Halo teman-teman! Pernahkah kalian mendengar tentang "malnutrisi"? Mungkin kita sering berpikir bahwa malnutrisi itu hanya untuk mereka yang kekurangan makanan atau terlihat sangat kurus. Tapi tahukah kalian? Malnutrisi juga bisa terjadi pada orang yang tampak sehat atau bahkan gemuk! Ini semua tergantung pada seimbangnya asupan gizi kita.
Baru-baru ini, saya berkesempatan menghadiri media workshop yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Nutrisi Indonesia (INA) dan Nutricia Sarihusada di Des Indes Hotel, Jakarta, pada tanggal 17 September 2024. Dimoderatori dr. Lula Kamal acara ini sangat menarik dan mengungkapkan betapa seriusnya masalah malnutrisi di Indonesia. Masalah ini ternyata bukan hanya memengaruhi pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak, tetapi juga berdampak pada kesehatan jangka panjang dan bahkan memperlambat pembangunan ekonomi negara kita. Berikut saya bagikan informasi menarik dari acara ini.
Mengapa Malnutrisi Masih Jadi Masalah?
Satu hal yang terpatri di kepala saya bahwa malnutrisi bukanlah hanya soal kekurangan gizi. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), malnutrisi bisa berarti kekurangan, kelebihan, atau ketidakseimbangan asupan gizi.
Di Indonesia, masalah kekurangan gizi masih jadi perhatian utama, baik stunting ataupun wasting (cungkring). Dari laporan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi stunting mencapai 21,5 persen. Meskipun angka ini turun sedikit, penurunan yang sangat kecil menunjukkan betapa sulitnya mengatasi masalah ini.
Tantangan yang kita hadapi dalam memerangi malnutrisi sangat kompleks. Faktor-faktor seperti kemiskinan, kurangnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya kesadaran tentang pentingnya gizi, serta terbatasnya layanan kesehatan semuanya berkontribusi pada masalah ini. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), Indonesia bahkan berada di peringkat ketiga di Asia Tenggara untuk masalah malnutrisi. Jadi, jelas kita perlu lebih perhatian!
Pekan Sadar Malnutrisi: Edukasi untuk Semua
Perhimpunan Nutrisi Indonesia (INA) aktif berkontribusi dalam penanganan malnutrisi, salah satunya melalui Pekan Sadar Malnutrisi (MAW) yang diadakan oleh American Society for Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN) sejak 2017. Tahun ini, MAW berlangsung dari 16 hingga 20 September, dengan fokus pada edukasi masyarakat - seperti acara media workshop ini - tentang dampak dan cara mencegah malnutrisi. Tema tahun ini adalah ‘Wujudkan Indonesia Sehat dengan Cegah Malnutrisi Sedari Dini’, dan didukung oleh Nutricia Sarihusada.
Dr. dr. Luciana B. Sutanto |
Dr. dr. Luciana B. Sutanto, Presiden INA, menyoroti dampak kesehatan akibat malnutrisi yang tidak terdeteksi sejak awal dan diobati mengakibatkan pasien lebih lama dirawat di rumah sakit, dua kali lipat berisiko memerlukan rehabilitasi atau perawatan jangka panjang serta meningkatkan rasa angka kematian 2,3 kali. Selain dampak kesehatan,malnutrisi meningkatkan biaya rumah sakit lebih banyak 73% dan menyebabkan peningkatan biaya hingga $10,000 untuk rawat inap ulang di rumah sakit.
Beliau mengingatkan kita tentang pentingnya peran orang tua, terutama ibu, dalam mencegah malnutrisi.“Gizi seimbang bukan hanya tentang makan lebih banyak, tetapi juga tentang makan dengan nutrisi yang tepat,” katanya.
Beliau juga menekankan bahwa jika malnutrisi tidak dikenali sejak dini, risikonya bisa sangat serius—tidak hanya bagi kesehatan anak, tetapi juga berpengaruh pada ekonomi keluarga. Ketidakcukupan gizi bisa menyebabkan anak mengalami gangguan pertumbuhan yang tidak bisa diulang kembali.
Tanda awal malnutrisi |
Dr. Luciana menjelaskan pentingnya memahami tanda-tanda awal malnutrisi, seperti penurunan berat badan yang tidak disengaja, hilangnya nafsu makan, serta perasaan lemas dan tidak bertenaga.
