Petualangan Rasa dengan Jamu, Sebuah Upaya Menghidupkan Tradisi Keluarga


Doc : pribadi

Halo teman-teman, kali ini saya ingin mengajak teman-teman menyeruput secangkir jamu hangat sambil ngobrol santai. Kita akan melakukan petualangan rasa melewati kenangan dan pengalaman menarik saya dengan minuman jamu. Setiap tetesnya yang beraroma khas, kadang terasa agak getir di lidah, namun tidak saya sangka, jamu ternyata telah menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari keluarga kami. 

Awal yang Sederhana

Dulu, ketika saya masih SMP dan mulai datang haid hampir setiap hari aroma khas rempah-rempah menyambut saya sepulang sekolah. Ibu dengan senyumnya yang penuh ancaman membuat saya tidak bisa menolak untuk menelan jamu kunyit asam yang disodorkannya. 

Sepertinya dari sinilah dimulainya petualangan saya dengan jamu. Awalnya saya adalah anak kecil yang menolak keras rasa pahitnya jamu cekokan. Setiap mendengar kata 'jamu' saya langsung berontak. Saya masih ingat bagaimana pahitnya jamu cekokan agar nafsu makannya meningkat. Tahu sendiri, kan, dulu itu stigma anak sehat itu yang badannya gemoy, hadeh hehehe 

Namun, seiring berjalannya waktu, saya mulai menghargai keajaiban yang tersembunyi di balik cangkir jamu itu. Saya mulai menyukai jamu kunyit asem yang ternyata bermanfaat untuk melangsingkan, kesehatan jantung, kesehatan kulit, mengatasi gangguan pencernaan dan melawan radikal bebas. 

Perjalanan Mencari Resep Keluarga yang Sehat

Tidak ada yang lebih berharga daripada resep rahasia keluarga yang diturunkan dari generasi ke generasi. Begitu juga dengan resep jamu keluarga kami. 

Sebagai orang Jawa, ibu dengan mudah menjelajahi pasar tradisional, mencari bahan-bahan segar untuk menciptakan ramuan untuk kesehatan keluarga. Saya masih ingat momen-momen sering diajak ke pasar. 


Kebetulan Bulik (adik perempuan ibu) memiliki kedai jamu. Setiap harinya wedang jahe dibuat sepanci penuh untuk peluruh pahitnya jamu seduh yang dihirup pelanggannya. Maka kakak beradik ini saling mensupport. Ibulah yang kebagian membelikan bahan bakunya.

Ketika dewasa dan berkeluarga saya tahu rimpang jahe bentuknya berbeda dengan rimpang lengkuas. Pun, soal kunyit yang cocok untuk jamu namanya biang kunyit, beda dengan kunyit untuk masakan. Kalau kata orang Sunda namanya hulu koneng. 

Yang pasti, rimpang-rimpang yang kini selalu ada di dapur adalah jahe segar, sereh dan kunyit, kadang ada akar kayu manis yang harum. Dengan cara yang mudah dan murah ini adalah bagian dari upaya saya untuk menjaga kesehatan keluarga.

Jamu dengan Sentuhan Pribadi

Btw, setiap anggota keluarga memiliki preferensi masing-masing. Untuk suami, wedang uwuh adalah pilihan favoritnya. Karena saya tidak mudah mencari bahan baku, jadi saya membeli wedang uwuh instant. Tinggal seduh saja jadi lebih praktis. 

Sementara itu, anak gadis saya lebih suka ramuan yang manis dengan tambahan gula merah yaitu kunyit asem. Khusus untuk si gadis, biasanya saya membuat jamu kunyit asem langsung banyak dan kemudian saya masukkan ke dalam botol-botol air besar dan disimpan di kulkas. Enak sekali diminum dingin-dingin sebagai pengganti sirup. 


Oiya, mau resepnya tidak? 1/4kg kunyit, 1/4kg jahe, 1/2kg gula merah, 1/2 bungkus asam jawa glondongan, sedikit garam dan 2 liter air. Kadang saya tambahkan segenggam daun sirih. Rebus campuran ini sampai matang dan bau langunya berkurang. 

Nah, saya sendiri sudah beberapa tahun terakhir ini -sejak masa pandemi tepatnya- lebih suka membuat wedang teh dari air rebusan yang diberi irisan jahe dan sereh. Setiap pagi wedang teh sereh ini menjadi cara sehat saya untuk membuka hari. Manfaatnya untuk menjaga daya tahan tubuh, detox, melangsingkan, menurunkan kolesterol dan mencegah kanker.  

Terkadang, kalau badan lagi terasa tidak fit saya pilih minum jamu sehat wanita bungkusan di bude Jamu. Dengan dicampur larutan Jamu ini itu, maka bau dan rasa getir di lidah jadi berkurang. 


