ini hasil ngegambar sendiri, sayang lupa bikin tahi lalatnya hihihi |
Drrrtt…
Bun, maafkan Ayah. Tugas ayah di pedalaman diperpanjang hingga 4 bulan ke depan. Ini mendadak sekali perintahnya dari atasan. Sabar ya bun.
Aku letakkan begitu saja handphone di meja setelah membaca pesannya. Lemah dan lunglai terasa menyakitkan di seluruh persendian. Rasa kesal, sedih dan amarah berkecamuk dalam hati. Bagaimana tidak, butuh waktu lama untuk aku bisa mengenalnya hingga sampai ke tahap pernikahan. Bahkan sampai detik ini, rasanya manisnya madu pernikahan tidak seperti apa yang sering orang katakan. Hambar.
Yah, beginilah hidup kami. Aku tinggal di pulau Jawa, sementara suami bertugas di pulau Sulawesi. Seperti rel kereta, kami berjalan beriringan tapi tujuannya berbeda-beda. Aah, menyebalkan.
Suara di perut menyadarkanku dari keheningan. Ah iya, sudah jam 14.00 pantas saja aku sudah lapar. Sebentar lagi anak-anak pulang sekolah, aku harus menyiapkan makan siang mereka. Tanpa sengaja kupandang Softcase gitar menggantung di dinding. Kulitnya terlihat makin lusuh dimakan usia.
Aku hanya bisa menghela nafas. Teringat kembali percakapan dengan bu Astri kemarin.
“Hati-hati lho bu punya suami jauh, bisa-bisa digondol orang.” Dengan mulut yang dimodel-model ala sinetron dia melanjutkan cerita. Menurut bisik-bisik yang dia dengar, bu Yudi yang tinggal di ujung jalan kedatangan seorang perempuan yang ngga lain adalah simpanan suaminya itu.
Aku tidak terhasut sedikitpun apa kata bu Astri. Aku percaya bagaimana sifat dan perilaku suamiku. Tapi jika begini terus, perkawinan macam apa ini? Meleleh kembali air mataku.
Siapa suruh diam aja, ngga bisa protes? Suara dari sebagian hatiku berbicara begitu.
Jreeeennng….
Terdengar suara pengamen dari depan rumah mengagetkanku. Biar ajalah, aku ngga mau diganggu kali ini. Titik.
JREEEEENGGG…
“MISIIIIII…”
Kembali suara pengamen itu mendesak aku supaya keluar rumah. Issssh, ganggu aja sih tuh pengamen. Mendidih seketika emosiku. Segera kutarik jilbab, kukenakan seenaknya lalu bergegas membuka kunci pintu rumah.
Ceklek…
“MISI BUUUUU…”
Aku bengong. Aku bingung. Siapa dia? Sepertinya aku mengenalnya? Tapi bagaimana mungkin?
“Lupa ya?” Lelaki itu tersenyum menggoda. “Aku adalah H, ingat ngga?”
Air mata kembali menderas begitu saja. Kali ini bukan air mata penuh amarah melainkan airmata bahagia.
“Astaga, koq Ayah tadi bohongin Bunda sih?” aku merajuk.
Lelaki itu memasuki rumah sambil mencubit hidungku yang ada tahi lalatnya ini. “Siapa suruh dulu bohongin Ayah.”
“Yang mana? Bunda ngga inget!” Aku semakin bingung pada misteri teka teki hari ini.
“Halaah, itu dulu. Waktu ayah baru kenal Bunda, nanya alamat rumah aja dikasihnya alamat palsu.” Lelaki itu tertawa geli mengenang masa-masa perkenalan kami dulu.
“IIh, inget aja sih. Lalu ini gitar siapa” pandangaku tertumbuk pada sofcase yang masih nyangklong di bahunya.
“Ini pacar Ayah selama di Sulawesi. Habis ngga ada Bunda sih.” Kemudian kami tertawa. Terimakasih ya Allah, mungkin ini yang namanya madu pernikahan ya? Indah sekali…
sampai sekarang masih LDM bu?
BalasHapusIni cerpen hasil imajinasi saya aja mas, buat lomba giveaway.. ikutan yugh, deadline malam ini koq.. hehee
Hapusbagus cerpennya bu, bakat jadi penulis cerpen
Hapusmasa siih? hihihihi.. *ngerapiinkerahbaju
Hapusmakasih mas heru :)
Ihiiyy. Makasih udah ikutan ya maakk
BalasHapusmasama maak, semoga ada hokinya nih hehehe
Hapuseh kirain cerita beneran...hehe...pura2 jadi pengamen trnyata surprise...kedatangan orang yg dicintai...hehe... bagus ceritanya
BalasHapusketipu ya mas? hahaha
Hapushihihi aku baca cerita sebelumnya. nyambungnya bagus, mbak. moga sukses ya ikutan GA-nya :)
BalasHapusAamiin.. makasih mak inna :)
Hapushehehe.. so sweet, pengamen cinta :D
BalasHapusUhukkk uhuukkk :D
HapusXixixi.. Sweet banget.. Aku belum sempat nulisnya nih..
BalasHapusAyo mak, bentar juga jadi kalo dirimu maah.. hehe
HapusKyyyyaa keren bingit nih makk.
BalasHapusSuerr bgus alurnya hhee
Makasih maak, ngedadak banget ini bikinnya.. hehhe
Hapus