![]() |
Dandanin rumah kontrakan? Ini risikonya |
Halo teman-teman, pernahkah kamu ngontrak rumah atau ruko, lalu dengan semangat memperbaiki dan menghiasnya supaya terasa lebih nyaman? Mungkin teman-teman pernah mengecat tembok, pasang wallpaper, atau bahkan bangun kanopi. Tapi, pernahkah kalian membayangkan kalau setelah semua itu, pemilik rumah justru meminta untuk pindah? Yuk, simak beberapa kisah nyata yang banyak dibagikan netizen, dan pelajari risiko yang harus dihadapi saat mengontrak tempat tinggal atau usaha.
Di media sosial, banyak yang membagikan pengalaman serupa. Ada yang ngontrak rumah lalu mempercantik bagian dalam dengan mengecat tembok, menambah wallpaper, atau membangun pagar dan kanopi biar lebih home sweet home. Namun belum juga menikmati hasilnya terlalu lama, si pemilik rumah datang dan minta rumah itu dikosongkan. Alasannya bermacam-macam: mulai dari mau ditempati sendiri, dijual, atau disewakan dengan harga lebih tinggi.
Ada juga yang menyewa tanah untuk usaha cuci motor. Baru berjalan setahun dan usahanya mulai dikenal, harga sewa tanah langsung dinaikkan tiga kali lipat. Tak sanggup membayar, si penyewa akhirnya angkat kaki. Ironisnya, tanah itu kini terbengkalai. Banyak netizen menyebutnya sebagai contoh nyata bahwa ketamakan justru bisa jadi bumerang.
Cerita lain datang dari usaha ayam geprek yang laris manis di sebuah ruko sewaan. Sang pemilik ruko melihat kesuksesan itu, lalu menaikkan harga sewa. Mungkin ia mengira bahwa usaha ayam geprek itu sudah “besar dan kaya”. Penyewa pun pindah ke lokasi tak jauh dari sana, dan tetap laris. Tapi ruko lama justru tak seramai dulu, bahkan usaha es milik anak si pemilik ruko yang dulunya ikut berjualan pun gulung tikar. Di kasus lain yang hampir sama, si pemilik malah membuka usaha ayam geprek juga setelah penyewa lama pindah—tapi sayangnya tidak laku.
Flasback, saya sendiri punya pengalaman pribadi. Dulu pernah ngontrak rumah yang sebelumnya dijadikan tempat usaha konveksi. Saya suka rumah tersebut karena di jalan buntu, jadi tidak ramai orang dan kendaraan bersliweran. Apalagi lokasinya sangat dekat dengan kantor, dan harganya tentu lebih murah dari pasaran dengan tiga kamar dan pagar serta halaman kecil.
Sayangnya, rumah itu sangat kotor, lantainya lengket bekas karpet yang ditempel. Saya pel lantai berulang kali sampai kinclong, pasang tirai, rapikan halaman depan. Tapi belum genap dua tahun, saya diminta pindah. Rasanya tentu kecewa—sudah bersih-bersih, eh malah seperti diusir secara halus.
Melihat banyaknya cerita seperti ini, banyak netizen memberi saran: kalau ngontrak, jangan terlalu banyak direnovasi atau dipercantik. Secukupnya saja, untuk menghindari kekecewaan jika tiba-tiba diminta pergi. Tentu wajar ingin tinggal dengan nyaman, tapi kenyamanan itu sebaiknya dibatasi pada hal-hal yang tidak terlalu permanen atau mahal. Bagaimanapun itu bukan hak milik kita.
Tapi, Sudut Pandangnya Nggak Cuma Satu
Di sisi lain, penting juga untuk memahami bahwa tidak semua pemilik rumah atau ruko bersikap semena-mena. Ada juga pemilik yang merasa kaget karena properti mereka direnovasi tanpa izin, atau merasa wajar menaikkan harga sewa ketika usaha penyewa terlihat sukses. Namun banyak juga yang senang propertinya diurus dengan baik.
Dalam kondisi seperti ini, komunikasi yang jelas sejak awal sangat penting. Baik penyewa maupun pemilik harus punya kesepahaman soal batas-batas perbaikan, durasi kontrak, dan kemungkinan perpanjangan. Intinya, kedua belah pihak perlu saling menghargai. Penyewa berhak mendapatkan rasa aman, sementara pemilik punya hak atas asetnya. Kunci utamanya ada di transparansi dan niat baik sejak awal.
Jadi, Harus Bagaimana?
Kalau teman-teman sedang ngontrak atau berencana menyewa properti, coba pertimbangkan hal-hal berikut:
-
Baca dan pahami isi perjanjian kontrak, termasuk durasi dan ketentuan perpanjangan.
-
Hindari renovasi besar tanpa izin tertulis dari pemilik.
-
Komunikasikan rencana perubahan atau penambahan sejak awal.
-
Pikirkan kemungkinan terburuk: apakah kamu siap jika harus pindah mendadak?
-
Bangun hubungan baik dengan pemilik, tapi tetap profesional.
Bagi pemilik properti, menyewakan rumah atau ruko memang sah-sah saja, tapi keputusan-keputusan terkait penyewa sebaiknya tidak hanya didasari keuntungan sesaat. Ketika ada penyewa yang menjaga, merawat, bahkan membuat tempat itu jadi lebih hidup, itu sebenarnya aset jangka panjang juga, lho!
Ya akhirnya, hidup memang penuh kejutan—termasuk urusan ngontrak. Tapi kalau kedua pihak bisa saling terbuka dan saling menghargai, setidaknya potensi kekecewaan bisa lebih kecil. Karena di balik semua cerita kontrakan ini, yang kita cari sama: tempat yang nyaman.
Tidak ada komentar