ini Indonesia masih kekurangan dokter. Rasionya 0,4/1000 artinya hanya terdapat 4 dokter untuk menangani 10.000 penduduk. Jumlah ini terbilang masih rendah dibandingkan negara-negara lain. Berdasarkan standar WHO idealnya rasionya adalah 1/1000 artinya 1 dokter menangani 1000 penduduk. Jadi kalau saat ini jumlah penduduk Indonesia adalah 270 juta penduduk maka tenaga dokter yang dibutuhkan menurut standar WHO adalah 270 ribu dokter.


 

Menurut Dokter Ardiansyah - pengurus IDI (Ikatan  Dokter Indonesia), dalam talkshow Ruang Publik KBR yang digelar KBR berkolaborasi dengan NLR pada 29 Oktober lalu melalui live streaming Youtube Berita KBR, saat ini negara kita masih kekurangan sekitar 70 ribu dokter. 

"Bila setiap tahunnya negara kita dapat menghasilkan 12 - 13 ribu lulusan sarjana dokter maka negara kita baru dapat mengejar ketertinggalan ketersediaan tenaga dokter sekitar 5 sampai 6 tahun ke depan," ungkapnya. 

Rasio dokter yang begitu rendah semakin mengkuatirkan. Karena di tengah pandemi kita dihentakkan kenyataaan dengan hampir adanya 2000 dokter yang gugur akibat kelelahan. Dan faktanya ada salah satu kelompok yang terdampak akibat kurang optimalnya penanganan dokter adalah pasien kusta. Ini menjadi tantangan tersendiri mengingat perjalanan kusta bukanlah sebentar. Peran dokter untuk mendiagnosa dan mengobatinya tidaklah sulit, namun ketersediaan dokter yang ada dan masih adanya sikap salah penderita maupun masyarakat terhadapnya yang menjadi tantangan. 

Prevalensi kusta di Indonesia
Syukurlah, secara nasional Indonesia telah mencapai status eliminasi kusta. Namun demikian masih ada beberapa wilayah yang belum mampu mengeliminasi penyakit kronis ini. Dokter Udeng Daman - Techincal Advisor NLR menyebutkan wilayah Indonesia Timur dan beberapa wilayah Indonesia Tengah yaitu Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. 


Ketidak optimalan penanganan kusta di daerah tersebut dipengaruhi berbagai faktor. Akses dan transportasi yang sulit dan petugas kesehatan yang terbatas merupakan hambatan dalam penanganan kusta.

Contohnya ada kasus kusta yang membutuhkan penanganan khusus. Tapi karena di wilayah tersebut tidak ada dokter atau belum ada dokter yang berwenang sehingga tidak dapat memberi rujukan maka menjadi hambatan tersendiri.  

Di sisi lain, situasi lingkungan penderita kusta seperti sanitasi, perilaku hidup bersih, ekonomi, gaya hidup sehat juga kepadatan populasi masyarakat di sekitarnya. 

Untuk itu, ketika ditemukan satu penderita, dokter akan segera melacak lingkungan terdekatnya yaitu keluarga dan tetangganya. Meskipun penyakit Kusta tidak mudah menular tapi siapa yang bisa menjamin kuman-kuman ketika penderita kusta bersin ataupun batuk tidak menular? 

Dibutuhkan Peran Pemerintah Secara Menyeluruh 
Dihadapkan dengan tantangan yang tidak mudah, mewakili IDI Dokter Ardiansyah menekankan pada dasarnya penanganan kusta membutuhkan kerjasama dan peran pemerintah untuk mencarikan solusinya. Karena saat ini fakta di lapangan, tenaga dokter secara kuantitas masih belum sesuai dengan rekomendasi WHO. Diakuinya, penyebaran tenaga dokter memang masih belum merata. Faktor yang menyebabkan keengganan dokter bertugas di daerah terpencil dan tertinggal mengenai keamanan, jaminan kesehatan, mutu pendidikan yang kurang, akses transportasi yang sulit dan lain-lain. 

Semoga pemerintah dapat segera mencarikan jalan keluarnya. Selamat Hari Dokter wahai para Dokter dimanapun berada. Tetaplah mengabdi dengan sepenuh hati dan tetaplah menjadi garda terdepan kesehatan masyarakat Indonesia. 

1 komentar

  1. Sedih ternyata dokter masih sedikit ya bikin kita instropeksi terutama di masa pandemi. Sehat ya

    BalasHapus