Jika gejala-gejala ini diabaikan, malnutrisi bisa berkembang menjadi masalah yang lebih serius dan mempengaruhi kualitas hidup individu. Ia berpesan, jika di sekolah remaja putri mendapat tablet tambah darah, sebagai bagian program kesehatan pemerintah, harus diminum.
Oleh karena itu, kampanye seperti Pekan Sadar Malnutrisi ini sangat penting untuk membantu meningkatkan kesadaran orang tua dan masyarakat luas tentang pentingnya pemenuhan gizi sejak dini, terutama dalam 1000 hari pertama kehidupan anak—periode krusial yang menentukan masa depan kesehatannya.
Kolaborasi untuk Indonesia Sehat
Partisipasi tidak hanya datang dari INA dan Nutricia Sarihusada. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia juga berperan dalam Pekan Sadar Malnutrisi 2024. Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, seorang Guru Besar Ilmu Penyakit Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menegaskan bahwa malnutrisi tidak hanya berdampak pada anak-anak, tetapi juga pada orang dewasa, terutama lansia. Beliau mengingatkan bahwa malnutrisi sering kali tidak terdiagnosis dengan baik, yang bisa memperburuk kesehatan.
Dalam penjelasannya, beliau menambahkan bahwa orang yang tampak sehat juga bisa mengalami malnutrisi jika pola makannya tidak seimbang. Misalnya, makan banyak lemak tanpa asupan gizi yang cukup bisa menyebabkan masalah kesehatan yang serius, seperti penyakit jantung dan kolesterol tinggi.
Karenanya, untuk mengidentifikasi malnutrisi atau tidak, sebagai dokter ahli di bidang gastro dan hepatologi ia selalu mempertanyakan berat badan pasiennya apakah ada penurunan selama 3 bulan terakhir. Dan melalui makanan yang dikonsumsi oleh pasien di rumah sakit apakah dihabiskan atau tidak.
Makanan pasien di rumah sakit |
Ia juga menjelaskan bahwa sumber makanan bergizi sangat banyak. Terlebih negara kita memiliki sumber daya alam yang melimpah. Tidak perlu makan ikan dori yang mahal, diganti saja dengan ikan patin. Begitupun dengan ikan teri yang mengandung banyak kalsium. Jadi harus pandai-pandai mengolah makanan dan membiasakan anak-anak tidak pilah pilih makanan.
Dan deteksi dini sangat penting! Prof. Ari juga menjelaskan pentingnya penapisan gizi di rumah sakit, terutama bagi lansia yang sering mengalami gangguan pencernaan atau kesulitan makan akibat masalah gigi. Diagnosis yang cepat dapat membantu memberikan intervensi nutrisi yang tepat agar kondisi pasien tidak semakin buruk.
Komitmen dari Nutricia Sarihusada
Nutricia Sarihusada juga menunjukkan komitmen kuatnya dalam memerangi malnutrisi. Medical & Scientific Affairs Director Nutricia Sarihusada, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPHFRSP menekankan bahwa solusi untuk masalah ini memerlukan kolaborasi yang kuat dari berbagai pihak. “Pencegahan malnutrisi tidak bisa hanya mengandalkan satu sektor saja. Pemerintah, sektor swasta, organisasi non-profit, dan masyarakat umum semua harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung gizi seimbang,” ujarnya.
Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPHFRSP |
Dr. Ray juga menyoroti pentingnya inovasi dalam produk-produk nutrisi untuk membantu masyarakat memahami pentingnya gizi. “Kami berkomitmen untuk memberikan edukasi tentang gizi agar Indonesia bisa lebih sehat,” tambahnya.
Menuju Generasi Emas
Indonesia memiliki visi besar menuju tahun 2045, yaitu menjadi negara maju dengan sumber daya manusia unggul, atau yang kita kenal sebagai “Generasi Emas.” Namun, untuk mencapai itu, masalah malnutrisi harus segera diatasi. Jika tidak, generasi mendatang akan menghadapi tantangan kesehatan yang lebih besar.
Melalui Pekan Sadar Malnutrisi 2024, kita berharap dapat menanggulangi masalah ini dengan lebih baik. Edukasi tentang pentingnya gizi seimbang sejak dini adalah langkah awal untuk masa depan yang lebih sehat. Kolaborasi lintas sektor dan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat adalah kunci untuk mewujudkan Indonesia sehat.
