![]() |
Cuka Apel (source : pixabay) |
Halo, teman-teman!
Pernah nggak sih kalian beli sesuatu karena ikut tren, tapi akhirnya malah nggak kepakai? Nah, saya punya satu cerita tentang itu. Waktu itu, saya tergoda membeli cuka apel karena katanya bisa membantu diet. Banyak yang bilang kalau minum cuka apel bisa bikin berat badan turun lebih cepat, nafsu makan berkurang, dan metabolisme meningkat.
Terdengar menarik, kan? Saya pun akhirnya membeli satu botol cuka apel secara online. Begitu paketnya datang, saya semangat mencobanya. Saya sudah baca tipsnya: satu sendok makan cuka apel dicampur segelas air hangat kuku. Saya pun menyiapkannya, lalu mencoba meneguk...
Dan ternyata, rasanya jauh dari ekspektasi!
Asamnya terasa tajam, ada aroma fermentasi yang khas, dan begitu masuk ke dalam mulut, gigi saya langsung terasa ngilu. Saya berusaha bertahan, tapi setelah satu tegukan, saya menyerah. Rasanya bukan untuk saya, deh.
Akhirnya, botol cuka apel itu saya simpan di kulkas. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, sampai akhirnya saya lupa kalau benda itu masih ada.
Cuka Apel: Benarkah Efektif untuk Diet?
Setelah kejadian itu, saya jadi lebih penasaran dan mulai mencari tahu tentang apakah cuka apel benar-benar efektif untuk menurunkan berat badan?
Dari berbagai artikel yang saya baca, ternyata memang ada penelitian yang menunjukkan bahwa cuka apel bisa membantu diet, meski dalam skala kecil. Kandungan asam asetat di dalamnya bisa memberikan efek kenyang lebih lama, mengurangi nafsu makan, dan meningkatkan metabolisme tubuh.
Tapi, ada satu hal yang sering terlupakan: efek sampingnya.
Mengonsumsi cuka apel terlalu sering bisa berdampak buruk, terutama pada gigi. Asamnya bisa mengikis enamel gigi, membuatnya lebih sensitif, bahkan bisa menyebabkan kerusakan permanen. Selain itu, ada risiko lain seperti:
- Iritasi di tenggorokan
- Mual dan rasa tidak nyaman di perut
- Penurunan kadar kalium dalam tubuh
Ndalalah, saya juga pernah melihat video seseorang di Tiktok yang mengonsumsi cuka apel setiap hari selama lebih dari dua tahun. Memang, berat badannya turun drastis. Tapi sayangnya, giginya juga hancur karena terkikis asam dari cuka apel. Seram, kan?
Meskipun demikian, ada saran-saran untuk mencegah erosi enamel gigi. Yaitu, sesaat setelah mengkonsumsi dianjurkan untuk membilasnya dengan air putih.
Namun saya tetap mantap pada keputusan untuk berhenti mengonsumsi cuka apel. Menurut saya ini adalah langkah yang tepat.
Ide Cerdas dari Dega
Beberapa waktu lalu, si bungsu Dega membuka kulkas dan menemukan botol cuka apel yang sudah lama terbengkalai.
"Bun, ini masih dipakai?" tanyanya sambil mengangkat botol kaca berisi cairan coklat muda itu.
Saya nyengir. "Kayaknya sih enggak. Mau dibuang aja, deh."
Dega menggeleng. "Jangan dibuang, Bun. Bisa koq dipakai buat ngepel lantai."
Saya mengernyit. "Serius?"
Kemudian si bungsu menerangkan pelajaran kimia yang didapatnya dari sekolah. Katanya gini :
-
Minyak bikin lantai licin
- Kadang ada sisa minyak atau kotoran di lantai yang bikin licin. Air biasa nggak bisa mengangkat minyak ini.
-
Sabun cuci piring angkat minyak
- Sabun cuci piring bisa memecah minyak supaya bisa larut dalam air, jadi kotoran lebih mudah terangkat.
-
Cuka apel menghilangkan sisa sabun
- Setelah pakai sabun, kadang lantai masih terasa licin. Cuka apel membantu membersihkan sisa sabun supaya lantai benar-benar keset.
-
Air membilas semuanya
- Air berfungsi untuk mencampur dan membilas semua kotoran yang sudah diangkat oleh sabun dan cuka.
Jadi, kombinasi ini bekerja seperti tim. "Cuka itu kan asam, bisa bantu ngangkat minyak dan kotoran di lantai. Dicampur sabun cuci piring, hasilnya lebih bersih, licin dan bikin lantai keset."
Terdengar menarik!
Saya pun mencoba mencampurkan air, cuka apel, dan sabun cuci piring dengan takaran suka-suka untuk mengepel lantai ruang tamu. Dan hasilnya? Lantainya benar-benar terasa lebih bersih dan keset! Biasanya, kalau pakai sabun biasa, masih ada sedikit rasa licin. Tapi setelah pakai campuran ini, permukaan lantai terasa lebih nyaman di kaki.
Sejak saat itu, cuka apel tidak lagi saya pandang sebagai minuman kesehatan, tetapi sebagai bahan pembersih rumah yang ampuh.
Kesimpulan: Cuka Apel, Minuman atau Pembersih?
Cuka apel memang punya manfaat untuk diet, tapi harus dikonsumsi dengan cara yang benar dan tidak berlebihan. Bagi sebagian orang, efeknya mungkin terasa positif, tapi bagi yang lain, justru bisa membawa dampak buruk—terutama bagi kesehatan gigi.
Saya sendiri akhirnya memilih jalur lain. Cuka apel yang awalnya saya beli untuk kesehatan tubuh, justru lebih bermanfaat untuk kesehatan rumah.
Jadi, kalau kalian punya cuka apel yang sudah lama tersimpan di rumah dan tidak tahu mau diapakan, jangan buru-buru dibuang! Mungkin bukan untuk diminum, tapi siapa tahu bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih berguna—seperti membuat lantai rumah jadi lebih keset dan bersih!
Bagaimana, teman-teman? Ada yang pernah mengalami hal serupa dengan cuka apel atau produk lain yang akhirnya dipakai untuk hal yang berbeda?
Tidak ada komentar