Welcome 2016




Selamat pagi Januari,

Semalam saya ngga bisa tidur pulas. Suami juga tanpa disengaja jadi begadang di depan TV sampai Subuh. Kami berdua sama-sama resah mikirin mas Tsaka yang belum pulang-pulang.

Ceritanya begini...

Jam 19.00 tadi malam, mas Tsaka pamitan akan ngegowes dengan teman-teman komunitas sepedanya. Saya dan suami memberi lampu hijau dengan catatan ngga boleh jauh-jauh. Mas Tsaka setuju untuk pulang jam 10 malam.

Kenyataannya sampai  jam 3 tadi pagi dia belum kembali. Saya heran kenapa dia ngga ngasih kabar sama sekali. Ada apa gerangan? Saya makin RESAH. RESAH. RESAH.

Teringat dengan handphone, saya lihat ada ikon misscalled dan SMS pukul 12.05 tadi. Ahaa, rupanya mas Tsaka yang menghubungi.

"Mas Tsaka sekarang di mana?" Segera saya menghubunginya.

"Bu, maafin Mas ya. Mas Tsaka udah sampe Taman Mini terus lanjut ke Monas. Sekarang lagi istirahat, bentar lagi rencananya jam 4 ini udah mau pulang koq."

Astagfirullah...

Kebiasaan. Tiap malam volume gadget saya silent supaya ngga menganggu, jadi bumerang. Padahal saya sudah suudzon lho mengira mas Tsaka sengaja ngga mau nelpon karena pasti dilarang untuk jauh-jauh ngegowes. :(

Mas Tsaka umurnya baru 11 tahun, masih kelas 6 SD. Dengan teman-teman komunitas sepedanya yang sebagian besar pelajar SMA, dia bisa dibilang 'anak bawang'. Apalagi badannya mas Tsaka itu cungkring banget, makin habis atuh badannya kalau ngegowes sepeda jauh-jauh.

Jam 7 lebih akhirnya mas Tsaka sampai di rumah juga. Buru-buru saya buatkan susu hangat untuknya. Sambil menyeruput susunya, mbrebes mili saya mendengarkan ceritanya.

Jadi dari Cileungsi mas Tsaka dan 11 teman komunitasnya meluncur ke arah Taman Mini. Setelah itu untuk menakar kemampuan mereka mencoba-coba mencapai Monas. Targetnya ngga muluk-muluk, jika sampai berarti kemampuan mereka sudah di atas rata-rata.

Setelah menonton puncak perayaan Malam Tahun Baru di Monas mereka kesasar pas pulangnya sampai ke Sunter. Ya Allah, makin jauh dong berarti? Dari Jakarta Timur ke arah Jakarta pusat malah nyasar ke Jakarta Utara. Ckckckkckk...

Sebenarnya pukul 2 dinihari mas Tsaka sempat menghubungi Budenya di Rawabelong yang dia tau betah melek malam. Rencananya dia mau menanyakan rute jalan. Sayangnya, Budenya ngga menjawab, ketiduran.
Saya tanyakan, "kenapa ngga liat Google Map?" Katanya,  tak terpikirkan sama sekali oleh mas Tsaka dan teman-temannya ini. Panik juga mungkin.

"Lalu kamu makannya apa? Minumnya gimana?"

Saya ingat mas Tsaka hanya membawa sebotol kecil air minum dan uang miliknya sendiri Rp 20.000,- saja.

"Mas tadi dikasih gorengan sama temen Mas. Terus pada kelaperan, akhirnya pada makan bakso be-es be-es." Bayar sendiri-sendiri.

Alhamdulillah. Dari cerita mas Tsaka tempo hari saya bisa menebak kepedulian teman-temannya ini. Prinsipnya, yang lebih dewasa mengayomi yang lebih muda.
"Uang Mas, habis?"

Dia mengangguk.

***

Sore ini, mas Tsaka masih tidur. Tanpa saya sadari, anak saya ini sudah beranjak besar. Tahun 2016 sepertinya saya harus mengubah haluan resolusi pribadi saya. Bukan resolusi atas pencapaian prestasi pribadi saya lagi, melainkan dukungan penuh untuk segala kegiatan positif anak-anak.


Tahun 2016 saya harus menyiapkan diri saat anak-anak pun sedang mempersiapkan diri mereka untuk menjadi pribadi-pribadi kuat. Dan saya ingin sekali menjadi bagian dari terbentuknya pribadi-pribadi kuat mereka. Semoga. 

4 komentar

  1. aku tertidur pulas gak denger apa-ap adi luar :). Happy new year

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jedar jedor petasan segitu kenceng sampe ga denger mak? Astaga, hahaha..

      Eh iya, happy new year too dear ^^

      Hapus
  2. Hehe kayak saya banget,saya dulu SMP maen skateboard sama temen2 ngebolang jauh jauh banget,dulu papa saya paling kesel saya pulang ngaret dan ternyata begini tohh ya perasaan papa dulu yang was was hehe.

    BalasHapus