Melalui jari di blog dan media sosial Blogger juga ikut berperan aktif mencegah malnutrisi demi masa depan generasi kita yang akan datang |
Jadi, mari kita semua berperan aktif dalam mencegah malnutrisi demi masa depan cerah untuk generasi kita yang akan datang! Kita semua memiliki tanggung jawab dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pola makan sehat. Yuk, mulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar kita.
cukup terkejut sih, waktu spokeperson bilang yg malnutruisi ini banyak dari kalangan mampu. Jadi emang bukan perkara sulit ekonomi yaaa... memang kurang edukasi aja.
BalasHapusKudu dipahami secara tepat ya ketika ada tanda gejala malnutrisi, sehingga bisa langsung mendapat penanganan yang cepat. Edukasi seperti ini memang perlu dilakukan secara masif.
BalasHapusBenar deh. Kadang kita juga belum tentu bisa mendeteksi dengan pasti. Karena malnutrisi tuh nggak berarti dalam kondisi kurus doang kan?
HapusMalnutrisi ini harus dicegah sejak dini ya, makanya penting banget untuk memberikan asupan makanan yang bergizi agar anak tumbuh maksimal untuk mewujudkan generasi emas di masa depan.
BalasHapusDalam bayangan saya selama ini kalau mendengar kata malnutrisi itu, artinya kekurangan nutrisi. Ternyata bisa juga kelebihan ya, dan orang yang nampak sehat, bisa juga sebenarnya mengalami malnutrisi
BalasHapusTernyata malnutrisi tidak selamanya karena kekurangan gizi ya, Mbak. Tapi bisa jadi malah kelebihan asupan gizi atau asupan gizi yang tidak seimbang.
BalasHapusJadi bukan dari sedikit banyaknya makanan, tapi bagaimana makanan yang masuk ke dalam tubuh kita, harus memenuhi kebutuhan gizi kita.
Sangat setuju banget, Indonesia Emas bisa jadi Indonesia Cemas kalau tidak memperhatikan dan menyelesaikan permasalahan terkait malnutrisi yang emang urgen banget ya.
BalasHapus"Berdampak pada kesehatan jangka panjang". Kalimat yang menohok banget ini sih. Jadi urusan malnutrisi tuh gak boleh dianggap enteng. Jika di masa tumbuh kembang, seseorang tidak mendapatkan gizi yang seimbang, bukan tidak mungkin kesehatannya akan terus terganggu. Selayaknya event-event seperti ini tuh lebih banyak lagi disosialisasikan ya. Biar publik bisa lebih paham dan bisa mempraktekkan ilmu-ilmu yang baik tentang gizi.
BalasHapusPadahal kampanye malnutrisi ini udah dimana-mana ya sampai nggak asing ditelinga, tapi ternyata pengurangannya sedikit banget. Semoga suatu saat tiap orang bisa sadar pentingnya mencegah malnutrisi ini.
BalasHapusMenjadi peran penting orangtua untuk terus mengupgrade agar bisa memberikan gizi yang tepat utk anak2 ya mba... Biar tumbuh kembang sempurna dn terhindar dari malnutrisi
BalasHapusNutricia emang keren sih
BalasHapusDengan one planet one health -nya setia mengawal kesehatan penduduk bumi
Terlebih ketika tahu angka malnutrisi (dan angka stunting) di Indonesia masih tinggi
Setuju banget, masalah malnutrisi di Indonesia gak bisa diselesaikan dengan mengandalkan pemerinta semata tapi butuh kolaborasi dari banyak pihak ya mbak..
BalasHapusKaget juga nih malnutrisi masih jadi problem tertinggi. Khawatirnya 2045 gak tercapai nih generasi emasnya. Makanya tindakan kampanye pencegahan malnutrisi kudu sering didengungkan ya.
Beneran jadi tahu mba kalau malnutrisi bukan kayak karena under nutrisi aja tapi ternyata juga bisa overnutrition. Keren banget deh INA dengan dukungan Nutricia Sarihusada untuk mengedukasi masyarakat aware dengan malnutrisi ini
BalasHapusPerlu sekali edukasi mengenai "Sadar Malnutrisi' ini yaa..
BalasHapusKarena aku sendiri masih suka salah kaprah mengenai diet. Intinya bukan gak makan, tapi menjaga pola makan dan sadar kalau tubuh juga perlu nutrisi yang sehat.