Hai teman-teman, pernah merasa semangat saat merancang mimpi, lalu tiba-tiba semuanya terasa berat dan buntu setelah kamu mulai bercerita ke orang-orang? Atau saat sedang bahagia, tiba-tiba hidup terasa kacau tanpa sebab?
Itu bukan sekadar perasaan.
Alam semesta bekerja berdasarkan energi. Energi positif menarik hal-hal baik, sedangkan energi negatif bisa jadi penghalang terbesar dalam hidup kita. Sayangnya, energi negatif jauh lebih mudah menyebar—dan sering kali datang dari orang-orang di sekitar kita.
Teman-teman, sejatinya saat kamu membuka mimpi, rencana, kesedihan, atau masalah pribadi secara sembarangan, kamu tanpa sadar telah membuka celah untuk energi luar masuk. Ada yang mendoakan diam-diam, tapi tidak sedikit yang mengirimkan getaran hasad, iri, atau bahkan harapan agar kamu gagal—baik secara sadar maupun tidak.
Dan di situlah semuanya mulai berantakan.
Maka, seperti kata Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu yang pernah berkata:
“Apa yang aku sesali adalah saat lidahku lebih cepat daripada akalku.”
Ada hal-hal yang lebih baik disimpan, bukan karena kamu ingin menjadi tertutup, tapi karena kamu sedang melindungi jalur energi baik dalam hidupmu.
Berikut ini adalah empat hal yang sebaiknya dijaga rapat-rapat:
1. Mimpi Besar
Mimpi besar itu suci. Ia lahir dari niat, harapan, dan cinta pada hidup. Tapi saat dibicarakan terlalu cepat, terlalu luas, kepada terlalu banyak orang—mimpi itu bisa layu sebelum mekar.
Karena tidak semua orang punya kapasitas memahami besarnya impianmu. Sebagian akan meremehkan, sebagian lainnya iri. Dan tanpa kamu sadari, setiap kalimat negatif yang mereka lontarkan menjadi semacam “tabrakan energi” yang membuat mimpi itu tersendat.
Alam semesta tidak netral. Ia bekerja seperti cermin—memantulkan kembali apa yang kita pancarkan dan apa yang kita biarkan masuk. Maka, jaga mimpi besarmu dengan sepenuh hati. Biarkan ia tumbuh tenang dalam ruang batinmu yang paling sunyi, sampai ia cukup kuat untuk muncul ke permukaan dunia.
2. Rencana Hidup
Berapa banyak rencana yang gagal bukan karena kamu tidak mampu, tapi karena terlalu banyak kamu ceritakan?
Setiap kamu berbagi rencana, kamu membuka ruang komentar. Dan komentar itu, walaupun terdengar ringan, bisa membawa energi yang meruntuhkan semangatmu:
“Ah, yakin bisa?”
“Kayaknya susah deh.”
“Nanti dulu aja, sekarang belum waktunya.”
Kadang bukan nasihat, tapi racun halus yang merusak keyakinanmu.
Dan alam semesta mencatat semua keraguan yang kamu serap dari orang lain. Ia akan memantulkannya kembali dalam bentuk jalan yang mendadak rumit, atau peluang yang tiba-tiba tertutup.
Maka jaga rencanamu seperti permata. Lindungi dari sentuhan tangan yang kasar. Bicarakan hanya saat sudah menjadi kenyataan—dan saat itu pun, tak perlu panjang lebar. Biar hasil yang bicara.
3. Kesedihan
Saat sedih, wajar ingin bercerita. Tapi ingat: empati itu langka. Yang banyak adalah tawa tanpa simpati, atau keingintahuan yang tak disertai niat membantu.
Bercerita sembarangan bisa membuatmu terluka dua kali. Pertama karena masalahnya, kedua karena tanggapan orang yang meremehkan atau bahkan mengejek.
Energi sedihmu bisa berubah jadi umpan. Ketika kamu bercerita ke orang yang salah, kesedihan itu tidak sembuh, malah makin dalam. Dan energi alam semesta menyerapnya, menguatkannya, membuatmu merasa semakin buruk.
Menangislah di waktu malam. Ceritakan ke langit, bukan ke sembarang telinga. Tuhan punya cara paling lembut untuk meredakan luka—tanpa penilaian, tanpa penghakiman.
4. Masalah Pribadi
Masalah pribadi bukan untuk konsumsi umum. Ia seperti luka terbuka yang rentan infeksi jika dibiarkan begitu saja.
Zaman sekarang, orang lebih kepo daripada peduli. Mereka bertanya bukan untuk menolong, tapi untuk membandingkan atau sekadar mengisi waktu.
Cerita masalahmu bisa dipelintir, disebar, atau disalahartikan. Yang tadinya kamu harap membawa kelegaan, malah jadi sumber gosip yang menyakitkan.
Dan sekali lagi, alam semesta menyerap semuanya. Energi negatif yang kamu buka akan menarik energi negatif lainnya. Akhirnya, kamu malah tambah lelah, tambah bingung, dan tambah sendiri.
Maka lebih baik simpan. Kalau perlu bicara, cari satu-dua orang yang kamu percaya, bukan forum umum yang penuh mata kosong.
Karena Di Balik Nikmat, Ada yang Hasad
Salah satu bentuk energi negatif paling tua di muka bumi ini adalah hasad—iri hati yang muncul saat melihat orang lain bahagia.
Semakin sering kamu memamerkan pencapaian, kebahagiaan, kemudahan, semakin besar peluang ada yang tidak senang. Mereka mungkin tidak mengatakan langsung, tapi energi iri mereka bisa merusak apa yang sudah kamu bangun dengan susah payah.
Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk membaca:
“A’udzubikalimaatillahit taammaati min syarri maa khalaq.”
(Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan apa yang Dia ciptakan.)
Doa ini adalah pelindung dari mata yang iri, hati yang dengki, dan energi negatif yang tidak terlihat tapi nyata.
Diam Adalah Perisai
Menutup rapat-rapat bukan berarti menutup diri. Tapi sebuah cara menjaga jalur energi tetap bersih. Karena semakin sedikit yang tahu, semakin kecil potensi energi negatif yang masuk.
Jaga mimpi, rencana, kesedihan, dan masalahmu dengan bijak.
Jangan biarkan dunia ikut campur terlalu dalam dalam proses hidupmu. Karena tidak semua orang ingin melihatmu berhasil. Dan tidak semua semesta siap mendukungmu kalau kamu terlalu banyak membuka pintu.
“Ada kalanya, kekuatan terbesar terletak pada diam. Dan perlindungan terbaik datang dari batasan yang kita buat sendiri.”
Jika kamu ingin, aku juga bisa bantu buatkan teaser caption atau infografis pendek untuk versi Instagram atau media sosial lainnya. Mau lanjut ke sana?
Tidak ada komentar