Menjaga Kesehatan Jiwa, Menjaga Kesehatan Keluarga



Rumah, Jiwa, dan Kebahagiaan
Pagi 18 Desember 2024, suasana di Sasana Budaya Rumah Kita, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, terasa istimewa. Acara Mental Health Talkshow  #IbuBahagiaAnakBahagia yang digagas oleh Dompet Dhuafa menjadi magnet bagi para orang tua, pendidik, masyarakat khususnya influencer dan blogger yang peduli terhadap isu kesehatan mental. 

Talkshow ini diawali dengan pesan mendalam dari Parni Hadi, inisiator Dompet Dhuafa. Beliau mengutip lirik lagu nasional Indonesia Raya, “Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya,” yang menurutnya relevan dengan kesehatan mental. 

Parni Hadi - Inisiator Pendiri Dompet Dhuafa 


"Untuk mencapai kesehatan jiwa, yang harus dibangun adalah jiwanya dulu, baru fisiknya," ujarnya. 

Kalimat itu seakan menjadi fondasi diskusi hari itu bahwa kesehatan jiwa adalah kunci untuk membangun kehidupan yang lebih baik.

Kisah-Kisah Miris yang Menjadi Pemicu
Ahmad Juwaini, Direktur Utama Dompet Dhuafa, turut berbicara tentang dua tragedi yang baru-baru ini terjadi: sebuah keluarga di Ciputat yang bunuh diri akibat tekanan pinjaman online, dan seorang remaja di Lebak Bulus yang melukai keluarganya karena stres pendidikan. "Kami prihatin, dan inilah alasan Dompet Dhuafa merasa perlu menjadi bagian dari solusi," katanya dengan nada tegas.


Ahmad Juwaini - Direktur Utama Dompet Dhuafa 


Melalui berbagai program, Dompet Dhuafa telah berkomitmen untuk memberikan layanan kesehatan mental yang inklusif. Mulai dari konseling psikologis, edukasi dan sosialisasi seperti acara talkshow kali ini hingga pemulihan trauma pascabencana, Dompet Dhuafa terus berupaya mendukung masyarakat yang membutuhkan.

Generasi Z dan Tantangan Baru Kesehatan Mental
Dr. Imran Pambudi, Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan, memaparkan data yang cukup mencengangkan. Menurut survei Kesehatan Republik Indonesia 2023, prevalensi masalah kesehatan jiwa pada generasi Z mencapai 60%, jauh lebih tinggi dibanding generasi milenial (40%) dan Gen X (24%). 

Dr. Imran Pambudi - Direktur Kesehatan Jiwa Kemenkes RI


Ia juga menyoroti data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) bahwa lebih dari 18.200 anak menjadi korban kekerasan, dengan 21% di antaranya terjadi di rumah.

"Rumah yang dulu dianggap tempat teraman kini tidak lagi demikian bagi sebagian orang," ujar Dr. Imran. Data ini menyadarkan kita bahwa intervensi kesehatan mental tidak hanya harus menyasar anak, tetapi juga orang tua sebagai pilar utama keluarga.

Ibu Bahagia, Anak Bahagia
Psikolog Tri Swasono Hadi menekankan pentingnya kebahagiaan ibu dalam menjaga kesehatan keluarga. “Tidak mungkin seseorang membahagiakan orang lain jika dirinya sendiri tidak bahagia,” katanya. 

Tri Swasono Hadi - Psikolog 


Tri menjelaskan bahwa fokus utama adalah menjaga kesehatan mental ibu yang sehat agar tetap stabil, bukan hanya menyembuhkan mereka yang sudah mengalami gangguan.

Beliau juga memperkenalkan enam pilar pengasuhan positif untuk orang tua dan pendidik:

  1. Mengelola stres.
  2. Mengelola emosi.
  3. Berbagi peran dalam pengasuhan.
  4. Komunikasi efektif.
  5. Bersikap baik pada anak.
  6. Menanamkan disiplin positif.

“Ketika ibu bahagia, energi positif akan mengalir ke anak dan seluruh anggota keluarga,” lanjutnya.

Cerita Inspiratif dari Fairuz Arafiq
Fairuz Arafiq, salah satu pembicara, dengan jujur membagikan kisahnya melewati masa-masa gelap saat dirinya hampir kehilangan harapan. Ia menegaskan pentingnya keimanan sebagai landasan untuk bangkit. Bersama suaminya, Fairuz kini berkolaborasi membangun keluarga yang berbasis nilai-nilai agama.

"Saya dan suami membagi peran mendidik anak. Pagi, suami membimbing anak-anak membaca Al-Qur'an, sore giliran saya," katanya. Pengalaman Fairuz memberikan harapan bahwa dengan dukungan keluarga, setiap tantangan dapat dihadapi.

Pesan untuk Kita Semua
Talkshow ini mengajarkan banyak hal: kesehatan mental tidak hanya tentang diri sendiri, tetapi juga tentang bagaimana kita menjaga hubungan dengan orang terdekat, khususnya anak-anak. Sebuah keluarga yang sehat secara mental akan menciptakan generasi yang lebih kuat.


Bersama Fairuz 


Bagi teman-teman yang merasa kewalahan menghadapi tekanan hidup, ingatlah bahwa bantuan selalu tersedia. Kalian tidak perlu menyelesaikan semuanya sendirian. Mungkin ini sudah waktunya untuk mulai membuka percakapan di rumah tentang kesehatan mental. Bagaimana menurut teman-teman? Sudahkah kita menciptakan rumah yang nyaman untuk jiwa? 


Tidak ada komentar