Mengangkat Harapan: dr Pradipta Suarsyaf dan Dedikasinya untuk ODGJ di RS Lancang Kuning Pekanbaru


Masalah kejiwaan seringkali diibaratkan sebagai fenomena gunung es. Dari 30 penderita gangguan jiwa, hanya satu yang bisa dirawat secara medis di Riau. Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru, di bawah kepemimpinan dr Pradipta Suarsyaf, ia berani mengambil langkah tidak populer dengan membuka layanan kejiwaan. Menurut Pradipta, keseimbangan antara merawat jasmani dan rohani sangat penting.

Di bagian barat Rumah Sakit Lancang Kuning, beberapa pria dengan gangguan jiwa berat berkerumun di balik pagar besi, mengharapkan sebatang rokok. Di tempat ini, mereka yang dulunya dipasung oleh keluarga dan warga sekitar, sekarang mendapatkan perawatan. Fir (40) adalah salah satu pasien yang dirawat di sini setelah ditolak oleh masyarakat setempat meskipun sudah dinyatakan sembuh.

Fir ditemukan dalam keadaan terpasung, dirantai di sebuah rumah jauh dari kawasan penduduk. Pradipta dan timnya, bekerja sama dengan Dinas Sosial Kampar, berupaya membebaskan Fir dan memberikan perawatan yang dibutuhkan. Fir sendiri tidak mengerti mengapa dia dipasung, meskipun dia sempat bercerita tentang kekhawatirannya terhadap turis asing yang bisa merusak nilai-nilai di kampungnya.

RS Lancang Kuning, yang sebagian besar sahamnya dimiliki Dompet Dhuafa, menerima banyak pasien yang dipasung dan mengalami gangguan jiwa berat. Dengan jumlah tempat tidur untuk pasien kejiwaan yang hampir separuh dari total 105 tempat tidur yang ada, rumah sakit ini menunjukkan komitmen yang kuat terhadap perawatan ODGJ. 

Dr. Pradipta Suarsyaf telah memimpin RS Lancang Kuning sejak diambil alih oleh Dompet Dhuafa pada 2017. Pradipta, yang berkomitmen pada layanan kesehatan untuk kaum duafa, bekerja tanpa henti untuk meningkatkan program rumah sakit, terutama bagi ODGJ yang kebanyakan berasal dari masyarakat ekonomi lemah. 

"Kondisi penderita gangguan jiwa di Riau seperti fenomena gunung es," kata Pradipta. Data menunjukkan ada 9.300 orang mengalami gangguan jiwa berat di Riau, namun fasilitas perawatan masih sangat terbatas. RSJ Tampan hanya memiliki 250 tempat tidur, sementara RS Lancang Kuning dan RS PMC menyediakan sedikit ruang untuk pasien kejiwaan.

Dalam menangani ODGJ, RS Lancang Kuning mengutamakan koordinasi dengan dinas sosial setempat untuk mendata dan memastikan asal-usul pasien. "Kami tidak bisa begitu saja mengambil orang dari jalanan, harus ada pendataan dan koordinasi dengan dinas sosial," jelas Pradipta. 

Pihak rumah sakit juga bekerja sama dengan Sentra Abiseka Pekanbaru untuk memberdayakan pasien yang sudah dinyatakan sembuh. "Kami memberikan pelatihan agar mereka bisa mandiri dan diterima kembali oleh masyarakat," ujar Pradipta. 

dr. Pradipta Suarsyaf, sebagai Direktur RS Lancang Kuning Pekanbaru, telah menunjukkan dedikasi luar biasa dalam memberikan perawatan dan dukungan kepada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Pendekatan inovatifnya, termasuk integrasi layanan kesehatan mental yang komprehensif dan kemitraan dengan berbagai komunitas, telah membawa perubahan positif bagi pasien dan keluarga mereka. 

Ketulusan dan komitmennya dalam mengatasi stigma terhadap ODGJ dan meningkatkan kualitas hidup mereka melalui berbagai program rehabilitasi dan terapi telah menyentuh banyak hati. Upayanya untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung, di mana pasien merasa dihargai dan diterima, menunjukkan kepemimpinan yang penuh empati dan inspirasi.

Penghargaan Astra diberikan kepada dr. Pradipta sebagai pengakuan atas usahanya yang tidak hanya memberikan perawatan medis, tetapi juga mengembalikan martabat dan harapan bagi ODGJ. Karyanya mencerminkan semangat kepedulian yang mendalam dan dedikasi tanpa henti untuk kesehatan mental masyarakat.



1 komentar