Segelas air putih akan tampak tidak berarti jika disandingkan dengan minuman kekinian, tapi air putih bisa jadi sangat berarti bagi orang yang tengah kehausan di gurun pasir.
Kita kerap menyepelekan hal-hal kecil. Padahal biarpun kecil juga bernilai, lho, bahkan jika bisa diakumulasikan bisa jadi hal yang kecil menjadi besar. Nah ngomong soal wakaf, salah besar jika belum mau berwakaf karena merasa belum kaya raya.
Begini teorinya, kita sering, kan, mendengar ungkapan "sedikit-sedikit nanti jadi bukit". Hal-hal besar selalu dimulai dari hal-hal kecil tapi lambat laun akan menjadi besar. Siapa sangka harta kita yang seperti butiran pasir bisa menjadi gunung pasir atau padang pasir yang luas bila diwakafkan?
Yes, dalam Islam wakaf punya banyak sekali manfaat, salah satunya sebagai bagian dari investasi dunia dan akherat. Tapi kenyataannya masih banyak orang yang belum atau enggan berwakaf.
Sebagian besar orang enggan atau belum mau berwakaf disebabkan oleh literasinya tentang wakaf masih minim. Ada yang ragu menyalurkan hartanya karena kuatir harta wakafnya tidak digunakan sebagaimana mestinya. Ada yang masih mengira kalau berwakaf harus punya harta yang banyak dulu, karena tahunya wakaf selalu dialokasikan untuk 3M saja yaitu Madrasah, Masjid dan Makam.
Perlu kita pahami, untuk berwakaf bukan hanya untuk orang yang punya harta banyak saja. Siapapun bisa berwakaf. Karena sebenarnya rezeki yang kita salurkan untuk wakaf tidak berkurang.
Tidak percaya?
Dalam QS Al-Imron ayat 92 disebutkan : Allah berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harga yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.
Dari ayat tersebut kita bisa pahami bahwa harta yang dapat dinafkahkan bukan hanya berupa materil saja tetapi apapun yang kita miliki bisa koq dinafkahkan atau diwakafkan. Dan tidak perlu menunggu punya harta banyak dulu.
Saat ini sudah lazim orang menghimpun dana wakaf dengan uang tunai untuk dijadikan harta benda bergerak maupun tidak bergerak. Tidak perlu punya tanah berhektar-hektar agar bisa diwakafkan. Bisa koq kita berwakaf dari mulai Rp 100.000 atau bahkan hanya sanggup Rp 10.000 saja. Dari dana yang terhimpuun akan dikelola untuk dijadikan rumah sakit misalnya. Yang membedakan dari rumah sakit komersil rumah sakit ini berfokus pada pengobatan kalangan tidak mampu.
Bayangkan, ibarat bola salju yang makin lama membesar jika semua elemen dapat mempraktikkan dengan baik dan tepat maka manfaat wakaf akan menjadi peluang yang luar biasa untuk membantu kesejahteraan penerimanya dan membawa kebaikan untuk sesama.
Kejar Potensi Wakaf Nasional
Dana wakaf dapat digunakan untuk program-program kemaslahatan sehingga beban pengeluaran pemerintah dapat diminimalisasi. Bayangkan bila masyarakat dermawan membangun banyak sekolah, rumah sakit, jalan tol dan infrastruktur lainnya maka negara tidak perlu mencari pinjaman dana-dana asing dari luar negeri, dan mayoritas pinjaman berbunga.
Dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Forum Jurnalis Wakaf Indonesia (Forjukafi) pada Jumat 6 Oktober 2022 di Perpustakaan Nasional Jakarta, Wakil Presiden RI KH. Ma'ruf Amin menyampaikan pada tahun 2022 capaian wakaf uang nasional ada di angka Rp 1,4 triliun.
Besar ya?
Hmmmm, syangnya jumlah tersebut hanya mencapai 0,5% dari total potensi wakaf uang senilai kurang lebih Rp 180 triliun, bestiee. Karena itu, literasi wakaf kepada masyarakat luas dipandang sangat penting dilakukan untuk mengejar potensi wakaf nasional.
Ketua MPR Bambang Soesatyo yang juga hadir mengatakan hal sama, "Saya meyakini potesi wakaf jika dikelola secara optimal akan berkontribusi positif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengurangi kesenjangan ekonomi dan mengentaskan kemiskinan secara signifan."
FORJUKAFI Garda Terdepan
Alhamdulillah penguatan edukasi dan literasi wakaf terus masif dilakukan oleh berbagai kalangan. Sebut saja di KUA yang kesehariannya bersinggungan dengan masyarakat mulai dari layanan nikah, zakat, wakaf dan lain sebagainya, di kalangan akademisi dan kampus untuk menyasar kesadaran milenial agar mencintai dan mau berwakaf, di kalangan influencer, jurnalis Forjukafi dan masih banyak lagi.
Dan melalui Forjukafi (Forum Jurnalis Wakaf Indonesia) jurnalis tidak sekedar melakukan literasi wakaf melalui pemberitaan. Tapi juga melakukan aksi nyata lewat yayasan yang telah didirikan para jurnalis di Forjukafi yaitu Yayasan Jala Surga. Masha Allah😍
Wahyu Muryadi selaku Ketua Forjukafi optimis potensi wakaf nasional dapat terkejar. "Banyak hal yang telah kami rencanakan bahkan kami eksekusi sebelum rakernas dalam rangka kolaborasi wakaf dengan berbagai stakeholder, termasuk juga pembetukan Forjukafi di daerah-daerah. Insya Allah gerakan kebaikan ini akan menggelinding menjadi gerakan yang besar. Kami mohon doa dan dukungannya."
KH. Ma'ruf Amin berharap dengan hadirnya Forjukafi sebagai garda terdepan dalam literasi wakaf di media bisa semakin banyak jurnalis yang memiliki pemahaman tentang wakaf. Dengan begitu, pemberitaan tentang wakaf akan semakin meningkat dan menjangkau masyarakat yang lebih luas lagi.
"Pemberitaan tentang wakaf yang semakin komunikatif dan massif di berbagai kanal media menjadi kunci peningkatan literasi masyarakat tentang wakaf. Dari literasi yang baik ini, kita harapkan akan tumbuh dan meluasnya kesadaran kolektif umat untuk lebih aktif terlibat serta turut memobilisasi pengumpulan wakaf," kata KH. Ma'ruf Amin.
Blogger pun siap jadi garda terdepan literasikan wakaf di masyarakat melalui kanal media sosial pribadi
Tidak ada komentar