Jamu sehat wanita 

Manfaat Jamu untuk Segala Suasana

Jamu bukan hanya minuman tradisional yang enak, tetapi juga menyimpan segudang manfaat untuk kesehatan. Dari meredakan sakit kepala hingga memperkuat sistem kekebalan tubuh, jamu telah terbukti menjadi obat alami yang efektif. 

Kandungan rempah-rempah tradisional seperti kunyit, jahe, temulawak, dan bahan-bahan alami lainnya memiliki sifat antiinflamasi, antioksidan, dan antimikroba yang baik untuk tubuh. Bagi saya, jamu adalah pilar kesehatan holistik keluarga kami secara turun temurun. Saya mengandalkan jamu tidak hanya sebagai obat, tetapi juga sebagai pencegahan.



Facebook

Tidak hanya untuk keseharian, jamu juga menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan. Di setiap acara keluarga atau arisan saya sering menyajikan jamu kunyit asem sebagai minuman dingin. Ini adalah cara kami merayakan kesehatan dan kebersamaan. Tak jarang jamu menjadi sebuah oleh-oleh unik untuk kerabat yang datang. 

Saya juga tak ragu membawa jamu instant di dalam koper kala traveling. Saya masih ingat saat itu ada kesibukan di tiga kota sekaligus selama dua minggu. Udara panas pesisir Bali dan udara pegunungan Bandung dan Tasik yang dingin membuat saya harus harus benar-benar menjaga kesehatan. 


Instagram


Di usia jelita alias jelang lima puluh tahun ini ketika saya melihat keponakan-keponakan dan cucu-cucu jauh saya tumbuh besar, saya ingin mewariskan tradisi sehat ini kepada mereka.  

Tak hanya itu, lewat jamu saya ingin sekali menceritakan tentang warisan mbah-mbah buyut mereka, karena jamu adalah bagian dari hidup keluarga saya di masa lalu dan saya harap pun di masa nanti.




14 komentar

  1. aku lebih suka minum jamu mba dibanding minum obat, meski pahit tapi kayak berasa langsung ke tubuh gitu sih ketimbang obat

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya lho, bener banget. Jamu memang sudah dipercaya sejak turun temurun buat kesehatan. Aku waktu lahiran anak juga cepet pulihnya berkat jamu paket bersalin hahah

      Hapus
  2. Mbak Woro mah meski usia jelita tapi masih kayak 30-an loh! Btw, kita sama kalau haid pasti minum jamu. Kalau aku biasanya kunyit dicampur sama madu, efektif meredakan nyeri ya. Btw, penting juga loh punya stok Herbadrink jamu di rumah, biar satset tinggal tuang air panas aja pas butuh

    BalasHapus
    Balasan
    1. ih seneng banget dibilang masih muda haha.. jamu memang andalan deh ya jeng, biasanya kalau buat stok aku belinya jamu tolak angin aja, nah herbadrink juga perlu nih

      Hapus
  3. Kalau zaman dulu, kalau tamu istimewa datang, wajib bikin kunyit asem sendiri ya, Mbak. Tapi sekarang lebih praktis, ada kemasan saset. Jadi lebih praktis dan bisa dibawa ke mana-mana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang minuman kemasan botol atau tetrapack juga udah banyak ya mas. Paling seger siang-siang di jalan mampir ke minimarket beli minuman kunyit asem deh hehe

      Hapus
  4. Wah mantab resep jamunya Mb, hampir sama seperti yg saya bikin kunyit jahe cuma saya pakenya madu. Boleh dicoba ini ditambah asam jawa. Terima kasih infonya 🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. siaap, semoga bermanfaat ya, btw airnya dimasak sampe berkurang sekitar 1,5 liter ya kak, biar bau langunya hilang

      Hapus
  5. Wah iya, wkwkwk. Pertama kali denger jamu, pikiran selalu kesetir ke rasa yang pahit. Pas perdana nyicip wedang jahe, eh, sampe sekarang kemana mana carinya wedang mulu. Hahah

    BalasHapus
  6. Jamu resep turun temurun begini dijamin rasanya uda pas yaa..
    Ternyata minum jamu gak semengerikan itu yaa.. Tetap enak rasanya dan yang pasti bermanfaat banget untuk kesehatan tubuh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul kak, jamu modern bahkan sekarang bentuknya kapsul ☺

      Hapus
  7. Sebenarnya asal tidak pahit, saya mau aja sih minum jamu setiap hari. Cuma memang daya toleransi saya terhadap rasa pahit sangat rendah. Untungnya beberapa jamu tidak berasa pahit seperti beras kencur dan kunyit asam yang bisa diminum hampir setiap hari. Bikin badan lebih segar dan prima.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasanya jamu yang buat pengobatan yg pahit banget, kalau untuk kesehatan kaya kunyit asem, beras kencur mah enak diminum dingin-dingin kapan aja ☺

      Hapus